Hal yang menyenangkan hati, banyak sekali bahkan kalau kita bermimpi
Sekarang ganti baju agar menarik hati ayo kita mencari teman~
Di bagian belakang kafe, melewati meja bar, dan ruang kosong menuju dapur, ada tangga kayu yang membawa mereka ke lantai dua. Terlihat beberapa ruangan berhadapan di sana. Pintu-pintu berpelitur cokelat bertuliskan Staithes, Middleham, Saltaire ... nama-nama yang agak familier. Seperti nama desa di Inggris. Desa di daerah York, mungkin. Mbak Fany membawanya ke ruangan paling pojok. Tepat di ujung lorong, ruangan dengan nama Leeds.
Ada banyak hal di kepala Rindang ketika ia membuka pintu. Ekspektasinya tentang bos galak; pria berumur dengan kumis mirip Pak Raden, atau om-om bule berambut pirang dan kulit pink, ia telah mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Namun, ketika pintu itu bergulir terbuka, ketika mendapati apa─siapa yang berada di depannya─Rindang justru merasa seperti masuk tanpa persiapan apa-apa. Melihat laki-laki itu, ia merasa dilempar ke masa lalu.
Delapan atau sembilan tahun lalu. Rindang masih mengenakan seragam kaus kuning-hitam waktu itu. Rambutnya sedikit lebih panjang hingga menyentuh pundak dikuncir tinggi ke belakang guna menghindarkan lehernya dari kegerahan. Siang itu panas dan pelajaran olahraga baru selesai. Rindang, dengan teh instan di dalam plastik yang ia minum sambil berjalan, bermaksud kembali ke kelas. Dari kejauhan Rindang melihat Ursa duduk di depan XI IPA 2 dengan seragam putih abu-abu.
Setelah seminggu absen, Ursa akhirnya masuk. Ursa mendapat toleransi untuk tidak mengikuti kegiatan olahraga karena penyakit tulangnya. Rambut Ursa masih sama seperti sekarang, hanya saja hitam, tidak biru. Sementara Sashi duduk di sampingnya, bermonolog tentang cowoknya yang baru saja mengirim banyak cokelat. Bagaimana Rindang tahu? Karena, bahkan dari jarak sejauh ini, ia bisa mendengar jelas bahan ghibahnya. Ya, seberisik itu seorang Sashi Kirana.
Mata Rindang membelalak terbuka. Tadi Rindang ke kantin untuk membelikan teman-temannya gorengan dan minuman. Ia melihat es teh... meninggalkan gorengan begitu saja. Mampus!
Cepat-cepat, Rindang berputar di tumitnya. Penyakit pikunnya ini kadang keterlaluan. Seperti tadi pagi, ia hampir berangkat sekolah tanpa memakai sepatu, berlari-lari dengan sandal jepit sambil memboyong sepeda hingga ke depan rumahnya. Sekarang, ia melupakan barang sepenting makanan. Kalau ada yang ambil, kan rugi!
Saat Rindang sibuk mencoba mempercepat langkah, seseorang menarik kunciran rambutnya hingga lepas. Rambut Rindang terurai ke wajah.
"Rendang!"
Rindang berbalik, membuatnya berhadapan dengan orang paling menyebalkan di dunia ini. Serius. Cicak saja ada gunanya, cowok ini? Tidak!
"Apaan, sih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDANG [END]
ChickLit[Sebagian chapter diprivate] Rindang bersyukur mendapat tawaran pekerjaan. Tapi, kebahagiaannya hanya sementara, setelah Rindang tahu kalau bos di tempat kerja barunya adalah Samudera, si cowok usil sekaligus musuhnya semasa SMA. *** Rindang Dawen K...