14

1K 138 10
                                    




Ashlyn menghabiskan waktunya di lab untuk membuat elixir. Walaupun hasilnya tak sebagus waktu itu, tapi ini merupakan elixir tingkat tinggi.

"Seberapa banyak yang akan kau buat?" Mark melihat botol-botol kecil yang telah Ashlyn buat beberapa hari ini.

"Aku akan memastikan setiap orang untuk mendapatkan satu."

"Ashlyn. Kau tau? Mereka tidak akan kembali menjadi manusia hanya dengan elixir."

Wajah Ashlyn terlihat murung. "Aku tau." Jika hanya dengan elixir mereka bisa normal, maka ayahnya sudah melakukannya sedari dulu. Tapi setidaknya ini bisa membantu mereka.

Mark mengelus kepala Ashlyn. "Jangan memaksakan diri. Kau juga perlu istirahat."

"Paman." Ashlyn menoleh dan melihat ke arah Mark yang berdiri di sebelahnya. "Apa yang terjadi dengan Fanaya sekarang?"

.

.

.

Ashlyn dikerubungi oleh para spesimen ayahnya yang tidak menginginkannya pergi. "Ashlyn akan pergi meninggalkan kami?"

"Jangan pergi Ashlyn."

"Aku masih ingin bersama Ashlyn."

Ugh, sikap mereka benar-benar tak sesuai umur. Bagaimana bisa mereka begitu menempel padanya padahal ia belum terlalu lama tinggal di rumah ini?

Ashlyn tersenyum, menenangkan mereka. "Aku akan segera kembali. Aku akan menemukan cara agar kalian tidak kesakitan lagi."

Mereka memeluk Ashlyn, seakan tak ingin ditinggalkan oleh wanita itu. "Cepat kembali Ashlyn."

Ashlyn tertawa, dia benar-benar seperti sedang mengurus adik besar. "Iya, jangan lupa minum elixir yang ku berikan pada kalian."

Sementara itu, Kylian yang menutup tubuhnya dengan tudung panjang hanya berdiri diam sembari bersandar di tempok melihat bagaimana teman-temannya itu berinteraksi dengan Ashlyn.

Ashlyn turun dari lantai dua dan bertemu dengan Mark dan Silvy. "Paman, Bibi, aku berangkat sekarang."

"Ya, dan ingat pesanku. Jangan membuat masalah dengan kerajaan." Ucap Mark, mengingatkan.

"Baik paman. Aku akan memberimu kabar jika sudah menemukan titik terang."

Untuk mencari bekas ekperimen ayahnya, Ashlyn pergi ke Fanaya yang ada di selatan. Ia sudah mendapat izin dari Mark dan Silvy. Bagaimanapun mungkin ia bisa menemukan titik terang jika mengunjungi tempat tersebut. Ia juga harus melihat kondisi rumahnya. Tapi yang ia tak tau adalah kenapa Kylian ikut dengannya?

Pria yang menggunakan tudung untuk menutupi warna kulit dan rambut mencoloknya itu hanya diam mengikuti langkah kaki Ashlyn. Sejak kejadian waktu itu, mereka belum berbicara lagi. Tapi Ashlyn sudah mendapat informasi dari Mark bahwa Kylian telah mendapatkan ingatannya kembali.

Berbekal peta yang diberikan oleh Mark, Ashlyn mencari jalan. Masa kecilnya selalu ia habiskan di dalam labratorium dan itu menyebabkan dirinya buta arah.

Beberapa jam Ashlyn berjalan, ia kembali melihat peta. Benarkah ini arah selatan? Sebaiknya ia bertanya pada orang sekitar. Ia bertanya pada seorang pedagang buah.

"Permisi, apakah anda tau dimana bekas pusat penelitian Fanaya berada?"

"Itu ke arah sana." Penjual buah tersebut menunjuk ke kanan.

"Terima kasih."

Ashlyn kembali melanjutkan langkahnya. Ia melirik Kylian yang masih tenang berjalan di belakangnya. Akhirnya setelah sekian lama berjalan, Ashlyn bisa melihat bukit yang ia kenali.

DARKENEDWhere stories live. Discover now