13•🍋 Perpustakaan.

118 36 4
                                    

Aline, ia terdiam keheranan di huniannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aline, ia terdiam keheranan di huniannya. Memikirkan dirinya yang dirawat oleh tetangga barunya. Menganggap dirinya hanyalah beban, membuatnya sangat merasa bersalah.

Ia menatap, ke arah obat yang dibawanya pulang. Mengingat pria itu membeli obat itu hanya untuknya, agar ia merasa lebih baik, membuatnya semakin merasa merepotkan.

“Kenapa? Kenapa dia membuatku merasa tidak enak seperti ini...” ia bertanya, pada dirinya sendiri.

Sesuatu yang sudah menganggu, membuat pikirannya akan semakin terbelenggu. Ia melukis raut wajah, penuh tanya tanya, tak mengerti dengan apa yang terjadi dengan dirinya.

Hahh~ ia menghelah napas, bersandar di kursi sofa ruang tengah.

Suasana di sofa banyak pakaian yang berhamburan, entah itu bersih atau kotor, hanya Aline sendiri yang tahu.

Situasi di sana nampak berantakan, bungkusan permen berserakan. Sering kali ia tergelincuh, namun ia sudah acuh.

Pergilah ia mandi, membersihkan diri. Hari ini adalah hari libur terakhirnya. Esok hari ia akan kembali ke neraka duniawi, yaitu perusahaan kecil tempatnya bekerja sebagai kariawan.

───•

Waktu sore menjadi penghubung antar siang dan malam. Ia memanfaatkan waktu itu, untuk pergi ke perpustakaan yang tak jauh dari perumahan, untuk menghabiskan akhir waktu liburnya di sana.

 Ia memanfaatkan waktu itu, untuk pergi ke perpustakaan yang tak jauh dari perumahan, untuk menghabiskan akhir waktu liburnya di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Mari kita lihat, apa yang akan kita baca...” lontar gadis itu, menggerakan jari telunjungnya, memilih buku yang berbaris rapi, di rak perpustakaan.

Duduklah ia di meja dekat jendela, membiarkan cahaya matahari masuk menyilaukan tubuhnya. Ia membaca buku yang dipilihnya, sembari mengasah otaknya.

“Dua tiga menanam lada, jangan lupa menabur baja. Jika diberi tahu maka dia ada, jika tak diberi tahu maka dia tak ada. Sia─pakah dia?” Aline mengeja, berpikir keras. “Ung? Siapa ya...” tambahnya mencari jawaban.

“Butuh bantuan?” bisik seseorang, tiba-tiba.

Ia terkejut, spontan menolehkan kepala, menatap siapa yang berbisik. Kepalanya mendongak, pikirannya langsung tak fokus, tatkala menatap sosok tetangga barunya, yang berdiri menghalangi matahari yang menembus jendela bening.

Leomon? Kenapa pria itu ke perpustakaan. Kursi berderit, pria itu menariknya dan duduk di samping Aline.

“Kau? Kenapa kau di sini ?” ia bertanya, terkejut.

Leomon hanya senyum. “Aku boleh duduk di sini, kan?” tanya pria itu, hangat.

Masih merasa tak enak, Aline bersikap datar, berusaha menyembunyikan ekpsresinya. Entah mengapa ia malah salah tingkah, ketika Leomon duduk di sampingnya, padahal mereka sudah pernah berada di jarak seperti itu. Namun hal itu membuatnya menjadi risih akan dirinya sendiri.

Leomon membuka buku, sesekali melirik ke arah gadis itu, yang kembali berpikir mencari jawaban atas teka teki yang ia baca. Kini gadis itu fokus pada jawaban yang tak kunjung ditemukannya.

“Mau aku beri tahu jawabannya?” Leomon memberi usulan.

“Mau aku beri tahu jawabannya?” Leomon memberi usulan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aline melirik, berusaha tenang. “Ah~ tidak perlu.” jawabnya.

Leomon mengangguk, “Oke~” lalu kembali menatap buku yang ada di hadapannya, “Jika kau kesulitan, maka beritahu aku, ya~”

Gadis itu hanya diam, mengabaikan dan kembali fokus, pada teka-teki yang ada dalam buku.

Seiringnya waktu berjalan, ia kesulitan tak menemukan jawabannya. Otaknya tak mampu lagi bekerja, sebab pikirannya sudah menemukan jalan buntu. Ia menyerah, dan menoleh perlahan ke arah Leomon yang duduk di sampingnya.

“Aku menye─” ungkapnya, spontan berhenti.

Leomon rupanya sudah menoleh ke arahnya, pria itu sudah sedari lama hanya menatapnya saja, tanpa ia sadari.

Apa yang salah dengan pria yang ada di hadapannya itu. Mengapa Leomon terus menatapnya, dan tersenyum padanya? Apakah pria itu sadar? Jika terus tersenyum manis seperti itu, akan membuat hati Aline yang beku, benar-benar akan mencair.

“Sudah menyerah rupanya, ya~” sahut Leomon, menatap semakin dalam.

“K─Kau lihat apa dari tadi?” Aline bertanya, grogi.

“Kecantikan.” spontan Leomon, membuat Aline berkedip gugup.

Deg!
Deg!

Jantung gadis itu berdegub kencang, membuat perasaannya terguncang.

Apakah itu perasaan cinta? Jika iya! Itu sebagian rasa yang sudah lama terkubur dalam peti kenangan milik Aline, yang sengaja ia kubur setelah dikhianati oleh Mario.

•༺☺︎༻•

.. .. ✤ ᕬ  ᕬ
.../ (๑^᎑^๑)っ🍋 T,
./| ̄∪ ̄  ̄ |\🍋 B,
🌷|____.|🍄🍊 C...

SWEET LEMONS [✔]Where stories live. Discover now