Mark, Lee

1.5K 83 1
                                    

Bisakah seorang menyimpan perasaan cintanya selama itu agar bisa berujung happy ending?

Tentu saja bisa, karena Mark telah membuktikannya.

Usianya 17 tahun saat menyadari perubahan bentuk fisik dari seorang yang sering menginjakkan kakinya ke rumah. Na Jaemin is freaking hot and awesome, perihal bagaimana sosok tersebut melepas bajunya menyisahkan celana pendek di tubuhnya dan Byurr... aktivitas berenangnya yang selalu Mark intip diam-diam lewat jendela kamarnya.

Katakanlah Mark memang brengsek. Pada usia tersebut hormon sedang meningkat-meningkatnya dan jatuh cinta lewat fisik bukanlah sesuatu yang salah. Saat itu Mark sudah menyusun ancang-ancang untuk mendekati Jaemin, sayangnya niat tersebut terbaca dengan mudah oleh Sang adik, berujung penolakan mati-matian.

"Jangan rusak kepolosan Jaemin dengan otak kotormu Mark, sampai nanti aku tak akan sudi melihat kau berpacaran dengannya!" Begitu sumpah serapahnya yang kini dikabulkan langsung oleh Mark, dengan tidak pernah memacari Jaemin melainkan langsung menikahinya!

Sebenarnya Jaemin sendiri tipe orang yang sulit didekati sehingga membuat Mark sempat frustasi. Bagi Jaemin, Mark tak lebih dari seorang kakak sahabatnya. Penolakan yang terlalu jelas itulah membuat Mark mencari sosok lain di umur produktifnya.

Wajah blesteran ini tidak patut untuk disia-siakan, begitu prinsipnya.

Meski begitu, Mark tetap menjadikan Jaemin yang utama daripada pacar-pacarnya, walau tak lebih utama dari sang adik Haechan. Mark akan langsung mengebut di jalan saat Haechan ada urusan dan menelpon meminta tolong kakaknya untuk menjemput Jaemin. Dan tahukah, hal itu dilakukan Mark dengan menurunkan pacarnya di jalan tol.

Semenjak adiknya menikah dengan Jeno, si pria membosankan yang berujung diboyongnya ke negeri Paman Sam, saat itulah Mark semakin gencar mendekati Jaemin. Dia beri anak itu perhatian kecil dari mulai menemaninya ke kampus, membeli buku, menonton film di rumah dan sebagainya. Karena Jaemin tergolong orang yang pasif didekati, cenderung tidak peka sedangkan Mark sudah tidak bisa menunggu lama, terjadilah aksi heroik dengan Mark yang melamar Jaemin secara tiba-tiba.

Awalnya Mark tidak paham bagaimana Jaemin langsung begitu menerimanya. Karena Mark melamarnya di bioskop tepat dihadapan para penonton, ia pikir Jaemin sedang menyelamatkan harga dirinya disana lalu menolak setiba di rumah. Jauh dari dugaan, Jaemin justru tidak mengatakan apapun, itu berarti lamarannya diterima tanpa paksaan. Dan kau tahu selanjutnya, malam panjang untuk mereka berdua di flat kecil sebelum sebulan pesta pernikahan mereka digelar.

Usia pernikahan mereka 3 tahun sekarang, dan selama itulah mereka menjalani kehidupan yang harmonis. Mark melanjutkan bisnis keluarga dengan menjadi wakil direktur, sementara Jaemin hanyalah penulis freelance yang sangat dikenal dari portal dunia maya. Mereka sempat dikaruniai seorang anak, namun meninggal sehari setelah kelahirannya karena kecelakaan. Bisa dikatakan itu adalah hari-hari yang berat bagi istrinya.

Mark ingat bahwa masa itu adalah masa terkelam istrinya, karena selain itu Jaemin divonis tidak bisa hamil lagi. Istrinya mengalami depresi berat, terkengkang perasaan bersalahnya sendiri. Padahal Mark sama sekali tidak menuntut apapun darinya. Ia sangat mencintai Jaeminnya. Ada atau tidaknya anak tidak akan begitu berarti baginya selama dia bisa terus bersama Jaemin.

"Na, kau mendengarkanku kan?"

Tangan kekar itu terulur memeluk sosok yang berkutat di konter dapur mencuci piring. Ia melepaskan sarung karet sejenak. Menghela napas panjang atas kelakuan kekanak-kanakan suaminya.

"Apa Mark? Jika kau masih memaksaku untuk pergi ke pesta itu, kau tahu kan itu tidak akan berguna."

Mark sedang membujuknya untuk datang ke pesta reuni teman kuliahnya, tentu saja Jaemin yang notabennya tidak suka pesta akan jelas-jelas menolak. Tidak ada yang dikenalnya disana. Entah Jaemin yang mungkin sulit berbaur atau malas mengenal orang baru.

MARRIAGE VOYAGE (NOMIN- MARKMIN) REPUBLISHWhere stories live. Discover now