Enam Belas

316 41 13
                                    

Mungkin ini adalah hal terbodoh yang Alen lakukan akhir-akhir ini; menjemput Gabbie kala rintik yang semakin deras. Tidak hanya itu, bodoh sekali dirinya yang sengaja membocorkan ban mobil Gabbie agar dia bisa antar-jemput dan mencari tahu siapa yang megusik Gabbie.

Alen tidak ingin satupun orang terlibat dalam masalahnya sendiri, sebab itu Alen pergi ke luar negeri untuk melarikan diri. Sebenarnya bisa saja Alen menetap dan mendapatkan perlindungan dari perusahaan Biantara Corp, kalau seandainya Alen menjadi penerus eyangnya, namun dia tak ingin. Mungkin kalau Alen menginjakkan kaki di perusahaan akan semakin berbelit urusannya.

"Jangan ke luar!" Ujar Alen berteriak saat Gabbie tepat di depan pintu butik.

"Ya udah lo yang masuk!" Teriak Gabbie juga. Dia tak enak hati melihat Alen yang kehujanan karenanya.

Namun Alen tahu kalau dia masuk, semuanya akan semakin runyam. Pasti Ayden sudah sering kali keluar masuk butik, dia tak ingin nama Ayden jadi buruk atau dia harus membeberkan identitasnya sebagai kembaran Ayden. Padahal hari yang tersisa tinggal esok hari, di mana Alen harus bertahan untuk sembunyi-sembunyi.

"Lo pulang naik taxi aja. Biar gue ikutin dari belakang!" Teriak Alen lagi membuat Gabbie dengan sembrono melangkahkan kaki mendekati dirinya.

Bodoh, sudah dibilang Gabbie sangat bodoh saat dia mempercayai Alen. Alen memberikan helm-nya walaupun rambut Gabbie telah basah.

Dia tak ingin berdebat dengan Gabbie di tengah hujan kala petir menyambar. Kali ini Gabbie benar-benar memeluk dirinya dari belakang karena Alen menaikkan kecepatan saat lenggang jalan tersapu hujan.

Alen tak ingin Gabbie jatuh sakit, sebab itu dia mengendarai motornya cepat. Tak sampai 13 menit mereka sampai di basement. Memang jaraknya lumayan dekat, apalagi dengan menggunakan motor dengan kecepatan penuh dan jalanan yang sepi.

"Nomor kamar lo berapa?" Tanya Gabbie memberikan helm Alen.

"Gue yang ke kamar lo nanti." Bantah Alen berjalan mendahului Gabbie.

Tak berusaha membalas ucapan Alen, Gabbie mengikutinya dari belakang. Alen tahu wanita itu akan berusaha mengikuti keinginannya. Bahkan saat menaiki elevator mereka nampak tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Alen sama sekali tak ingin mendebat Gabbie yang basah kuyup.

"You know I can't control myself when you come into my nest." Ujar Alen membukakan pintu.

Gabbie melangkah masuk ke dalam ruangan yang tidak jauh beda dengan ruangannya. Dia mengabaikan pernyataan Alen yang sudah jelas ditujukan kepadanya.

"Mandi! cuma ada satu handuk dan gue gak ada penyakit menular." Ujar Alen memberikan handuknya.

Alen melangkahkan diri ke balkon mengepulkan asap mebaur bersama aroma hujan. Kini seorang wanita tengah mandi di dekatnya membuat jantungnya lebih berdebar, namun masih tetap waras mengingat mimpi buruk yang menggerogotinya beberapa malam terakhir. Sial! Makinya berkali-kali sambil mengetuk abu dari lintingan tembakau di jemarinya.

"Udah selesai." Ujar Gabbie yang mengenakan hoodie dan celana boxer miliknya.

Alen menancapkan rokoknya dan masuk ke dalam. Dia mengeluarkan kartu dan di taruh di meja saat mereka berdua mengobrol di sofa.

"Limitnya 1M setelahnya akan ke blokir otomatis. Besok Pak Yuda yang lo temui di basement akan ngurus balik nama mobil lo." Jelas Alen membuat Gabbie menaikkan alisnya.

"Gue gak paham." Balas Gabbie.

"Lo diikutin sama cowo, kemungkinan dia udah tau nomor plat dan jenis mobil lo. Jadi, lebih baik balik nama mobil lo buat gue dan lo bisa beli mobil baru pake kartu ini." Jelas Alen lagi.

SESALWhere stories live. Discover now