6

442 36 11
                                    

"Hantu? Hantu apaan sih ini gue!"

"Tay?"

"Iya kenapa gak seneng!"

"Seneng kok Tay seneng"

New langsung memeluk Tay memeluk seseorang yang sangat ia rindukan.

Mungkin kalau ada Krist di sini laki-laki berponi itu akan memisahkan New dari Tay.

"Tee aku takut" Ucap New lirih.

Tay bisa merasakan tubuh New bergetar karna takut, pria ini memeluk nya sambil menangis namun tak terlihat oleh Tay.

"Ish apaan sih lo peluk peluk gue! Lepas gak jijik gue" Tay mendorong tubuh New hingga terjatuh.

Di minim nya cahaya Tay bisa melihat wajah New yang ketakutan, pipinya sudah basah oleh air mata dan tangannya.

New terjatuh menjadikan tangan nya sebagai tumpuan dan mengakibatkan pergelangan tangan nya sedikit terkilir.

Astaga kenapa tiba-tiba Tay merasa iba dengan seseorang di depannya ini.

"Lo kalo takut gak usah pake meluk meluk gue modus banget! Lagian lo ngapain sih di kampus sampe jam segini? Mau jual diri, di lampu merah sana rame jangan di kampus gue"

Tay kok kamu kasar banget.

New diam sejenak ia masih belum terbiasa dengan sikap Tay yang seperti ini.

"Ngerjain tugas" jawab New pelan.

Tay pergi dari lorong gelap itu di ikuti oleh New dari belakang.

Sampailah mereka di parkiran fakultas.

"Makasih Tay"

"Hah apaan?"

"Makasih udah mau nemenin keluar dari kampus"

"Gak usah ke pedean, gue gak nolongin lo"

Lagi-lagi hati New teriris mendengar perkataan Tay.

Tay berjalan menuju mobilnya meninggalkan New sendirian.

Mustahil sekali jika Tay menawarinya tumpangan sampai kerumah, tapi kalau boleh jujur sekarang New bingung harus pulang naik apa, sedangkan angkutan umum saja sudah tidak ada jam segini.

Kalau ia naik taksi biaya ke rumah bisa sampai 200 ribu uang sakunya saja tidak sampai segitu.

Belum lagi New besok harus membeli bahan-bahan untuk tugas bangunan 3 dimensi yang harganya sangatlah tidak murah.

Apa ia menginap saja ya di kontrakan Gun? Tapi terlalu merepotkan.

"Huft..."

New hanya duduk di bangku halte bus itu sudah 1 jam berlalu sejak ia di tinggal oleh Tay.

Kini sudah hampir jam 1 malam. Kalau saja ponselnya tidak mati ia akan minta ayah nya untuk datang menjemput.

Udara malam pun membuat tubuh nya meremang kedinginan, New saat ini hanya mengenakan kaos tipis dan celana jeans ketat.

Di tempat lain di dalam mobilnya Tay terus memandangi New yang duduk sendirian di halte.

Ia masih memikirkan ketika New memeluk tubuh nya dan memanggil namanya dengan sebutan lain.

Tee.

Aneh tapi Tay merasa nyaman namun juga sedikit terusik, siapa Tee?

Apakah Tee yang dimaksud adalah dirinya seperti yang di katakan Gun?

Tay-Tee bisa saja kan New mengubah namanya?

Ia terus memperhatikan New yang beberapa kali menghela nafas nya sambil memandangi ponsel.

Until I See U Again | TayNewWhere stories live. Discover now