34. KECELAKAAN

1.7K 39 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA.

HAPPY READING!!

----o0o----

Kini sudah memasuki bulan ke 8 usia kandungan Alyssa. Tinggal menunggu beberapa Minggu lagi saja untuk bayi yang ada di dalam kandungan Alyssa keluar.

"Sayang... Kamu ikut aja, ya? Kalau kamu nggak mau ikut, aku nggak usah pergi, deh. Aku nggak bisa ninggalin kamu, sayang." Bujuk Raihan yang entah sudah ke berapa kalinya.

Raihan memiliki tugas di luar kota untuk mengurus pembangunan resort barunya.

Raihan bisa saja menyuruh untuk sekretarisnya yang mengurus itu. Namun, Alyssa melarangnya. Karena dia tidak enak dengan sekretaris Raihan yang sudah terlalu banyak mengerjakan yang sebenarnya adalah tugas Raihan sebagai pemimpin.

Karena akhir-akhir ini Raihan sudah melalaikan perkejaan kantornya untuk menemani Alyssa di rumah. Dia ingin menjaga istrinya itu.

Alyssa menyisir rambut tebal suaminya itu dengan tangannya.
"Aku lagi hamil besar lho, sayang. Aku aja udah susah buat jalan ke mana-mana saking beratnya bawa Dede bayi. Kamu pergi aja, ya? Aku nggak papa kok, nanti aku bisa panggil Mama atau Mommy buat nemenin aku di sini."

"Yaudah deh, iya! Kamu harus baik-baik lho, sayang. Kamu harus selalu ngabarin aku, setiap menit!" Ucap Raihan dengan wajah kesal.

Alyssa terkekeh geli melihat wajah kesal Raihan. "Harusnya aku yang ngomong kayak gitu ke kamu. Udah sana berangkat. Nanti telat, lho."

Raihan mengecup kening Alyssa. Lalu ia melumat lembut bibir mungil istrinya itu sebentar.

"Aku pergi dulu." Katanya dengan nada berat.

Alyssa mengulas senyum manisnya. "Hati-hati ya,"

Raihan mengangguk, kemudian melenggang pergi menuju mobilnya yang sudah disiapkan.

Sebenarnya, Alyssa juga tidak rela dengan kepergian Raihan. Tapi ia tidak mau menjadi istri yang egois. Pekerjaan Raihan tidak kalah jauh lebih penting daripada dirinya.

Alyssa melangkah ke kamarnya untuk bersiap-siap. Ia akan menuju ke rumah orang tuanya untuk berkunjung sekaligus melepas rindu.

Setelah selesai untuk bersiap, Alyssa menghampiri supir pribadinya itu yang berada di belakang.

"Pak Janu! Anterin Saya ke rumah orang tua Saya, ya, Pak. Kayaknya Saya bakalan nginep di sana aja biar nggak kesepian." Ucap Alyssa pada supir pribadinya.

"Lho, Non, memangnya Tuan Raihan sudah ijinin Non untuk keluar? Soalnya tadi Tuan Raihan berpesan untuk nggak bolehin Non keluar ke mana-mana." Tanya Pak Januar mengingat pesan Raihan tadi sebelum pergi.

"Saya juga udah ijin Raihan kok tadi. Tolong anterin ya, Pak?"

Sedikit berbohong tidak apa, kan? Ia hanya tidak mau berada di rumah sendiri dengan para pembantu. Itu akan sangat membosankan. Lagipula ia sudah lama tidak berkunjung ke rumah orang tuanya.

"Yasudah kalau sudah ijin. Mari Saya antar, Non."

Pak Januar membuka pintu belakang mobil, mempersilahkan istri bosnya itu untuk masuk.

"Terima kasih ya, Pak." Ucap Alyssa ramah.

"Sama-sama, Non." Balas Pak Januar.

Setelah keduanya memasuki mobil, barulah Pak Januar menjalankan mobilnya menuju rumah Ibu dan Ayah dari istri bosnya itu dengan kecepatan sedang.

"Pak, bawanya pelan-pelan aja ya," Ucap Alyssa.

"Baik Non,"

Entah kenapa, feeling Alyssa kini menjadi tidak enak. Seperti ada yang mengganjal di hatinya.

CRUSH [END]Where stories live. Discover now