[19]

6.1K 590 20
                                    

daneil berjalan mendekati ayahnya itu diikuti dengan Sakha yang menggenggam erat jari manis dan kelingkingnya, Christ tentu sadar akan kehadiran mereka jadi pria itu menutup lembaran kertas yang bertumpuk di meja itu dan menyuruh para bawahannya u...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

daneil berjalan mendekati ayahnya itu diikuti dengan Sakha yang menggenggam erat jari manis dan kelingkingnya, Christ tentu sadar akan kehadiran mereka jadi pria itu menutup lembaran kertas yang bertumpuk di meja itu dan menyuruh para bawahannya untuk pergi dari ruangan yang ia tempati saat ini.

"ayah" panggil Sakha pelan, jujur saja ia masih takut dengan ayahnya ini bagaimana jika ayahnya masih benci padanya masih ada rasa tak nyaman di hati sakha akan perubahan sikap mereka yang terlalu tiba-tiba semuanya seperti mimpi.

Christ menoleh ia menaikkan satu alisnya pandangan mengarah ke daniel salah satu putranya itu, tak menjawab tapi langkahnya mendekati ke arah Daniel atau lebih tepatnya mengarah ke Sakha, Christ mengulurkan tangannya ke arah putranya itu Sakha yang tadinya tak paham itu hanya memerengkan kepalanya bingung tapi setelah beberapa saat yang di isi dengan keheningan akhirnya otaknya sedikit berjalan dengan cepat ia meletakkan tangannya yang terbalut perban itu ke telapak tangan besar milik Christ.

"masih sakit?" suara dingin itu terdengar jelas, Sakha sedikit tersentak tubuhnya belum terbiasa mendengar suara ayahnya sedekat ini, dengan cepat ia mengangguk lalu bergeleng pelan ia tadi refleks mengangguk karena tangannya memang kadang kala nyeri tapi ia segera bergeleng pelan karena takut nanti ayahnya itu marah jika ia bertingkah seperti anak lemah ayahnya sangat benci dengan anak yang lemah Sakha tau jelas akan hal itu.

"benarkah?" Christ tau jelas putranya ini berbohong hal itu terlihat jelas dari tingkah laku Sakha yang tak bisa menatapnya barang sedetikpun putranya itu memang tak bisa berbohong.

"Lukanya sudah sembuh ayah" cicit sakha pelan, ia menunduk sedangkan tangannya yang lain beralih menggenggam pakaian milik Daniel, sedangkan Daniel hanya menonton ayah dan anak itu Dengan tatapan malas, mulai lagi tingkah ayahnya ini pria tua bangka yang sialnya menjadi ayahnya ini pasti hanya akan membuat gegenya itu berakhir takut kembali ia mendengus pelan ingin menghentikan pembicaraan mereka tapi punggungnya pun masih sakit akibat dari hukuman ayahnya waktu itu Daniel tak ingin mengulang kembali hukuman itu.

Christ menatap tajam Sakha ia menggenggam erat tangan kecil yang berada di genggamannya saat ini, hal itu membuat Sakha meringis dengan mata yang berkaca-kaca, terlihat sekali anak itu ingin menangis tapi di tahan.

"sakit?" ucap christ.

"un sakit ayah lepas hic nielll.." Sakha menarik-narik lengannya itu dari tangan besar Christ tapi sayangnya hal itu tak berefek sama sekali jadi ia pun menyerah Sakha memutuskan untuk meminta pertolongan pada Daniel saja, hei bagaimana mungkin ia tak menangis coba bayangkan saja luka yang sudah mau sembuh malah di kotak kembali pedihnya jadi dua kali lipat tau.

"Jangan pernah berbohong lagi kedepannya, ingat itu" belum sempat Daniel mengambil alih gegenya itu gerakannya kalah cepat dari sang ayah yang sudah lebih dulu menggendong tubuh kecil itu, Daniel hanya bisa mendengus ia melangkah keluar dari ruangan itu meminta seseorang untuk segera membawakan peraturan medis yang tersedia di markas mereka saat ini yang tentunya lumayan lengkap.

LOKA SAKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang