ARUTALA 07 | Hujan di Masa Kecil

123 16 5
                                    

Assalamu'alaikum,  yeorobun!
Kumaha damang?

Alhamdulillah udah ada yang nambahin cerita ini ke perpus, jangan lupa vote komennya ya. Biar Oci semangat nulisnya, idenya juga semoga makin lancar.

HAPPY READING

___________________________

Untuk hujan yang membawa cinta.
Namun tidak untukku,
Kamu hanya membawa luka
diiringi sambaran petir yang dasyat.

-Mauren Sayeeda Al Faria

"MAUREN SAYEEDA AL FARIS!” teriak seorang wanita sembari menuruni anak tangga menuju ruang keluarga untuk menghampiri anaknya. Nafas wanita itu memburu menahan kesal.

“Kamu ngelakuin pelanggaran apa lagi Mauren?”

“Mauren enggak ngelakuin apa-apa, suerr.” Mauren mengacungkan jarinya membentuk hurup 'v'.

“Tadi guru kamu nelpon umi, beliau nyuruh umi ke sekolah lagi. Kamu ngapain lagi di sekolah? Bolos sampe lupa pulang ke rumah?"

“Demi jadi istrinya Pak Ravel yang ganteng, Mauren enggak ngelakuin apa-apa.”

Alma berdecak. "Ck. Ravel, Ravel, Ravel terus. Apa untungnya kamu pacaran?"

"Bisa ngurangin hukuman Bu Nina kalo Mauren bikin masalah," ujar Mauren.

Gadis itu asik memakan sarapan, menghiraukan uminya yang sejak kemarin menahan amarahnya. Kulit wajah Alma yang putih kini memerah, bukan karena tersipu akan tetapi ia sangat kesal dengan putrinya. Kesabaran Alma sedang diuji coba oleh Allah dengan menghadirkan sosok Mauren yang selalu bertingkah.

Sebelum kembali mengomeli putrinya, Alma menghirup oksigen perlahan kemudian menghembuskannya pelan.

"Kamu mau jadi apa kalo gini terus? Mau umi masukin pesantren? Lihat tuh Maheer, dia nggak pernah bikin masalah." ucap Alma.

Maheer yang disebut namanya oleh sang umi, menoleh pada Mauren tidak enak hati karena ia selalu menjadi perbandingan. Gadis itu tampak memanyunkan bibirnya. Lagi, lagi, pasti seperti itu.

"Habis ujian semester ini, umi masukin kamu ke pondok." putus Alma tidak ingin ada bantahan.

Pupil mata gadis itu melebar. "ENGGAK MI!"

"Sekarang kamu berani bentak umi?" Alma menatap tajam Mauren.

"Maheer berangkat ya mi, assalamu'alaikum." pamit Maheer sambil menarik kerah leher baju Mauren agar gadis itu bangkit dari duduknya, ia menyeret Mauren dengan paksa.

Alma menghembuskan nafasnya pelan. Tidak Fikar, tidak Maheer. Kedua lelaki itu selalu menyelamatkan Mauren dari amukannya. Ia memijat pelan pelipisnya yang terasa sangat pusing.

Tiba-tiba, Fikar datang dengan rambut yang masih basah. Pria itu baru saja selesai mandi.

"Umi habis marahin Mauren lagi? Umi jangan terlalu keras sama dia," tanya Fikar.

.

Rion menekuk wajahnya.

"Lo kenapa yon? Sumpah dari kemarin muka lo asem banget," ujar Boby.

"Nggak papa."

"Enggak papa, enggak papa mulu. Kayak cewe lu," sahut Aldi.

"Lu berantem sama si Prancis? Eh siapa tuh namanya?" tanya Boby.

ARUTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang