Another Extra [3]: The Baby

9.6K 1K 108
                                    

Selamat hari kasih sayang~ 

Semoga makin disayang oleh orang-orang yang kita sayangi <3

This is (probably) last extra chapter on Rindang. Or maybe not.

Happy reading~

***

Samudera memarkirkan mobilnya di pinggir trotoar, dekat kedai pinggir jalan yang tampak ramai pengunjung. Wangi masakan yang mengundang air liur telah menyambut begitu dia memasuki kedai. Sementara Rindang mengintil di belakangnya.

"Mau pesan apa?" tanya Samudera, melihat menu yang tertempel dengan poster besar di dinding kedai. Ada berbagai varian menu tertera bersama harga yang terjangkau. "Nasi goreng cumi ya, tadi maunya?"

Rindang menatap menu yang sama, kemudian kepada sang penjual yang tengah sibuk memasak di wajan besar. Ia menggeleng kecewa.

"Nggak jadi. Pulang aja, yuk!"

"Loh, katanya mau makan di pinggir jalan? Kamu sampe nelponin lima kali tadi supaya pulang cepet."

"Tapi nggak mau di sini," katanya, berbalik untuk keluar dari kedai. Giliran Samudera yang mengikuti di belakang. Tergopoh-gopoh menyusul Rindang yang kelihatannya mulai ngambek lagi.

"Kenapa?"

"Nggak mau nasi goreng di sini!"

"Kan nasi goreng dimana aja sama aja?"

"Beda, tahu! Penjualnya ibu-ibu! Nggak mau!"

Samudera nyaris memutar bolamata. Bagaimanapun dipikirkan, ia tidak menemukan korelasi antara gender penjual dengan masakan, lagipula kedai di belakang mereka ini tampak ramai, yang bisa dipastikan enak. Tetapi ia tidak ingin mendebat dan berakhir tidur di luar seperti beberapa hari yang lalu, jadi Samudera menelan kembali segala perdebatannya dan mencoba bertanya dengan lembut.

"Kamu mau yang jual mamang-mamang?"

Rindang mengangguk.

"Oke, kita cari, ya."

Di persinggahan berikutnya, mereka menemukan gerobak nasi goreng dengan penjual seorang pria yang masih cukup muda, mungkin berumur tiga puluhan awal. Pakaiannya seperti penjual nasi goreng pada umumnya, namun tampak rapi dengan gerobak yang bersih,

Namun sebelum ia memesan apapun, Rindang kembali menariknya, mengajak pulang.

"Sekarang apa lagi?" Samudera bertanya dengan disabar-sabarkan. "Ini penjualnya udah mamang-mamang."

"Nggak ada kumisnya! Nggak suka!"

Sekarang apalagi hubungan kumis dengan nasi goreng? Ya Tuhan, cobaan macam apa ini? Batin Samudera.

Di perhentian berikutnya, Rindang kembali menolak karena kumis mamangnya katanya cuma setengah. Barulah di gerobak ke empat yang mereka singgahi, Rindang mau memesan.

Perubahan mood-nya terlihat jelas. Ia menyantap nasi gorengnya dengan senang sambil terus menatap penjual nasi goreng yang sedang memasak, mengabaikan Samudera yang dari tadi mengajaknya bicara.

"Mamangnya lucu ya," kata wanita itu, terkikik sendiri. "Kumisnya lucu kayak kumis lele."

Samudera tidak menanggapi, hanya mendumel di dalam hati. Sekarang ia yang sedikit badmood. Dan ... sedikit cemburu. Haruskah ia menumbuhkan kumis juga agar sang istri memberi perhatian dan menyukainya?

Sabar, Samudera, sabar, malaikat dalam diri Samudera menasehati. Orang mengidam memang suka aneh-aneh. Sabar. Enam bulan lagi.

***

RINDANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang