Chapter 9 - Intel

309 37 7
                                    

Sudah 3 hari berlalu di Kamp Pelatihan musim panas di Tokyo, Akaashi, Lev, Kenma, Kuroo, Yaku serta Bokuto terus mengamati Machida atas kecurigaan mereka bahawa Machida itu perempuan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah 3 hari berlalu di Kamp Pelatihan musim panas di Tokyo, Akaashi, Lev, Kenma, Kuroo, Yaku serta Bokuto terus mengamati Machida atas kecurigaan mereka bahawa Machida itu perempuan. 

"Belakang punggung ku rasanya panas sekali," batin Machida saat hendak melancarkan servis

Hinata menjadi teman seangkatannya di kelas kak Bokuto, jadi total ia punya 2 murid. "Aahhh, aku kangen 1 ruangan dengan Machiii."

"Jangan khawatir, masih ada kamp pelatihan musim panas selanjutnya. Mungkin kita bisa 1 ruangan," balas Machida yang melihat Hinata tepar di lantai dan akan meleleh 

Sorenya, hanya Machida yang satu-satunya laki-laki (cewe) yang membantu manager lainnya membersihkan barang-barang. "Ehhh, anak dari Karasuno itu sangat rajin yaa, Kiyoko."

Kiyoko tersenyum memandang Machida yang berlarian dengan pelnya sampai hampir terpeleset dengan Yachi. "Tentu saja, matahari Karasuno selalu seperti itu."

"Ehhh? Matahari Karasuno? Nama yang cocok."

"Dia juga dekat dengan ACE tim ku yang moody itu."

"Tentu saja, dia saja bisa mengatasi setter dari tim Karasuno yang bewajah menyeramkan itu."

Setelah selesai membantu para manager, Machida keluar sambil merenggangkan tubuhnya dengan merentangkan tangannya ke atas. "Oh, waktunya aku ganti perban."

Ia berjalan menuju arah kamarnya dan duduk di atas alas kasurnya. Di bawah kasur lipatnya ia menyembunyikan perban, kapas, tisu serta penjepit untuk menggantinya sewaktu waktu. Tidak mungkin kan Machida mengobatinya langsung di depan pelatih.

Saat ia sedang menaruh obat dengan kapas dan penjepit, Bokuto dan yang lainnya masuk tanpa mengetuk pintu. Bahkan Yaku ada di sana datang berkunjung sehingga Machida tak sempat menyembunyikan tangannya.

——  ✿‌◌  ۫     𝅄  —  𝅄     ۫  ◌‌✿   ——

"Eh, ano. Selamat malam," kata Machida

"Tanganmu.." kata Akaashi yang mendekat tapi Machida reflek menjauh sehingga Akaashi berhenti mendekat. Machida tersenyum miring dan mengucapkan "Ah, maaf. Kebiasaan."

"Jadi? Bisa jelaskan, Machida?" Tanya Kenma yang mukanya sudah ada hawa-hawa tidak enak. Machida tertawa canggung sambil menghadap arah lain "Ini efek make up horor."

"Apa aku harus memanggil Sugawara?" Tanya Yaku yang bertanya ke arah Akaashi

"WE- JANGANNN," seru Machida spontan

"Aku bisa tidak selamat pulang nanti," bisik Machida

"Jadi? Lebih pilih menjelaskan atau kita laporkan?" Tanya Kuroo

"Cepuan lu."

"MACHIDA OH NOO, MURID KESAYANGANKU. ADA APA DENGAN TANGANMU YANG BERHARGA UNTUK SPIKE BOLA."

୨ ♡ ୧ Swakarya ; Haikyuu And ReaderWhere stories live. Discover now