Enam

496 64 2
                                    

Hari-hari berjalan seperti biasa, seharusnya memang seperti itu. Tapi, suara piring terjatuh mengagetkan seisi orang yang berada di studio, siapa lagi kalau bukan Katherine, Willy, dan Nadi. Semuanya saling bertukar pandang, tidak dengan Gabbie yang jantungnya terasa ingin copot.

"Gab, bukannya kamar sebelah lo kosong?" Tanya Katherine melirik ke arah Willy kemudian ke Nadi. Dia sambil mengelus tangannya yang merinding.

"Kamar depan kali ya." Jawabnya gugup juga.

Langit memang sudah gelap namun jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Walaupun beberapa kali ada hal mistis tapi tidak pernah terdengar bunyi senyaring piring pecah.

"Kak, Nadi cabut ya." Ucap Nadi berbenah, mengemas kertasnya yang berantakan di meja.

Sama seperti Willy yang diam-diam sudah mencari kunci mobilnya.

"Willy, lo katanya mau bahas ide konten buat bulan depan kan?" Tanya Katherine.

"Gue kerjain di rumah deh kak. Ada banyak ide, nanti lo tinggal pilah aja." Ucapnya.

"Kath lo jadi nginep kan?" Tanya Gabbie takut.

"Maaf hehehe gue gak bisa, tapi gue temenin sampe malem deh jam sepuluh atau jam sebelas gitu. Soalnya bunda ultah, lo tau kan gue biasa rayain sama Ayah jam dua belas." Ucap Katherine sambil mengelus bahu Gabbie. Siapa tahu Gabbie akan tenang dan tidak ketakutan lagi.

"Kemaleman, jam sembilan aja pulangnya. Nanti gue di omelin ayah kalo lo pulang malem. Dijemput Ayden gak?"

"Naik ojol aja sih santai." Balasnya.

"Gak usah, bareng Willy aja. Gue gapapa sendiri. Willy bawa nih cewe lo!" Teriak Gabbie sebelum Willy meninggalkannya.

"Eh gak usah, gue naik ojol aja, hati-hati Willy dan Nadi."

"Serius gue pulang nih ya kak?" Tanya Willy dengan mata pandanya.

"Iya pulang aja, jangan begadang Wil, kita omongin besok aja. Dadah." Balas Katherine sambil melambaikan tangan.

Katherine menurunkan senyumannya saat pintu tertutup, lantas dia langsung menatap Gabbie seolah ada banyak hal yang perlu ditanyakan.

"Heh, mata lo biasa aja, mau makan gue apa gimana?" Tanya Gabbie, dia sebenarnya bukan takut hantu melainkan takut ditanya-tanya tentang Alen. Alen yang kini berada satu rumah dengannya; studio.

"Gab, lo ada sesuatu sama Ayden?" Tanya Katherine tiba-tiba. Gabbie berusaha tenang, karena urusannya dengan Ayden terkait Alen, sedangkan Gabbie tidak bisa membicarakan tentang Alen.

Sebenarnya Gabbie bisa saja berbicara dengan Katherine tentang Alen yang berada di studionya. Namun, sampai detik ini Alen bahkan belum bertemu dengan Ayden, juga keluarganya. Rasanya mustahil Gabbie bilang Alen berada satu atap dengannya.

"Maksud lo gimana Kath?" Tanya Gabbie pura-pura tidak mengerti. Padahal Gabbie paham sekali, pasti Ayden bertanya kabar Gabbie ke Katherine, mengingat setelah menjemput Alen, Gabbie tak ada kabar ke Ayden.

"Gak jadi deh." Katherine sebenarnya ragu-ragu bicara dengan Gabbie. Dia sudah berkali-kali menepis bahwa Gabbie ada hubungan belakang dengan Ayden. Rasanya tidak mungkin juga Gabbie sebagai sahabat baiknya bermain belakang, apalagi Gabbie juga benci sama Ayden. Seharusnya pikiran buruknya tak akan terjadi kan?

"Kath, serius, maksudnya apa? Gue buat kesalahan ya?" Tanya Gabbie penasaran, dia hanya takut Katherine berburuk sangka. Selain itu, Gabbie takut kalau-kalau saat berbicara berdua dengan Ayden ada salah satu followers Katherine mengenali dirinya juga Ayden. Bahkan Gabbie tak bisa membayangkan hal itu terjadi. Walaupun antisipasi Gabbie yakni merekam semua pembicaraan saat Ayden dan Gabbie sedang berduaan.

SESALМесто, где живут истории. Откройте их для себя