IX.

629 55 8
                                    

Renjun hampir mengumpat ketika didapatinya pintu apartemen diketuk dengan sangat keras padahal dia sudah berniat mandi dan mengistirahatkan otot-ototnya. Beruntung dia mengenal pola ketukannya dalam ritme kecepatan sekaligus iramanya. Well, terdengar seperti manusia yang sedang frustasi dan Renjun sudah tentu bisa menebaknya.

"What the fuck, bisakah kau sedikit sopan untuk bertamu ke rumah orang lain Lee Jaemin?"

"Rasanya aku ingin sementara kabur kesini."

Jaemin yang menyerusuk masuk bahkan ketika Renjun belum mempersilahkannya. Duduk di sofa ruang tamu, dengan wajah keruh yang ditekuk dalam. Sudah Renjun hafal ekspresi dari suasana hati sahabatnya ini.

"Kau ada masalah lagi dengan Mark?" Yang ditanya tidak menjawab. Mungkin butuh waktu sedikit untuk menormalkan suasana hatinya.

"Ada apa? Bukankah Mark sudah memperlakukanmu dengan cukup baik?" Tanyanya lagi.

Baru kemarin dia melihat snagram dari Haechan berisi foto-foto liburan mereka bersama masing-masing suaminya. Hal itu bahkan sempat membuatnya iri dan ingin berlibur dengan kekasihnya juga.

"Kau tidak mengerti Renjun." Desahnya menarik napas. "A-aku sendiri bahkan tak memahaminya."

Jika Haechan adalah teman yang gemar bercerita dan mudah menunjukkan perasaannya, beda lagi dengan Jaemin yang sangat sulit bercerita tentang perasaannya sendiri. Walaupun itu kepada seorang profesional. Untuk itu yang perlu dilakukan Renjun adalah menunggu. Sama sekali tak memaksa temannya bercerita secepatnya.

"Kau boleh menginap disini untuk waktu yang lama bahkan selamanya." Balasnya.

"Kau sungguh tak keberatan?"

"Aku akan menunggu sampai kau tenang."

Sebuah keberuntungan mempunyai teman seperti Renjun. Selain baik dan setia, dia pun juga merupakan pendengar yang baik. Terlepas dia seorang psikolog atau tidak, karena Jaemin sudah mengenalnya sejak zaman SMA.

"Oh iya Jaem, coba hitung satu sampai sepuluh dan coba tataplah ke arah pintu" Ucap Renjun tiba-tiba sebelum berbalik untuk mandi.

"Apa maksudmu?"

"Hitung saja." Perintahnya. Baiklah, pandangan Jaemin lantas terarah pada pintu apartemen tersebut. Menghitung dari angka awal. 

Delapan.

Sembilan.

Sepuluh.

Braakkk!!

"Rasanya aku sudah tidak bisa lagi menghadapi Lee Jeno, Renjun!"

Sebuah teriakan mengejutkan datang dari sosok yang membuka pintu bahkan tanpa mengetuk. Disamping karena ketidak sabarannya, juga karena dia telah hafal password apartemen yang sering dikunjungi tersebut.

"J-jaemin? Mengapa kau disini?"

Dan inilah bagian lucunya, dimana Haechan yang seperti kepergok mengatakan sesuatu yang salah. Begitu pula sebaliknya Jaemin yang merasa  kepergok di apartemen Renjun. Mereka tidak bodoh, Renjun adalah tempat curhat pertama ketika mereka menemukan permasalahan rumah tangga mereka.

"Tentu saja untuk berbagi permasalahan yang sama." Jawab Renjun tepat. Membuat keduanya kontan salah tingkah.

Bisa dibilang tadi pagi mereka berenam baru kembali dari villa ke rumah masing-masing. Jaemin yang semobil bersama Mark, sementara mobil satunya diisi Haechan, Jisung, Chenle beserta Jeno yang menyetir. Bisa dibilang liburan yang berakhir buruk saat suasana mobil tidak seramai sebelumnya. Bahkan mood buruk itu sudah bisa diprediksi saat sarapan di meja makan. Tapi masing-masing memilih diam dan menyembunyikan.

MARRIAGE VOYAGE (NOMIN- MARKMIN) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang