XVIII.

845 50 0
                                    

Kesabaran Mark memang harus diuji ketika dia menjadi samsak kemarahan dua orang, Haechan dan Renjun. Menganggap bahwa tindakannya begitu keterlaluan karena menyakiti hati sahabat mereka. Tapi Mark terlalu abai, memilih untuk mengendalikan emosinya lebih dulu. Dia baru bergerak ketika melihat Jeno diam-diam keluar. Instingnya langsung memaksa untuk mengikutinya diam-diam.

Aksinya begitu mengejutkan, Jeno yang mengendarai mobil layaknya orang kesetanan lalu memberhentikan taksi secara paksa. Cukup kaget Mark dengan siapa orang yang ditariknya dalam taksi tersebut, tak lain tak bukan adalah istrinya sendiri.

Perasaan campur aduk antara marah, terkejur, kecewa dan benci menjadi satu. Bukankah Mark tidak akan percaya sebelum dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Inilah saatnya melihat bagaimana dua sejoli itu saling beradu argumen. Teriakan dan tangisan dilontarkan oleh istrinya sendiri sementara Sang adik ipar —atau yang saat ini dia sebut sebagai bajingan, justru mencoba menciumnya.

"APA YANG KAU LAKUKAN BRENGSEK!!!"

Hanya beberapa saat ketika dua kepala itu menoleh, Mark langsung menerjang satu tubuh itu setelah menyingkirkan tubuh istrinya dengan kasar. Jeno terlambat menyadari sehingga ia biarkan saja tubuhnya remuk diterkam oleh kekuatan Singa yang terluka sekaligus beberapa pukulan yang membabi buta.

"MARKKK BERHENTI...!!!"

Benci. Mark benci dengan pekikan penuh kekhawatiran itu. Teriakan yang juga berhasil menjeda pukulannya pada Si brengsek ini.

Jeno yang terkapar dengan pukulan menggila Mark. Kepalanya tepat berada dikakinya. Teriakkannya menusuk telinga juga tubuh penuh memar, muka lebam dan bibir pecah yang mengalirkan darah. Matanya berkunang hebat, membuatnya terpaksa memejamkan mata rapat-rapat.

Tapi di kegelapan, semuanya justru jadi terbayang jelas. Bagaimana Jaemin yang menangis histeris serta berusaha menghentikan aksi penyerangan ini.

"Berapa lama kalian bermain dibelakangku?" Tidak seperti bertanya, Mark justru seolah mengintrogasi keduanya. Perasaan marah masih mendominasi dirinya.

"Lima bulan. Lima bulan yang lalu." Balas Jaemin cepat. Sedikit panik juga, tidak menyangkah juga keadaan menjadi runyam seperti ini.

"Benar hanya lima bulan?" Mark berujar sinis. "Kau senang menjalaninya Na?"

"Bu-bukan begitu?" Jaemin bagaikan kehabisan kata-kata untuk menggelak. Ia tahu betul bagaimana cara Mark marah, tapi dibanding marah ini lebih mirip murka. Ditambah tatapan terluka dari kedua matanya.

"Jadi ini yang kau bilang bertemu produser padahal kau sedang mengatur pertemuan diam-diam dengannya." Desisnya.Walau rasanya ia ingin menghabisi keduanya tapi Jaemin masih memiliki peranan penting di hidupnya.

"Apa kau tidur dengannya Na?"

"M-mark...?"

"JAWABBB NAAA...!!!"

Tak ada jawaban. Tangisan Jaemin yang mulai menggila membuat Mark cukup menyadari sesuatu.

Dasar bodoh, tidak ada yang namanya selingkuh tanpa persetubuhan. Mark bahkan telah menjalaninya lebih dulu. Tapi saat orang yang dicintainya membalas, mengapa rasanya sesakit ini. Permintaan maaf tiada berguna. Harapan bagi Jaemin untuk tidak membalas perbuatannya ternyata ilusi belaka. Jaemin membalasnya dengan berkali-kali lipat jauh lebih parah.

"Brengsekkk.... AKKKKHHHH!!!"

Pukulan, terjangan diberikan lagi pada Jeno. Ingin sekali Mark menghabisi orang ini. Walau istrinya tetap salah tapi Mark membutuhkan pelampiasan dari semua rasa sakit ini.

"Mark hentikan dia bisa mati!" Jerit Jaemin. Jeno yang terbatuk sampai mengeluarkan darah. Wajah dan kepalanya sudah tak berbentuk. Beruntung Jaemin berhasil melindunginya dengan memangku kepalanya lebih dulu.

MARRIAGE VOYAGE (NOMIN- MARKMIN) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang