06

2.5K 130 2
                                    

Beberapa hari Ashlyn berada di sana, dan ia menyadari bahwa orang-orang di Guild Vapautta adalah orang-orang baik yang sangat ramah. Ia di sambut dengan hangat dan mereka memberinya makan dan juga tempat tinggal.

"Ughh sial, perutku sakit sekali." Terlihat seorang pria sedang mengeluh. Tapi pria di sebelahnya malah tertawa.

"Kau jadi target percobaan Xander lagi?"

"Ugh, dia memang penyihir gila dengan segala ramuan anehnya."

Ashlyn yang seang mengelap gelas menoleh pada Jane yang sedang memasak. "Siapa Xander?" Tanyanya pelan pada Jane.

"Oh, dia salah satu penyihir di sini. Kau pasti belum melihatnya karena dia sering menghabiskan waktu di laboratoriumnya."

"Laboratorium?" Ulang Ashlyn.

"Kami menyebutnya seperti itu, karena dia memiliki banyak peralatan lab di ruangannya. Dia adalah orang yang menyediakan obat untuk Guild."

Ashlyn menaruh gelas yang sudah bersih tersebut ke meja. "Boleh aku menemuinya?"

Jane terlihat berpikir. "Bukannya tidak boleh, tapi akhir-akhir ini dia tak mau diganggu karena sedang membuat sesuatu."

.

.

.

Berbekal info dari Jane, Ashlyn pergi ke lab milik Xander yang ada di bawah. Ia kembali menuruni tangga dan membawanya ke tempat di mana pria berambut silver waktu itu dikurung.

Ashlyn melangkah menuju ruangan sudut dan mengetuk pintu. Seharusnya ini ruangan Xander. Tapi tak ada jawaban.

Gadis itu kembali mengetuk pintu dan tak lama pintu tersebut terbuka dan seorang pria menatapnya kesal. "Apa?! Sudah kubilang jangan mengangguku?!"

Ashlyn terdiam karena mendapat bentakan. Ia mengedipkan matanya karena terkejut.

Pria bernama Xander tersebut menyipitkan matanya melihat sosok asing sedang berdiri di depan ruangannya. Dan gadis itu adalah penyihir. "Siapa kau?" Tanyanya curiga karena tak mungkin sembarangan orang bisa masuk ke ruang bawah tanah.

Ashlyn mengintip ruangan Xander dan ia melihat alat-alat yang biasa ia jumpai di laboratoriumnya dulu.

"Apa aku boleh masuk?" Tanya Ashlyn.

"Tidak! Tempat ini bukan untuk anak kecil sepertimu!" Xander sudah akan menutup kembali pintunya tapi perkataan Ashlyn berhasil menghentikan gerakan tangannya.

"Jika kau mencampurkan daun Ek dengan daun ubba, itu akan membuatnya memiliki aroma aneh."

Tatapan sander berubah datar. Ia tau bahwa gadis di hadapannya itu mengerti sesuatu tentang apa yang sedang ia kerjakan. Tapi bagaimana dia bisa tau hanya sedang aroma samar yang menguar dari larutan yang sedang ia buat?

Ashlyn tersenyum. "Tentu kau bisa mengatasi bau tersebut dengan metode pencampuran yang berbeda."

Pada akhirnya Ashlyn dipersilahkan masuk ke ruangan Xander. "Dari mana kau mendapatkan semua ini?" Ashlyn melihat dari dekat apa saja yang ada di sana.

"Jangan menyentuh apapun." Xander langsung bersuara ketika Ashlyn ingin menyentuh sesuatu. Dan hal itu membatalkan niat Ashlyn.

Gadis itu mendekati Xander yang kembali sibuk dengan kegiatannya. Ia mengamati bagaimana Xander bekerja dan itu terlihat sangat berbeda dengan apa yang para peneliti biasa lakukan.

"Hei, kau akan memasukkan itu?!" Ashlyn bersuara ketika Xander akan menambahkan sebuah bahan.

"Jangan menggangguku. Dan keluarlah jika kau sudah selesai melihat-lihat." Xander memasukkan bahan dan kembali melarutkannya dengan bantuan sihir. Tak lama sebuah asal muncul mengenai wajah Xander dan menyebar ke seluruh ruangan.

"Uhuk." Xander terbatuk dan Ashlyn menutup hidungnya.

"Kau ternyata lebih payah dari yang ku kira."

"Apa?" Xander menatap tak terima Ashlyn. "Kau mengataiku payah? Memang kau tau apa dengan penelitian hah?"

"Aku pernah bekerja di pusat penelitian."

Jawaban dari Ashlyn sukses membuat Xander terdiam. Tapi setelahnya dia malah tertawa mengejek. "Gadis kecil sepertimu jangan membual dan pergi sana minta susu hangat ke Jane."

Ashlyn mengepalkan tangannya karena Xander tak percaya padanya. "Ayo kita bertanding dan jika kau kalah kau harus mengakui kecerdasanku." Tantang Ashlyn.

"Oke aku terima. Tapi jika kau kalah, jangan pernah menginjakkan kaki di ruanganku lagi."

Akhirnya pertarungan tak terduga pun terjadi. Keduanya membuat elixir dari bahan-bahan yang ada. Xander tersenyum mengejek saat memberikan bahan-bahan yang cukup sulit dilarutkan.

"Apakah kita harus menggunakan semua bahan ini?" Tanya Ashlyn.

"Tentu saja kau membutuhkannya untuk membuat elixir."

"Tapi kita tidak butuh semuanya ini untuk membuat elixir."

"Kau sedang mengejek resep ku?" Lagi-lagi Xander terpancing dengan perkataan Ashlyn. Padahal gadis itu mengatakan hal yang sebenarnya.

Xander pun mulai menyatukan bahannya dengan mahir. Sedangkan Ashlyn terlihat masih melihat dengan teliti bahan-bahan tersebut dan mengambil yang ia perlukan.

Tak butuh waktu lama untuk Ashlyn menyelesaikan elixir sederhana tersebut. "Aku sudah menyelesikannya."

"Apa?" Xander menoleh, melihat sebotol elixir berwarna hijau yang ada di tangan Ashlyn. "Tidak mungkin. Kau pasti mengambilnya dari tempat penyimpananku!"

"Kau bisa melihatku membuatnya jika tak percaya." Dengan lihat Ashlyn mencampurkan bahannya dan merapalnya sihir. Mata Xander melebar, terpukau dengan bagaimana Ashlyn mencampurkannya. Ini pertama kali ia melihat teknik seperti itu.

Tak butuh waktu lama dan Ashlyn kembali menyelesaikannya. Tapi sepertinya Xander masih tak puas dan meragukannya karena melihat bahan-bahan yang gadis itu gunakan. Pria itu mengambil elixir dari tangan Ashlyn dengan kasar.

"Pasti ini hanya mirip elixir tanpa khasiat apapun." Xander meminumnya dengan sekali tegukan. Rasa manis mengenai indra pengecapnya dan ia merasakan tubuhnya manjadi jauh lebih baik. "Kenapa ini bisa manis?" Gumam Xander tanpa sadar.

"Bukankah elixir memang manis?" Di pusat penelitian ia sering membuatnya dengan Serena dan sepanjang ia hidup, ia hanya membuat elixir dengan rasa manis.

"Tidak, seharusnya—" Xander menghentikan kalimatnya ketika ia pada akhirnya mengakui kehebatan Ashlyn. "Baiklah aku mengaku kalah. Tapi bagaimana kau bisa membuatnya dengan hanya bahan itu?"

Pada akhirnya Ashlyn pun menjelaskan cara dia membuat elixir dan Xander terlihat bersemangat memperhatikannya. Hingga tak terasa waktu telah berlalu dan Xander berhasil membuat elixir dengan bahan dan metode yang Ashlyn ajarkan.

"Ini luar biasa. Ini bahkan lebih efektif dan memerlukan lebih sedikit bahan."

"Itu hanya elixir tingat rendah, jadi mungkin tak akan banyak membantu saat terluka."

Xander merasa dirinya baru saja diledek. Bagaimana bisa gadis cerdas itu tak tau seberapa berharganya cairan berwarna hijau tersebut? Itu bahkan melebihi dari apa yang selama ini ia buat.

"Baiklah aku mengakui kehebatanmu." Xander tiba-tiba menunduk di depan Ashlyn. "Tolong ajari aku lebih banyak lagi." Xander adalah tipe orang yang akan hormat pada seseorang yang benar-benar memiliki kemampuan. Dan pembuktian Ashlyn telah lebih dari cukup untuknya mengakui kehebatannya.





:::





Bersambung...

DARKENEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang