ARUTALA 09 | I am Strong

154 15 7
                                    

Assalamu'alaikum, yeorobun!!

Apa kabar?
Akhirnya bisa up, jangan lupa vote dan komen.

HAPPY READING

____________________________

Aku yang kuat, bukan keadaan yang membuatku terpaksa menjadi kuat.

-Mauren Sayeeda Al Faris

"Dikit-dikit Mauren, dikit-dikit Mauren, apa-apa Mauren. Gua muak sama si Mauren itu, apa sih istimewanya jadi dia?"

"Muka pas-pasan, pintar juga enggak. Tukang cari masalah sih iya," lanjutnya.

Francisca terlihat sangat tidak suka pada Mauren. Apalagi dengan kedekatan Mauren dengan Rion yang tidak lain adalah kekasihnya. Lelaki itu selalu memprioritaskan Mairen dibanding dengan dirinya.

Kling!

Sebuah pesan masuk pada ponselnya, membuat gadis itu semakin kesal setelah membaca pesan dari Rion.

"Gila, emang sepenting apa sih tuh anak."

.

Di dalam ruang UKS, Mauren bersandar pada bahu Maheer. Gadis itu masih terlihat ketakutan, padahal hujan sudah berhenti sejak tadi.

"Kita pulang," ujar Maheer. Namun, kembarannya itu menggeleng tidak mau.

"Kamu mending pulang," sahut Ravel.

"Iya, lo mending pulang aja Ren."

Gadis itu menggeleng. "Nggak mau, di rumah gua sendirian. Kalo di sini seenggaknya ada kalian," ucap gadis itu.

"Gua takut," cicitnya sambil menunduk.

"Malem ini gua nginep di rumah lo, nemenin lo. Meluk lo kalo ada petir, gimana?" ucap Agatha, gadis itu tersenyum pada sahabatnya.

"Kita juga bakal ikut ke rumah lo, biar bisa nemenin queen Mauren Sayeeda Al Faris. Gimana? Dari pada terus di sekolah, yang lain juga udah pada bubar." Aldi yang sedang bersandar di depan pintu ikut membujuk gadis itu.

"Janji?"

"Janji!" seru Aldi, Rion, Bagas, Boby serta Agatha bersamaan membuat Mauren tersenyum. Air wajah gadis itu terlihat begitu lemah, tidak seperti biasanya yang selalu terlihat tegas.

"Apa saya juga perlu ikut?" sambar pak Ravel.

"Nggak usah," sahut Maheer sambil membantu kembarannya bangkit dari duduk. Maheer kesusahan karena ada kursi yang menghalangi di depannya.

Sontak Ravel ikut membantu, namun Maheer menepis tangan Ravel tidak suka ketika lelaki itu menyentuh kembarannya. Suasana diantaranya menjadi tidak kondusif, Maheer dan Ravel memang sudah besetrus sejak tahu pacaran dengan kembarannya.

Mauren hanya diam, ia sedang tidak ingin berdebat dengan ke dua lelaki itu.

"Eh bentar, lo mau naik motor? Kalo ujan lagi gimana?" tanya Aldi.

"Pakai mobil saya," sahut Ravel.

"Saya nelpon abi dulu ya, biar abi ngirim mobil ke sini." ujar Maheer sambil merogoh tasnya mengambil ponsel, namun Rion mencegah pergerakan tangan lelaki itu.

"Kita naik mobilnya pak Ravel aja, nanti keburu sore banget. Kasian Mauren," ujarnya.

Maheer menoleh melirik kembarannya yang sedang dipeluk oleh Agatha. Mau tidak mau Maheer pun menyetujuinya, dari pada menunggu mobil dari abinya. Ia tidak mau membuat Mauren menunggu lama.

ARUTALADove le storie prendono vita. Scoprilo ora