XV.

613 37 1
                                    

Sebuah pergumulan panas dilakukan dua orang di atas ranjang hingga bunyi dencitannya menggema. Dari kulit ke kulit bergesekan. Menyuarakan erangan kenikmatan keduanya. Tetes-tetes keringat jatuh, mulut membuka tertahan, pada tangan yang menggenggam erat tidak bisa lagi menahan kenikmatan lebih dalam.

Dalam persenggamaan ini tak ada rasa bosan. Yang ada hanyalah ketagihan. Untuk lagi dan lagi berkubang dalam dosa yang sepatutnya menjerumuskan keduanya.

Katakan pada waktu bagaimana mereka akan berhenti. Permainan yang semakin menggila bahkan melibatkan dua hati yang sejatinya tidak bersalah apapun. Katakan pada karma entah balasan apa yang mereka dapat jika kesakitan ini tak kunjung mereka hentikan. Dan katakan pada Tuhan, bagaimana dia akan memaafkan keduanya.

Mengapa dosa dilarang jika sejatinya ini benar-benar nikmat. Jikalau mereka telah terlanjur masuk pada lingkaran setan, setidaknya lingkaran ini telah memberinya bahagia dibanding rasa hampa yang muncul dari ketidak puasan hidup masing-masing.

Jeno dan Jaemin memang sudah terjerumus terlalu jauh.

Melalui kebohongan dan kebohongan lagi mereka telah bertemu. Tidak peduli resiko, asal dapat memandang wajah masing-masing pun sudah cukup bagi keduaya.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Jaemin menyadarkan lamunan Jeno di siang hari. Setelah pergumulan panas tadi masih sempat-sempatnya calon Ayah ini merokok di samping jendela dalam keadaan telanjang bulat. Begitu pun dengan Jaemin yang ikut mendekat, membuat Jeno harus mematikan putung rokoknya itu sejenak.

"Aku berpikir bagaimana jika kau yang seharusnya menjadi istriku. Apa aku akan sebahagia ini setiap hari?" Godanya. Selalu ada perasaan senang ketika memandang wajah manis itu. Tidak memungkiri milik orang lebih menarik dibanding milik sendiri.

"Kau berkata seperti itu, seolah-olah kau memang menyukaiku sejak awal."

"Aku memang menyukaimu."

"Tapi yang kau mintai menjadi kekasih  adalah Haechan." Tepisnya.

Pada romansa sekolah mereka, Jeno telah mengakui pada awalnya memang tertarik pada Jaemin. Kebersamaan di tim olimpiade memberikan perhatian khusus. Tapi Haechan memang seperti magnet baginya. Begitu saja menarik tanpa memberi kesempatan untuk mencerna sebuah rasa.

"Haechan bilang kau tidak pernah mempunyai kekasih sebelumnya." Tanya Jeno lagi.

"Tidak ada kekasih seumur hidupku sampai akhirnya seorang CEO tampan, kaya dan baik seperti Mark Lee datang melamarku."

Sebuah kisah klasik, seorang baik hati yang tidak pernah jatuh cinta tiba-tiba kedatangan pangeran mapan dan tampan di hidupnya. Benar-benar kisah hidup yang diinginkan semua orang. Bukankah Jaemin memang seberuntung itu. Dia mendapatkan pria tanpa perlu mengajaknya susah.

"Itu tidak lagi romantis jika kau baru saja menikmati persetubuhan denganku, sayang." Ejek Jeno

"Kau lupa peraturannya Jen?"

"Tentu saja, tidak ada hak untuk cemburu."

Kalimat itu yang selalu mereka berdua tekankan ketika dalam keadaan terjepit. Tidak ada alasan untuk cemburu karena masing-masing telah memiliki orang lain.

Udara siang semakin panas. Bukan karena mereka telanjang dan saling berpelukan, melainkan anomali cuaca yang sangat sulit diprediksi. Sama halnya takdir mereka berdua yang tak tahu dimana akan bermuara.

"Sampai kapan kita seperti ini?" Tanya Jaemin melankonis.

Sejujurnya ia bahkan suka bertanya-tanya mau dibawah kemana hubungan ini. Walau ia sendiri tahu tidak ada tujuan utama penghianatan kecuali neraka.

MARRIAGE VOYAGE (NOMIN- MARKMIN) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang