TIGA PULUH SATU

4.8K 471 62
                                    

Assalamualaikum guys💗
Bagaimana kabarnya? Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

Masih menunggu kelanjutan cerita Nazira?
Aku harap kalian masih selalu menunggu kelanjutan cerita Nazira sampai End🤗
Dan yang pasti selalu dukung dan support diriku dengan cara vote dan coments😉

Karena part 30 gak tembus 1k coments jadinya aku gak jadi double update di hari kamis heheh
sedih sekarang jrang yang coment dan yg vote juga sedikit🥺 padahal aku sekarang udah nyuri nyuri waktu buat lanjut nulis di sela sela sibuk nya aku kerja.

Tapi gapapa aku tetep semangat dan bakal nulis cerita Nazira sampai end🤗

Semoga kalian suka dengan part ini💗
Bantu share, vote, and coment ya guys


⚠️WARNING⚠️
Jadikan Al Qur'an bacaan utama ya guys🤗

Rasulullah SAW memberi motivasi, "Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebajikan, sedangkan dari kebajikan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." Maka jika seorang Muslim membaca setiap hari 10 ayat, sudah berapa kebaikan yang dicatat oleh Allah kepadanya?

Jangan sampai kita lupa untuk membaca Al Qur'an walaupun dalam sehari hanya 1 ayat🥰

Happy reading💗

*****

"Na'am, umi." Ucap Rakhan pada seseorang di seberang telepon yang sudah di pastikan itu adalah Fatimah.

Nazira yang sedari tadi hanya memerhatikan interaksi Rakhan dan Fatimah di telepon itu segera beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Rakhan ketika Rakhan sudah memutuskan sambungan telepon.

"Umi ya?" Tanya Nazira.

Rakhan menggangguk.

"Umi bilang apa?" Tanya Nazira lagi karena penasaran pasalnya sedari tadi Rakhan hanya menjawab menggunakan bahasa arab yang sama sekali ia tak mengerti.

"Umi bilang, saya disuruh datang ke pesantren untuk menemui mbah kyai karena ada suatu hal yang ingin di bicarakan."

Nazira menggangguk, "Gue ikut boleh?"

"Maaf Nazira, tetapi tadi umi menyampaikan bahwa saya disuruh untuk datang sendiri."

Nazira sedikit kecewa dengan jawaban Rakhan yang seolah dirinya tidak diperbolehkan ikut. Tetapi, ia tetap berfikir positif mungkin ini urusan soal pesantren walau sebenarnya perasaannya sedikit tidak enak.

Rakhan yang peka dengan perubahan raut wajah Nazira itu lantas mengusap kepala Nazira. "Maaf, saya tidak bermaksud tidak ingin mengajak kamu, Nazira."

Nazira tersenyum lebar hingga menampakkan gigi nya yang rapi dan putih. "Gapapa, gue ngerti."

"Saya antar kamu pulang, setelah itu saya langsung menuju ke pesantren."

Nazira menggangguk lalu mengambil tas nya yang berada di sofa. Dan mereka berdua berjalan keluar dari ruangan Rakhan untuk menuju parkiran kantor.

NaziraWhere stories live. Discover now