32. Will You Listen Me?

31 11 0
                                    


Wanita itu tidak menyangka akan apa yang ia lihat saat ini tepat di depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Wanita itu tidak menyangka akan apa yang ia lihat saat ini tepat di depannya. Tiada menduga akan kunjungan seseorang yang beberapa menit lalu meneleponnya hanya untuk menanyakan di mana huniannya saat ini.

Awalnya wanita yang berprofesi sebagai dokter andrologi ini hanya mengira bahwa temannya tersebut hanya sedang berbasa-basi belaka di tengah candaan keduanya yang biasa keduanya lakukan sewaktu dulu. Tidak menanggapi secara serius akan ucapannya mengenai hal itu.

Namun, siapa yang mengira bahwa seseorang tersebut yang sempat mengganggu jam kerjanya, meski tidak bisa dibilang mengganggu juga karena bertepatan dengan wanita yang perawakannya begitu anggun itu hampir menyelesaikan jam kerjanya, ternyata begitu serius dengan ucapannya yang akan datang berkunjung dengan segera. Tidak pernah membayangkan bahwa keduanya yang tinggal dalam satu benua, akan tetapi berbeda negara akan bertemu di sini, Paris.

Dan pada akhirnya, di sinilah mereka. Duduk bersantai saling berhadapan di atas sofa panjang berwarna cokelat yang begitu empuk di ruang tamu dalam sebuah hunian unit apartemen mewah milik wanita tersebut. Atau bisa seseorang itu bilang, sebuah penthouse yang berada di salah satu kawasan elite yang tak jauh dari rumah sakit tempat wanita tersebut bekerja yang berada tepat di jantung kota Paris, Prancis.

Sembari berbincang, keduanya ditemani dengan secangkir cokelat panas yang telah tersuguhkan di atas meja. Tidak lupa dengan minuman kesukaan sahabatnya itu yang menjadi tamunya malam ini, wiski dengan merek ternama di mana telah bersanding dengan gelas kristalnya. Berlindung dari dinginnya awal musim dingin yang sedang berlangsung.

Wanita yang berbalut dengan piama tidurnya yang begitu santai tampak sedang menyeduh cokelat panasnya. Sebelum pada akhirnya membuka konversasi begitu meletakkan cangkirnya kembali ke atas piringan kecil.

“Ada apa kau mengunjungiku tiba-tiba? Bahkan aku tahu benar kau itu pria yang begitu sibuk Hobie. Tidak mungkin bila kedatanganmu kemari tidak disertai dengan urusan bisnis.”

Ucapan wanita tersebut sangat beralasan mengingat keduanya memiliki kesibukan masing-masing yang sanggup menyita waktu dalam rutinitas yang begitu penat di bawah tekanan.

Benar. Pria yang sedang datang berkunjung dalam balutan kemeja berwarna hitamnya dengan dua kancing teratas yang masih terbuka dan juga begitu mudah ditebak aktivitasnya, menemui wanita tersebut di tengah waktu senggang yang bisa dimiliki oleh seorang pebisnis pada malam hari adalah Hobie Alioth Benetnasch. Sahabat dari wanita tersebut yang telah dikenalnya sejak lama.

Sebelum menjawab, Hobie pun memilih mencondongkan tubuhnya. Menumpu kedua sikunya di atas kedua pahanya seraya menuangkan cairan wiski tersebut. Di antara dua pilihan yang tersuguh di depan matanya malam itu, Hobie lebih memilih minuman yang selalu berhasil sedikit mengurangi kepenatan dalam pikirannya. Meski tidak benar-benar bisa mengenyahkan apa pun yang menjadi benang kusut dalam pikirannya.

Meski begitu, Hobie hanya berusaha melarikan diri dari apa yang terjadi dengan bantuan minuman beralkohol tersebut. Bahkan suasana yang hening pun, harus terinterupsi akan bunyi yang dihasilkan oleh cairan yang dituangnya ke dalam gelas kristal. Tidak terlalu banyak. Hanya setinggi setengah sentimeter.
Pria itu menyunggingkan senyum miring sebelum pada akhirnya meraih gelasnya dan menenggaknya dalam sekali teguk. Membenamkan indra perasanya ke dalam aftertaste yang dihasilkan oleh cairan berwarna kekuningan tersebut yang sesaat lalu memenuhi rongga mulutnya.

Setelah mengambil jeda sejenak dengan hatinya yang mulai merasa siap, barulah Hobie menimpali.

RetrouvailleWhere stories live. Discover now