14•🍋 Pulang bersama.

90 34 2
                                    

Aline tak menyangka, akhir waktu liburnya akan ia habiskan bersama Leomon, di perpustakaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aline tak menyangka, akhir waktu liburnya akan ia habiskan bersama Leomon, di perpustakaan.

Matahari akhirnya tenggelam, di balik bangunan yang ada di kota. Suasana yang menjelang malam, menyambut kedatangan sang rembulan.

Aline berjalan bersama tetangga barunya itu, terlihat ia masih sedikit canggung, ia berusaha menjaga jarak dari Leomon.

Kedua insan itu pulang bersama, menuju rumah hunian mereka.

“Kenapa kau seperti menjaga jarak dariku? Apa aku sudah membuatmu tidak nyaman?” Leomon bertanya, sedikit ragu.

Ia menghentikan langkah kaki, menoleh ke arah Leomon yang tak jauh dari arah sampingnya. “Ah~ tidak!” sahutnya spontan, gugup.

“Terus, kenapa? Boleh aku tahu alasannya, kenapa kau seperti ini?” pria itu kembali bertanya.

Ia menggigit kecil bibir bawahnya, napasnya berhembus panjang. Ia berusaha tenang ketika akan memberi jawaban.

“Aku hanya merasa tidak enak, karena sudah merepotkanmu sebelumnya...” jawab Aline.

Leomon lantas tersenyum kecil, menaikan alis. “Itu sudah tanggung jawabku, dan akan menjadi tanggung jawabku selama aku di sini...” ucapnya.

Hah? Tanggung jawab? Bicara apa dia ini... Aline berpikir keras.

Hanya ekspresi kebingungan yang tersirat di wajahnya, ia tak mengerti maksud dari Leomon, bahkan tak ingin mengerti. Dirinya hanya merasa tidak enak saja.

“Hm... kalau begitu, traktir aku eskrim itu...” sahut Leomon, menunjuk kecil ke arah boks eskrim yang ada di depan supermini market. “Dengan begitu kita akan impas. Maka tidak ada lagi perasaan tidak enakan, bagaimana?” tambahnya.

Aline menatap ke arah yang di tunjuk. Ide yang bagus. Dengan begitu, ia takan lagi merasa tak enak.

Pergilah mereka berdua, memilih eskrim yang mereka sukai. Leomon mengambil es stik rasa lemon, sedangkan Aline mengambil es kerucut rasa cokelat.

 Leomon mengambil es stik rasa lemon, sedangkan Aline mengambil es kerucut rasa cokelat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Membawa eskrim yang ditraktir, pria itu sangat menikmati es stik yang ada di tangannya. Aline menatap, seperti menyembunyikan senyuman, manakala melihat pria itu tersenyum senang, yang seperti bocah dituruti kemauannya.

“Kau sangat suka dengan rasa lemon, ya?” Aline, ia bertanya, masih menatap.

Leomon mengangguk cepat. “He'em! Aku harus memakannya. Jika tidak─” jawabnya sejenak berhenti. “Aku bisa mendapat masalah...” sambungnya.

Aline menatap pria itu, mengira jika Leomon sangat menfavoritkan rasa itu.

“Oh~ jadi itu sebabnya dia punya pohon lemon...” gumam gadis itu, menatap arah depan.

Leomon mendengar gumamannya, menoleh pada gadis itu yang berada di sampingnya.

Bibir pria itu membentuk garis senyuman lagi, ketika melihat Aline yang sudah banyak bicara dari sebelumnya.

Langit berkabut, awan gelap menyambut.

Tess~
Tess~

Tetesan hujan turun menyentuh dataran, rerintikan air berjatuhan dari atas, tanpa batas.

Aline menjulurkan telapak tangan, membiarkan setetes hujan menyentuh telapaknya. “Tiba-tiba hujan, padahal aku benci hujan...” ia menghentikan langkah kaki, mengingat masa lampau yang menyakitkan.

Leomon ikut berhenti, menatap gadis itu.

Tetesan hujan semakin melaju, berebutan untuk turun. Aline hampir terbawa suasana, ia tersadar jika besok harus bekerja. Tak ingin sakit, dirinya menjadi panik di tempat.

Seketika ia terdiam mematung, dirinya berhenti bergerak panik. Menyadari akan sesuatu, tetesan hujan tak terlalu menyentuh tubuhnya. Hangat di rasakannya, membuat jantungnya semakin berdebar hebat.

Aline menoleh, menatap tubuh Leomon yang mempayungkannya dengan kameja denim yang dipakai pria itu sebelumnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aline menoleh, menatap tubuh Leomon yang mempayungkannya dengan kameja denim yang dipakai pria itu sebelumnya.

Sejak kapan pria itu melepas kamejanya? Aline tak menyadarinya.

“Kenapa diam saja? Ayo, cari tempat berteduh dulu. Kau bisa kehujanan nanti..."” pria itu berucap, begitu perhatian.

Kedua insan itu yang dalam perjalanan pulang, menghampiri tempat teduh yang mulai terlihat.

Bertedulah mereka berdua di halte bus. Pria itu mengebas, serta mengesat kamejanya, yang basah.

Aline tersipu diam, memandang Leomon dengan rona wajah memerah bak tomat matang.

Bolehkah ia jatuh cinta kembali? Setelah sekian lama sudah nyaman dalam penderitaan, yang membelenggu kehidupannya.

Bisakah ia bahagia walau hanya sebentar saja? Apa semuanya akan baik-baik saja, setelah pengkhiatan ia tukar dengan kehangatan, yang ia dapat dari Leomon.

“Kau baik-baik saja? Wajahmu memerah seperti itu. Apa kau sakit?” Leomon bertanya, khawatir.

Ia menggeleng, dan hanya memegang kedua pipinya yang terasa panas, dengan eskrim yang mulai mencair di salah satu tangannya.

Leomon melihat eskrim itu, dan mendekat.

Sontak ia terkejut bukan main, matanya langsung berkedip gugup. Wajah keduanya begitu dekat, pria itu menjilati eskrim yang ia pegang.

“Eskrimmu mencair...” terang Leomon, menjauhkan wajah. “Hm, ternyata rasa cokelat juga enak. Dari pada kau tidak makan, berikan saja eskrimmu padaku.” pintanya, pada Aline.

•༺☺︎༻•

.. .. ✤ ᕬ  ᕬ
.../ (๑^᎑^๑)っ🍋 T,
./| ̄∪ ̄  ̄ |\🍋 B,
🌷|____.|🍄🍊 C...

SWEET LEMONS [✔]Where stories live. Discover now