Empat

606 75 2
                                    

Piringan hitam itu berputar melantunkan nada-nada biola milik Bhrams. Seperti biasa, ditemani secangkir kopi panas dan sepotong roti juga telur acak yang dimasaknya tadi pagi.

Nadi hanya terfokus menggoreskan garis demi garis di kertas A4. Entah Nadi yang kepagian atau Gabbie yang terlalu siang untuk makan makanan yang disebut sarapan.

"Nadi mending ke butik deh, daripada gak fokus nanti atau mau sesekali istirahat gitu? Gak usah gambar di sini." Ucap Gabbie sambil mengunyah makanannya.

"Gapapa kak santai." Balasnya sambil memperhatikan warna gulungan benang warna-warni yang berjajar rapih.

"Masalahnya Kath sama Willy mau kesini, nanti kamu keganggu."

"Mau ngapain Kak Kath sama Willy, kak?"

"Biasalah paling bikin video story buat endorse." Nadi mengangguk paham, namun tak membalas ucapan Gabbie.

Biasanya Katherine sama Willy memang sering ke studio Gabbie hanya untuk memotret atau merekam video via ponsel. Kalau acara yang lebih besar biasanya langsung ke studio pemotretan.

Studio Gabbie sebenarnya bukan seperti tempat bekerja, melainkan juga rumahnya. Studionya hanyalah terdiri dari tiga ruang yakni, ruang pakaian, ruang luas, dan kamar mandi. Ruang luas ini sebenarnya meliputi dapur mini, satu sofa kasur di pojok ruangan, meja besar dengan kursi enam, satu meja kecil, dan alas 2m x 2m yang terdapat maneken serta papan dinding dengan gambar-gambar desain yang ditancapkan dengan push pin.

Biasanya Katherine akan berdiri di alas itu sembari mengoceh barang yang hendak dia promosikan.

"Buset udah kaya di istana pangeran." Ucap Willy setelah masuk ke ruangan Gabbie yang terdengar alunan musik klasik. Kemudian dia menaruh tas besar yang Gabbie tak tahu apa isinya.

"Guys gue bawa roti nih , yuk sarapan." Ajak Katherine sambil menaikkan kantung bawaannya.

"Please kita orang Indonesia harus makan nasi. Kenapa lo gak bawa nasi? Gue abis makan roti asal lo tau." Balas Gabbie.

"Makanya belajar masak kak." Sambar Willy sambil mengeluarkan pakaian milik Katherine.

"Heh diem ya anak curut." Kesal Gabbie.

Gabbie melanjutkan menggambar di tempat tidur sambil tengkurap. Rasanya nyaman sekali seperti ini. Jangan tanyakan tentang butiknya hari ini, karena di sana sudah ada yang mengambil alih.

"Kak mau pinjem setrika uap." Izin Willy.

"Iya pake aja."

"Kak mau pinjem maneken."

"Iya pake aja."

"Kak pinjem paku payung juga."

"Hah? Buat apa jir? Gue gak punya paku payung?"

"Itu paku warna warni yang buat ditempel ke dinding."

"Namanya bukan paku payung ye curut."

"Kak gue pinjem-"

"Iye, semua barang yang lo mau pake gue izinin. Bisa berenti bawel gak?" Tanya Gabbie kesal.

"Kak berisik, sssttt." Ujar Nadi sambil menaruh jari telunjuknya di depan bibir.

"Buset salah gue?" Tanya Gabbie bingung, namun memilih mengalah.

Katherine tertawa melihatnya, kebisingan yang Katherine sukai. Sedangkan dia masih asyik mengunyah roti yang sedari tadi tidak habis-habis.

Mungkin seperti ini keseharian mereka di tengah kesibukan Katherine sebagai selebgram, juga Gabbie yang setiap hari tak ada libur baginya.

Biasanya Katherine akan menginap sesekali di studio Gabbie, alasannya agar Gabbie tak kesepian. Hari ini setelah kepulangan Nadi dan Willy, Kath tidak ikut pulang melainkan menginap.

SESALWhere stories live. Discover now