PROLOG

3.5K 112 0
                                    



Hidup = Kelahiran + Pernikahan + Kematian

Seseorang berkata, lihatlah kehidupanmu dari sisi pernikahan. Jika pernikahanmu bahagia kau akan merasa telah lahir kembali, jika pernikahanmu sengsara kau akan merasakan mati berkali-kali.

Jaemin hanya tidak mau memikirkan secara panjang. Pernikahannya hanyalah satu dari periode kehidupan sialan yang harus dijalaninya. Membuatnya ia yang setiap bulan bertandang ke psikolog untuk menannyakan apa yang sebenarnya ia cari dan yang sedang berusaha ia raih.

"Kau hanya bosan Jaem, sekali-kali rubah lah kebiasanmu bersama Mark mungkin dari gaya seks kalian, aku yakin kau akan menemukan sesuatu yang baru." Begitu kata Renjun. Temannya juga yang sekaligus berprofesi sebagai psikolog klinis. Hanya saja ranahnya bukan ke masalah rumah tangga melainkan kesehatan mental, depperesed dan sebagainya. Tentu saja dalam hal ini Renjun merasa dirinya kurang ahli.

"Aku mengundangmu kemari bukan untuk membahas masalah seks, Renjun?" Komentar Jaemin sebal sembari menyesap chamomile yang sengaja dipesan di cafe langganan mereka.

"Aku kan hanya memberimu solusi. Karena tidak banyak orang yang mempunyai pikiran sepertimu berujung mencari selingkuhan, dan yah... Begitulah, aku tidak menyarankan padamu karena aku tahu kau terlalu takut pada Mark."

Benar. Itulah masalahnya. Jaemin yang notabennya takut pada Mark merasa sulit untuk mendiskusikan sesuatu pada suaminya. Padahal Mark suaminya, bukanlah tipe orang yang kasar dan suka main tangan. Soal mengapa ia takut, entahlah ceritanya panjang.

"Kau benar." Ucapan Jaemin yang sepertinya sudah pasrah. Tidak ada sanggahan, hanya ada kebenaran.

"Kau masih ingat nasehatku di awal pernikahanmu?" Ingat Renjun. "Jangan menikah karena rasa takut, karena bukannya meredahkan rasa takutmu, itu justru membawamu pada kemalangan seumur hidupmu."

Renjun yang selalu menentang semua pemaksaan dalam pernikahan. Seperti perjodohan, perjanjian, kontrak atau lainnya. Renjun bisa dikatakan aktifitis nomer satu jika menyangkut kebahagiaan dalam rumah tangga. Menurutnya menikah itu hanya membutuhkan dua orang yang saling bahagia. Entah karena cinta atau bukan. Itu akan memudahkan bagi keduanya mejalani rumah tangga ke depan.


"Aku bisa menduganya, bahkan untuk menggugat cerai saja kau masih diambang ketakutan."

"Aku tidak berpikir sampai kesitu." Bantah Jaemin seketika.


Demi tuhan dia hanya bingung. Masalah perceraian sangatlah jauh dari jangkauannya. Hidup satu kali, mati satu kali, bukankah menikah juga harus satu kali?

"Dia orang baik, kau tahu?"

"Dan kau tertekan untuk seluruh kebaikan itu." Tebakan Renjun terlalu benar.

Bagi orang awam mungkin masalah Jaemin terkesan mengada-ada. Apa yang kurang dari Mark, dia kaya, tampan, sempurna dan hanya orang yang tidak bersyukur saja mencari-cari kesalahannya, termasuk Jaemin. Masalah Jaemin hanya mampu dilihat dalam kacamata seorang profesionalisme. Bahwa sejatinya tidak ada pernikahan yang mudah. Termasuk mempertahankannya.

"Setidaknya kau harus sadar Jaemin, bahwa pernikahan itu rumit. Itulah sebabnya aku menunda pernikahanku sampai sekarang. Kau bukanlah satu dari orang-orang yang merasa tidak nyaman dengan pernikahanmu. Teman-temanku diluar banyak yang mengalami kasus sepertimu. Termasuk Haechan?"

"Haechan?" Sedikit terkejut, Jaemin menanyakan perihal masalah yang juga dihadapi sahabatnya itu.

"Sama sepertimu dia bosan dan merasa suaminya tidak pernah menghargainya?"

Sebenarnya ini privasi dan Renjun tidak harus membocorkan masalah sahabatnya itu. Tapi ketiganya memang sudah bersahabat sejak lama dan sepakat tidak ada yang perlu disembunyikan. Haechan hanya baru kembali dari kehidupan glamournya di Amerika dan menatap disini. Dia bahkan belum menemui sahabat terbaiknya, Jaemin melainkan langsung menemuI Renjun.

"Sesekali ajaklah Mark berlibur di tempat favoritmu atau melakukan hal yang kau suka. Jika dia mencintaimu dia tidak akan menolak?" Saran Renjun di akhir. Satu jam lagi dia sedang ada pertemuan dengan klien, dan sahabatnya ini belum menemukan pemecahan masalahnya.

"Dia pasti akan menolak."

"Percayalah Jaem, kau hanya menolak mencoba bicara dengannya?"

"Bagaimana jika aku menerima saja solusi awalmu?" Timpalnya.

"Solusi yang mana..., Astaga!"

-------------------------------

Hi... aku kembali dengan fanfiction drama angst hehehehe

Disini Mark jodohnya Nana dulu yah, sementara Haechan ama Jeno. Kelihatan kayak jodoh yg tertukar yah?? Pada cerita ini aku bener2 berharap feel nya keterima sama reader, jadinya gue update pelan2 oke.. ^_^


MARRIAGE VOYAGE (NOMIN- MARKMIN) REPUBLISHWhere stories live. Discover now