ARUTALA 29 | Jebakan

141 12 4
                                    

Hai Hai yeorobun!!!
Assalamu'alaikum, bertemu lagi dengan oci dan anak-anak yang problematik di sini.

HAPPY READING

Mendengar pertanyaan yang sangat ia hindari terlontar dari mulut gadis di depannya, membuat Sam berpikir keras. Ia harus menjawab apa? Ia juga hanya so tahu saja. Sam memutar otaknya untuk menjawab pertanyaan dari Mauren.

"Mauren!" Seorang gadis dengan rambut dikuncir satu berlari sambil membawa setumpuk buku ditangannya.

Alam semesta sangat baik padanya. Gadis itu menyelamatkan dirinya, ia sangat berterima kasih.

"Maaf nunggunya lama," ucap Arin.

Gadis itu hanya melirik Sam sekilas kemudian menundukan kepalanya. Tanpa sepatah kata pun, Arin menyeret Mauren pergi menjauhi laki-laki itu. "Dia siapa?"

"Gak tau."

.

Brakkk!

Pintu yang terbanding begitu kasar berhasil mengoyak pikiran Mauren yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja. Franciska, masuk ke dalam ruangan kelas 12 social dengan lancang. Kaki gadis itu berjalan tegas melewati Mauren menuju bangku di belakangnya dimana Agatha duduk.

"Cepat berdiri!"

Dengan rasa takut Agatha berdiri dengan tubuh yang sudah bergetar hebat. Tangan kasar Francisca menyeretnya agar mengikuti langkah gadis itu, ia melirik Mauren yang masih tenang dengan posisi semula.

"Cepet!"

Agatha di seret menuju belakang kelas. Franciska mendorong Agatha kasar sehingga tubuhnya terbanding ke atas lantai. Gadis itu meringis pelan.

"Gara-gara lo, gua kena omel wali kelas!"

"Sekarang lo bersihin kelas gua sekarang juga!" Suara tajam yang menusuk mendominasi kekesalannya.

"Lo ga punya tangan? Ga punya kaki?" celetuk seseorang dari belakang Francisca sambil bersandar pada dinding.

Franciska sontak menoleh pada gadis itu. Ia menyunggingkan senyumnya menatap gadis buta itu, berani sekali dia.

"Mauren," lirih Agatha.

"Lo mending pergi, jangan so baik sama gua!" teriak Agatha pada Mauren membuat gadis itu tersentak.

"Dengerin tuh, orang buta urusin aja idup sendiri."

"Gatha?" lirih Mauren. Meskipun selama ini Agatha bersikap seenaknya padanya, ia tetap menganggapnya sebagai sahabat.

Langkah kaki memangkas jarak di antara Franciska dan Mauren. Jantung berdegup dengan kencang bak gendang yang ditabuh untuk memecahkan peperangan. Agatha memandang dengan perasaan harap-harap cemas. Namun, Mauren tetap tenang dengan pembawaannya yang kalem dan tidak gentar.

"Mauren Sayeeda! Pergi lo dari sini!" teriak Agatha memecah keraguan yang sejak tadi hinggap di dirinya.

Franciska menatap tajam penuh intimidasi. Dia merasakan beban di pundaknya semakin berat seolah memikul alam. Dalam beberapa saat hanya ada hening diantara mereka bertiga, suasana begitu menusuk membunuh sukma yang penuh kegelisahan.

Jauh dari jangkauan mata, ada orang lain yang mengintai bersama kamera ditangannya siap membidik objek seperti singa kelaparan yang siap menerkam mangsa. Matanya memandang ketiga sosok yang menjadi objek sasarannya. Mencoba tenang diantara pikiran yang tidak tega dan hati yang berkecamuk tidak ingin ikut campur dengan segala drama alam.

ARUTALADonde viven las historias. Descúbrelo ahora