24. Unexpected News; Difficult (1)

26 11 10
                                    


Setelah pertunjukan hari itu, Suhaa membawa paksa Heiran agar turut serta kembali bersamanya ke Paris

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Setelah pertunjukan hari itu, Suhaa membawa paksa Heiran agar turut serta kembali bersamanya ke Paris. Meski setelah hari itu perdebatan mereka tidak menemukan titik temu untuk memperbaiki hubungan keduanya yang kini sedang terjebak dalam kemelut yang begitu rumit dan cukup memusingkan.

Di dalam pesawat pagi itu pun Heiran memilih diam. Duduk dengan tenang mengalihkan perhatiannya seraya mendengarkan musik. Membiarkan bulatan kecil headset tersebut menyumpal, memenuhi kedua rongga telinganya. Sengaja menggunakan cara lain agar dirinya tetap dalam posisi tersebut dan tidak terusik. Sulit untuk didekati dengan mengabaikan sosok Suhaa yang begitu nyata berada di dekatnya.

Suhaa yang merasa didiamkan seperti itu hanya bisa menghela napas kasar dalam lirikan sekilas. Melihat bagaimana wanitanya kini benar-benar tidak menghiraukannya. Namun, biarlah. Paling tidak, Heiran membiarkannya untuk tetap duduk di sebelahnya dan mau pulang bersama dirinya. Walaupun suasana keberangkatan dan suasana pulang seperti ini terasa berbeda dan cukup mengganggu. Mau tidak mau, Suhaa harus menerimanya karena bagaimana pun memang benar ada ucapan Heiran yang kala itu masih terngiang di dalam rungunya.

“Jika benar mencintaiku harusnya kau mencariku! Bukan menungguku hingga datang ke orkestra!”

Ya, memang tidak ada yang salah dengan hal itu. Akan tetapi, mau bagaimanapun Heiran juga mengerti akan posisi Suhaa yang akan sulit menentukan pilihan dan tetap bertanggung jawab akan pekerjaannya. Jadi walaupun terlihat diam, Heiran masih mentoleransi bagian tersebut meski tidak membenarkan bagaimana Suhaa harus membayarnya dengan one night stand. Mengkhianatinya satu kali dan mempermainkan perasaannya.

Masih berpikir dalam diamnya di mana di dalam kepalanya terdapat ruang yang aman, apa semua pria begitu mudah melakukannya tanpa hati? Tidak tahu. Heiran sudah tidak bisa membayangkannya mengingat dirinya sendiri kali ini juga terselimuti dengan perasaan tidak tenang dan juga bimbang.
Baru menyadari satu hal yang semula ia anggap tidak begitu penting. Ingatannya mengenai malam itu ternyata bukanlah mimpi. Kenyataannya, Hobie memang datang malam itu.

Menyelimuti dirinya dan juga memberikan kecupan yang terasa hangat di kening. Bahkan setelah apa yang ia lihat dalam rekaman CCTV rumah tersebut yang ternyata tidak pernah berhenti menjalankan tugasnya, dengan tidak tahu dirinya, Heiran memeluk Hobie begitu erat di mana Hobie terlihat gelisah kala itu akan setiap pergerakannya yang terlalu nyaman. Sehingga, Heiran lebih memilih memejamkan matanya dan memendamnya di dalam hati. Mau bagaimanapun, sepertinya kini posisinya dengan Suhaa benar-benar impas meski Heiran tidak melakukan apa pun. Namun, tetap ada rasa bersalah di sana.

Hingga pesawat yang mereka tumpangi hari itu pun mendarat dengan selamat sampai tujuan. Bahkan di dalam apartemen hunian keduanya, Heiran masih mempertahankan sikap defensifnya menjauhi Suhaa. Tidak sedikit pun ingin melunakkan ketegangan yang terjadi.

Suhaa sempat membuang napas kasar ketika melihat punggung Heiran perlahan menjauh dan berjalan menuju kamar. Alih-alih ingin memberikan ruang, Suhaa yang merasa tidak puas akan sikap Heiran pun mulai mengambil sikap.

Saat Suhaa menemukan celah, ketika itu pergerakan Suhaa yang terbilang tiba-tiba hingga membuat Heiran terbaring di ranjang membuat wanita tersebut membeliakkan mata.

“Menyingkir! Aku sedang tidak ingin meladenimu!” tukasnya seraya hendak bangkit dari kungkungan kekasihnya yang kini menindih tubuhnya. Berusaha meloloskan diri dengan sekuat tenaga.

Namun, semakin Heiran berusaha, Suhaa semakin mengunci pergerakan wanitanya. Menahan kedua pergelangan tangannya hingga berada tepat di kedua sisi kepala.

“Aku tidak memintamu untuk melayaniku. Aku hanya ingin ruang untuk bicara agar masalah ini selesai. Kita sudah dewasa Heiran-ie. Mendiamkanku begitu lama sungguh kekanak-kanakan.” Suhaa melembutkan suaranya seraya melepaskan pergelangan tangan wanitanya, membelai dengan sayang surai Heiran. Meski dari setiap ucapannya terkandung makna melayangkan protes. Tidak terima akan situasi yang tidak mengenakan ini.

Masih dengan respons yang sama. Napas Heiran terdengar memburu bila berhadapan dengan Suhaa yang seperti ini. Sorot mata kekesalan terlukis jelas dalam wajah Heiran. Paling tidak dengan begini, wanitanya mau mendengarnya. Pikir Suhaa kala itu.

Sontak Heiran terkekeh terkesan menghina. Dengan menaikkan sebelah alisnya bersamaan dengan seringai rasa tak sukanya, wanita tersebut meladeni.

RetrouvailleWhere stories live. Discover now