15

1.2K 121 4
                                    







Ketika tangan Kylian sudah tak menahannya, Ashlyn tersadar bahwa mereka sudah berpindah. Ia menjauhkan tubuhnya dan melihat anak naga yang mengikutinya tersebut terbang di sekeliling, seakan mengingat tempat tersebut.

Sedangkan di luar bangunan, segel sihir berubah menjadi merah terang sebelum akhirnya meredup dan kembali normal. Hal itu membuat kedua penjaga bingung, namun karena segel kembali normal, mereka hanya berpikir itu adalah hewan yang mencoba masuk ke gedung.

Ashlyn melihat sekeliling. Mereka ada di bawah tanah dimana eksperimen ayahnya dilakukan. Beberapa tembok besar terlihat runtuh menutup sebagian tempat. Keadaannya begitu kacau.

Setelah mencari, ia tak banyak menemukan buku atau jurnal yang terkait akan penelitian. Mungkin di saat terakhir, ayahnya telah menghancurkan jurnal penelitiannya karena tak bisa jatuh ke tangan orang lain. Tapi sepertinya kerajaan juga menggeledah tempat tersebut karena ada bekas penggeledahan.

Berbeda dengan Ashlyn yang langsung mencari. Kylian masih berdiri di tengah ruangan, dimana sebagaian hidupnya di habiskan. Tempat itu memang sudah berbeda dari ingatannya. Tapi rasanya masih sangat membekas. Mengingatkannya akan rasa sakit dan perjuangannya untuk tetap hidup.

Ashlyn pergi menuju tempat lain. Ia pergi ke ruangan kedua ayahnya. Keadaan disana terlihat lebih parah karena tembok-tembok hancur dengan bekas terbakar. Ashlyn melihat kulkas kecil yang selalu ada di setiap ruangan sang ayah. Wanita itu menghampiri kulkas tersebut dan menyingkirkan puing-puing bangunan yang menutupinya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Kylian yang ternyata sudah menyusulnya. Ia melihat Ashlyn yang berusaha menyingkirkan bongkahan puing besar.

"Hei, bantu aku menyingkirkannya."

Kylian mengarahkan tangannya ke arah puing tersebut. "Menyingkirlah." Ia memberitahu Ashlyn untuk mengambil jarak. Setelahnya, asap gelap muncul menyelimuti puing dan mengangkatnya.

Akhirnya Ashlyn bisa melihat kulkas kecil yang penyok. Wanita itu memindahkan kulkas hingga memperlihatkan garis persegi seukuran kulkas. Itu adalah pintu tempat sembunyi yang dulu pernah Ashlyn lihat. Walaupun Ashlyn tak yakin apa yang ada di dalamnya, tapi ia harus mencoba mencari tahu.

Tapi sebuah masalah kembali muncul. Lantai tersebut tidak bisa dibuka. Apakah ia harus menggunakan sihir?

"Kylian, kau bisa membukanya?"

Di mata Kylian itu hanyalah lantai biasa. Ia tak merasakan sihir apapun dari sana. "Aku bisa menghancurkannya."

"Tidak. Kita tidak bisa menghancurkannya." Ashlyn mulai berpikir. Ia meraba-raba lantai tersebut dengan telapak tangan. Jika itu ayahnya, ia pasti menyembunyikannya dengan cara lain.

Tangannya terus bergerak di setiap sudut garis kotak tersebut, seakan mencari sesuatu. Hingga di sebuah sudut, terdengar bunyi kunci terbuka dan lantai tersebut terbelah menjadi dua, menampilkan sebuah lubang kosong yang tak berdasar.

Ayahnya mungkin mengggunakan sihir untuk turun ke bawah. Tapi ia tak memiliki sihir seperti itu. Ia kembali menatap Kylian. "Bantu aku pergi ke bawah."

Kylian memeluk pinggang Ashlyn dan siap membawa wanita itu terjun. "Kita akan langsung terjun?" Tanya Ashlyn dengan ekpresi terkejut.

"Ya." Dengan santai Kylian membawa Ashlyn terjun.

"T-tunggu! Kyaaaaa!!!" Ashlyn terus memejamkan matanya dan semakin memeluk Kylian ketika tubuh mereka meluncur cepat ke bawah. Tapi tak lama, ia merasakan dirinya telah sampai di dasar dan tak merasakan apapun. Hanya kegelapan yang ada.

Ashlyn masih memeluk Kylian dan mengeluarkan matahari kecil dari tangannya. Itu cukup bisa menerangi apa yang ada di sana.

Ashlyn melihat ke kakinya, ternyata asap hitam Kylian menahan mereka agar tidak langsung terhantam. Wanita itu melepas pelukan kylian dan melompat kecil hingga kakinya menginjak lantai.

DARKENEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang