TIGA PULUH EMPAT

2K 194 167
                                    

Assalamualaikum guys
Bagaimana kabarnya? Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

Aku minta maaf banget sama kalian yang udah nunggu cerita 'Nazira' disini bukannya aku gk mau update atau apa tapi emg situasi aku di real life sedang tidak baik2 saja dan berpengaruh banget untuk ngelanjutin cerita ini. Jadi untuk kemarin aku lebih fokus dulu ke real life dulu.
Aku harap kalian tetap setia menunggu kelanjutam cerita 'Nazira'. Sekali lagi aku terima kasih dan maaf untuk kalian semua.

Next 1k vote + 1k coment! Jangan jadi cilent readers!!

⚠️WARNING⚠️
Jadikan Al Qur'an bacaan utama ya guys🤗

Rasulullah SAW memberi motivasi, "Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebajikan, sedangkan dari kebajikan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." Maka jika seorang Muslim membaca setiap hari 10 ayat, sudah berapa kebaikan yang dicatat oleh Allah kepadanya?

Jangan sampai kita lupa untuk membaca Al Qur'an walaupun dalam sehari hanya 1 ayat🥰

Happy reading

*****

Nazira duduk termenung. Tatapannya kosong dan pikirannya kacau. Sudah hampir satu jam ia menunggu kabar dari dokter yang sedari tadi belum juga keluar dari ruang IGD.

Rakhan yang melihat istrinya yang seperti itu menjadi tidak tega. Ia mengusap puncak kepala Nazira yang sekarang sudah terbalut dengan hijab.

"Makan dulu ya, kamu belum makan dari pagi." Tawar Rakhan.

Nazira menggeleng, "Aku gak laper."

"Makan sedikit, ya?"

Nazira tetap kekeh menolak. Perutnya tidak terasa lapar sedikitpun walaupun belum terisi apapun sedari pagi.

Rakhan terus membujuk istrinya itu untuk makan. Karena, ia khawatir jika Nazira nanti sakit. Rakhan ingat betul saat dulu Nisa sakit dan Nazira menjaganya hingga lupa makan dan berakhir pingsan di kantor.

Ia tak habis fikir untuk terus membujuk Nazira. Hingga Rakhan menawari apapun makanan yang ingin di makan Nazira akan di belikan oleh Rakhan sekalipun itu makanan yang sangat mahal.

Nazira tetaplah Nazira. Ia tetap kekeh menolak bujukan Rakhan yang menyuruhnya makan. Ia tidak peduli dengan itu, yang ia pedulikan sekarang adalah Nisa. Rasa lapar nya itu tidak akan sebanding jika nanti harus menerima kenyataan pahit.

"Makan dulu ya, Nak."

Bukan Rakhan kali ini, tetapi Fatimah yang turun tangan membujuk Nazira supaya mau makan.

Baru saja Nazira ingin menjawab, pintu ruangan terbuka dan seorang dokter muncul.

"Bagaimana keadaan ibu saya, dok?"

"Keadaan pasien cukup mengkhawatirkan, di karenakan pasien mengalami luka parah di daerah kepala, tetapi kami sudah melakukan tindakan lebih lanjut kepada pasien, selebihnya kita pasrahkan kepada Tuhan." Ujar dokter.

"Tapi, ibu saya bisa sembuh kan, dok?"

"Kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu supaya agar bisa pulih."

Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: Apr 06 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

NaziraKde žijí příběhy. Začni objevovat