ARUTALA 13 | Mauren dan Rumor

127 12 15
                                    

Assalamu'alaikum, geng!
Support 1k followers, geng.

Sebelum membaca alangkah baiknya vote terlebih dahulu,
ramaikan komen jugaa.
Plis, jangan jadi silent readers.

Happy Reading

___________________________

"Barangsiapa menyalakan api fitnah, maka dia sendiri yang akan menjadi bahan bakarnya."

- Ali bin Abi Thalib

Mauren turun dari motor Maheer di depan gerbang, kemudian ia berjalan memasuki pekarangan sekolahnya. Entah hanya perasaannya saja atau memang benar adanya, gadis itu merasa setiap siswa yang berpapasan memandang dirinya aneh.

"Pagi pak Ravel," sapa Mauren ketika melihat Ravel baru saja keluar dari mobilnya.

"Pagi," sahut Ravel dengan nada dingin kemudian pergi mengacuhkan Mauren. Tidak seperti biasanya, bahkan sebelum hubungan mereka dipublish pun Ravel tidak sedingin ini.

Gadis memelankan langkah kakinya ketika ia sampai dekat mading, atensinya teralihkan dengan segerombolan siswa yang berada di sana sedang melihat sesuatu yang nampaknya menghebohkan. Karena penasaran ia pun mendekat lalu menerobos.

"Minggir lo pada!" seru Mauren membuat siswa yang berada di sana menoleh pada dirinya, sontak semua siswa memberi jalan dengan tatap aneh sambil berbisik-bisik.

"Ren!" seru Aldi sambil berlari ke arahnya, lelaki itu terlihat ngos-ngosan karena berlari dari kelasnya yang berada di ujung hingga ke depan.

Lelaki itu tiba-tiba menarik tangan Mauren agar menjauh dari mading dan siswa yang sedang menatapnya aneh. Namun tidak segampang itu membawa Mauren pergi dari sana, gadis itu tetap keukeuh ingin melihat mading. Padahal semalama ini ia tidak peduli dengan berita yang selalu terpampang pada mading.

"Apaan sih, lo. Lepasin!"

"Ikut gua bentar."

"Nggak! Gua mau liat dulu ini, ada berita apa sih pagi-pagi gini sampe semua rakyat Bina Nusa berkumpul gini."

Aldi menghembuskan nafasnya perlahan. "Buru ikut gua bentar!"

"Bentar, bangsat!"

Mauren menghempaskan kasar cekalan tangan Aldi pada tangannya, lelaki itu hanya mengusap wajahnya gusar. Mauren sangat keras kepala sekali.

Sebelum melangkah semakin dekat, ia menatap siswa yang sejak tadi berada di sana dengan tatapan tajamnya. Mauren menyilangkan kedua tangannya di dada, selangkah lagi ia semakin dekat dengan mading.

"Udah gitu masih songong, emang gak tau diri."

"Mentang-mentang punya orang tua kaya," bisik seorang siswi membalas bisikan temannya.

Dengan jelas, terpampang sebuah foto yang tidak seharusnya berada di sana. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa? Itu pertanyaan yang berseliweran pada otaknya. Tidak hanya foto, tapi ada selembar kertas yang menceritakan sebuah kejelekan dirinya tersebut.

"SIAPA YANG MASANG INI!?"

"SIAPA!!" teriak Mauren menatap bergantian siswa yang berada di sana termasuk Aldi, namun mereka hanya diam tidak ada yang bersuara.

"SIAPA!!! GUA TANYA SIAPA YANG MASANG INI DI SINI!?"

"SIAPA YANG BERANI NGE-FITNAH GUA!!"

"CEPET BILANG!" Tidak ada sahut, bahkan Aldi pun hanya diam sambil menatap Mauren miris.

ARUTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang