[9]

7.3K 741 14
                                    

Suara langkah kaki itu berasal dari Reyga putra denandra putra pertama dari pasangan Christopher denandra dan Anne denandra pemuda berusia 23 tahun seorang CEO muda dengan penghasilan yang sangat tinggi untuk pencapaian di usianya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara langkah kaki itu berasal dari Reyga putra denandra putra pertama dari pasangan Christopher denandra dan Anne denandra pemuda berusia 23 tahun seorang CEO muda dengan penghasilan yang sangat tinggi untuk pencapaian di usianya.

Tak ada yang memberitahukan Reyga akan pulang hari ini, Christ pun tak tau bahwasanya putranya itu akan pulang, Christ dan Daniel kembali lagi pada kegiatan mereka [menonton Sakha] sedangkan yang menjadi tontonan sudah tertidur di pangkuan kenan saat ini, Christ beranjak dari duduknya ia beralih mengambil Sakha dari pangkuan Kenan namun belum sampai lima menit ia mengangkat tubuh ringan itu, Sakha sudah di ambil alih oleh Reyga, kenan dan Daniel yang melihat hal itu hanya berdecak kesal.

"Ia masih sakit" ucap kenan, ia tau kakaknya itu sangat membenci Sakha jadi ia dan yang lainnya agak sedikit was-was dengan Reyga, walau mereka semua sama, sama-sama membenci Sakha namun Reyga lah yang paling menonjol, bahkan kakaknya itu pernah mengurung Sakha di gudang selama dua hari, untung saja saat itu ada Jaka yang sedang ingin mengambil barang-barang di gudang jika tidak mungkin Sakha hanya tinggal nama saat ini.

"uhn.. niel.." Sakha bergumam pelan, ia menyamankan posisinya di dalam pelukan Reyga, tak sadar saja siapa yang saat ini ia peluk, nafas Sakha terasa panas Reyga dapat merasakannya ketika adiknya itu meletakkan kepalanya di ceruk leher miliknya, bukan hanya dari nafas sebenarnya berdekatan dengan Sakha saja sudah terasa suhu tubuh Sakha cukup tinggi, tapi kenan tadi sudah meletakkan plester demam di dahi Sakha jadi untuk saat ini sudah aman, lagipula Hanan tadi juga sudah bilang demam adalah hal yang memang sering terjadi jika pasiennya seperti Sakha [takut infus dan juga tak suka obat] mereka biasanya mengalami shock dan akan demam setelahnya jika demam tak hilang sampai jangka waktu yang di perkirakan maka harus di periksa.

Reyga pergi dari sana, tadinya Daniel ingin mengikuti Reyga namun di tahan oleh Christ, Christ ingin melihat apa yang akan putra sulungnya itu lakukan.

Reyga meletakkan Sakha pada ranjangnya ketika tiba di kamar, Sakha meringkuk di ranjang besar itu, Reyga sendiri sudah pergi mengganti pakaiannya setelah selesai ia kembali memperhatikan Sakha, bulu mata lentik itu terlihat seperti milik
bundanya, melihat postur wajahnya adiknya mengingatkan Reyga pada sang bunda dadanya sesak ia merindukan eksistensi dari wanita yang melahirkannya itu dan orang yang sedang tidur di hadapannya inilah yang menghancurkan semuanya.

Reyga menggepalkan tangannya, giginya bergemelatuk akibat emosi yang meluap sudah lama Reyga ingin menghabisi adiknya ini namun akal sehatnya masih ada, lagipula tak mungkin ia mencemarkan nama baik keluarga hanya karena hama di hadapannya saat ini,jika memang ingin menghabisi ia lebih memilih jalan halus.

Reyga mengelus pipi bulat milik Sakha yang terasa lembut seperti mochi hanya saja terasa sedikit hangat, Sakha menduselkaj pipinya pada lengan besar kakaknya itu, tak ada perubahan berarti dari mimik wajah Reyga masih tetap dingin dan datar.

Fikirannya terasa penuh dengan kabut, haruskah ia mendekap adiknya ini dengan bantal hingga mati dan memberikan alasan bahwasanya putra kedua Christ meninggal karena asma, ia hanya perlu membungkam media massa ataupun pihak rumah sakit dan semua masalah selesai, Reyga mengusap wajahnya pelan helaan nafas berat terdengar di ruangan itu.

Perasaannya bimbang, setiap kali melihat wajah adiknya ini hatinya menjadi sesak, perasaan kelam yang dulu ia alami terasa seperti kembali datang setiap kali ia melihat wajah milik Sakha.

