Jeno, Lee

1K 70 1
                                    

Seorang sesempurna Lee Jeno, bisakah dia menerima kekurangan dari orang lain?

Berparas rupawan dengan otak cemerlang Jeno pun dianggap orang berada bagi sebagian besar teman-teman sekolahnya. Menner-nya pun bagus, tidak ada celah. Hingga memudahkan dirinya pada pencalonan OSIS dan memenangkannya.

Selain itu dia juga termasuk berhasil di akademik. Tidak ada nilai merah di rapot, pun dia yang juga langganan olimpiade di sekolahnya. Dengan kesempurnaan seperti itu, tak ayal membuatnya sedikit indivualis. Dia jarang menerima bantuan pun membantu orang lain. Sikapnya dingin, mengusir siapapun yang ingin mendekati atau cari muka dengannya.

Jeno Si misterius. Dia akan berangkat sekolah paling pagi dan pulang paling petang. Itu semua semata-mata digunakan untuk menyembunyikan jati dirinya bahwa ia tak lain adalah anak seorang pelacur yang hidup di gerbong kereta. Kemiskinan membuat keduanya menyewa dua gerbong khusus. Sementara Ibunya bekerja, tugas Jeno adalah belajar dengan baik.

Jeno tidak membenci Ibunya. Dibiarkannya dia hidup di dunia saja dia sudah untung. Walau ia tak mengerti siapa ayah kandungnya, setidaknya Jeno bersyukur gen pintar ini menurun darinya membuatnya mudah memposisikan diri dalam lingkungan masyarakat. Jeno pun bertekat agar kelak dia bisa membawa ibunya tinggal di tempat yang lebih layak.

Bagi Jeno, waktu yang dimiliki adalah uang. Tidak ada waktu untuk beristirahat. Setiap harinya ia akan bangun di pagi-pagi buta, memakaikan masker diwajah untuk berkeliling mengantarkan koran. Lalu berangkat sekolah, belajar, menunggu sekolah usai dia bekerja pula sebagai creator vidio pada akun komersial miliknya. Barulah saat sekolah sepi, Jeno akan pulang dan beristirahat.

Lelah mungkin, tapi hasil yang didapat dari kegiatan rutinnya selama 3 tahun itu tidak main-main. Jeno berhasil membeli satu apartemen kecil yang berlokasi di pusat kota. Jeno menjadikan ini kejutan di hari Ulang Tahun Ibunya dan berharap Ibunya itu senang dengan memeluknya hangat. Sayangnya respon berbalik justru diterimanya. Ibunya menamparnya dengan sangat keras. Beranggapan bahwa selama ini Jeno mempersulit diri hanya untuk menutupi jati dirinya yang sebenarnya. Entah pengaruh alkohol atau obat-obatan, Ibunya pun berteriak bahwa Jeno malu lahir dari pelacur sepertinya dan berkata bahwa ia pun menyesal mempertahankan Jeno.

Bagaimana perasaan Jeno malam itu?

Kacau, sangat!

Kecewa, luar biasa!

Kaget, ini sama sekali diluar prediksinya.

Bagaimana Jeno terlanjur sakit hati. Seolah kerja kerasnya selama ini tidak dihargai. Ia benci kesia-siaan, maka dengan keputusan berat, Jeno pun pergi dari rumah itu detik itu juga.

Katakanlah beban dihidupnya kali ini sedikit terangkat. Jeno percaya diri bisa menghidupi dirinya sendiri. Walau rasa sepi tidak bisa ia pungkiri. Memang sejatinya dia harus terbiasa dengan kesulitan hidup seolah itu sudah melekat dalam jiwanya. Tapi Jeno juga remaja. Kadang ingin rasanya bersenang-senang seperti pada sosok yang sekarang sedang bersorak-sorak memandu acara pertandingan basket di sekolahnya. Sosok yang sejatinya menarik jutaan umat dengan sisi cerianya,

Lee Haechan.

Pertemuan pertama kali dengan Haechan adalah di roftrop SMA tahun terakhir. Saat sosok itu menangis karena baru memutuskan pacarnya. Terseduh-seduh hebat, yang awalnya Jeno pikir hantu sekolah, dan ternyata tidak. Jeno memberinya permen gummy bear dan berkata sebuah pernyataan retoris.

"Air matamu terlalu berharga untuk menangisi sampah sepertinya."

Sampah! Kata frontal untuk Jeno menyebut orang-orang tak tahu diri dalam hidupnya. Termasuk Ibunya, entahlah.

Anehnya Haechan justru terhibur dengan ucapan tersebut. Apa karena dia dibesarkan dalam keluarga baik-baik tanpa pernah mengumpati orang. Berbeda dengan Jeno yang setiap hidupnya terasa ingin mengumpati orang karena tidak ada yang berpihak padanya.

MARRIAGE VOYAGE (NOMIN- MARKMIN) REPUBLISHWhere stories live. Discover now