Reyga mengabaikan seluruh pemikirannya itu, ia berbaring tepat di sebelah Sakha, Reyga meraih tubuh adiknya itu, sakha sendiri mencari posisi nyaman di dalam pelukan Reyga, Reyga hanya memandang datar wajah polos Sakha yang ada di dalam pelukannya itu ia mengusap pelan rambut halus milik sakha lalu memutuskan untuk ikut memejamkan matanya.

.....

Sedangkan Daniel dan Kenan yang masih duduk di ruang tengah merasakan hati mereka gelisah sedari tadi.

"tak mungkin kak Reyga membunuhnya kan?" Celetuk kenan

"semoga saja tidak" jika dulu Daniel berharap Reyga segera membunuh Sakha berbeda dengan sekarang, ia berharap gegenya itu tak di apa-apakan oleh Reyga Kaka sulungnya itu.

Suasananya kembali mencekam mereka tenggelam pada pemikiran masing-masing.

Berbeda dengan Christ, pria tua itu sudah di sibukkan dengan pekerjaannya lagi.

.....

Sudah hampir menjelang jam 2 pagi, Sakha mengerjapkan matanya ia terbangun dari tidur perutnya terasa lapar tapi lebih cenderung ke perih, maagnya kambuh Sakha belum makan lagi sejak terakhir kali ia di suapi kemarin dan sekarang sudah berganti hari, Sakha ingat semuanya ia sulit untuk percaya semua yang ia alami kemarin bukalah mimpi semua seperti tak nyata, tapi sakha mencoba menyakinkan hatinya bahwa apapun yang terjadi kemarin hanya karena ia sedang sakit sakha tak ingin terlalu berharap.

Sakha mengerjap pelan ia sedikit mendongak matanya dengan cepat berkedip takut apa yang di lihat saat ini hanyalah ilusi mata atau ia sedang berhalusinasi, ia sedang berada di pelukan kakaknya, garis besar KAKAKNYA.

Jujur sakha sangat takut pada Reyga, ia tau kakaknya itu beberapa kali mencoba membunuhnya, memberikan minuman yang mengandung kacang atau membayar orang untuk menabraknya Sakha tau itu semua, bukan sekali dua kali namun sudah seringkali, tubuhnya sedikit bergetar dengan pelan Sakha mencoba beranjak dari ranjang, takut-takut kakaknya itu terbangun lalu menerjang tubuhnya Sakha tak akan mampu menahannya jika itu terjadi, sehat saja tak kuat apalagi sakit seperti ini bisa-bisa ia langsung mati nantinya, jadi Sakha memilih jalan aman.

Rasa laparnya hilang dan rasa sakit di perutnya pun ikut menghilang ntah kenapa, mungkin karena rasa takutnya lebih besar saat ini jadi adrenalin Sakha terpacu, setelah hampir lima menit ia kesusahan bangkit dari ranjang kakaknya itu akhirnya sakha lolos, jika saja saat ini Reyga tak berada dalam keadaan lelah pemuda itu sudah pasti menyadari pergerakan dari Sakha karena Reyga itu cukup sensitif ketika tidur tapi tampaknya saat ini anak itu sedang lelah, Sakha sedikit bersyukur karena hal itu.

Ia melangkah pelan keluar dari sana, Sakha menghela nafas lega ketika kakinya sudah berada di luar kamar, ia berlari dengan cepat menuju kamar sendiri, lupakan tentang lapar yang lebih penting saat ini ialah memikirkan rencana bagaimana untuk tidak bertemu dengan kakak sulungnya itu kedepannya, semua demi keberlangsungan hidupnya.

Sakha berguling guling di ranjangnya, bahkan plester demam di dahinya sudah tergeletak di lantai, ingin rasanya ia menangis saat ini juga kenapa kakaknya itu pulang ia kan belum mau mati, bagaimana jika kakaknya itu membunuhnya ketika ia tidur lagi nantinya Sakha takut, ia tak mau pergi sebelum ayahnya itu menganggap dirinya ada.

Karena sibuk memikirkan hal yang tidak-tidak sakha terlelap di ranjang dengan boneka di pelukannya, boneka kesayangan benda terakhir yang bunda berikan untuknya, boneka lusuh kesayangannya.

Karena sibuk memikirkan hal yang tidak-tidak sakha terlelap di ranjang dengan boneka di pelukannya, boneka kesayangan benda terakhir yang bunda berikan untuknya, boneka lusuh kesayangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gatau deh ini gmna

LOKA SAKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang