BAB SATU

4.2K 774 40
                                    

Adinia menatap pria tampan dan seksi itu dihadapannya dengan serius, ia lalu berkata, "Aku bisa memberikanmu tiga kali lipat, kalau kamu setuju menjadi pacarku, Gael."

"This is not how I operate. Aku kira malam ini berakhir disini. Kamu tidak perlu membayarku untuk ini karena aku tidak memuaskanmu sama sekali. I will transfer back the deposit to you."

"Tunggu!" kata Adinia dengan nada frustrasi. "Aku perlu bantuanmu. Sungguh kamu adalah pilihan terakhirku. Kalau aku memiliki pilihan lain aku tidak akan memaksamu."

Gael menyisir rambutnya yang rapih dengan jari-jarinya. Sangat seksi, pikir Adinia, tapi ia mengenyahkan pikiran tersebut. Ia harus bisa meyakinkan pria itu sekarang juga atau tidak ia akan kehilangan kesempatan selamanya.

"I think you're not hearing me—I am in no business to be a boyfriend. I fuck women, I don't date."

"Oh, aku mengerti. Aku mendengarmu. Sex is your business, but I'm propositioning you to be my boyfriend. Fake boyfriend—tentu saja hanya sebatas sandiwara. Aku tidak cukup gila untuk memintamu untuk menjadi pacarku yang sesungguhnya."

Gael menaikkan sebelah alisnya dan dengan penasaran ia bertanya, "Untuk apa kamu memerlukan pacar khayalan Adinia?"

"Ayahku memerikanku ultimatum untuk menikah dan kalau aku tidak menemukan seorang pria yang aku sendiri pilih, ia akan menikahiku dengan seorang pria berengsek yang ingin kubunuh."

Gael tersenyum dan Adinia berhenti bernapas. Ya, Tuhan, pria itu sangat tampan. Tidak heran pria itu dibayar sangat mahal untuk memuaskan wanita, pikir Adinia. "So, there's a guy out there that wants to marry you. I don't see an issue here, Adinia."

"Masalahnya aku tidak ingin menikah dengannya. Masalahnya lagi, kalau bukan dia, tidak ada pilihan lain. Jadi aku menghubungimu—errr, temanku sebenarnya yang memberitahuku mengenai eksistensi dirimu. Aku tahu, aku mengerti dan cukup jelas kamu mengatakannya kalau kamu tidak bisa menjadi pacarku, tapi kalau dirimu bersandiwara apa tidak bisa? Like all the sex you do, not all of them you liked them the same, right?"

Gael menyipitkan matanya. Oh, wanita ini pintar, pikirnya. Ia menatap wanita kurus, pucat dan memakai kacamata tebal itu. "Tapi aku menyukai seks. Aku tidak menyukai ide menjadi pacarmu. I like the idea of sex because it's a one time thing, after that no strings attached."

"But it's also the same, no strings attached, Gael," kata Adinia sekali lagi dengan nada frustrasi tapi entah kenapa nada suara wanita itu ketika mengatakan namanya, Gael sangat menyukainya. Memerlukan beberapa detik untuk kembali mengerti kata-kata konyol dan proposisi wanita itu kepadanya. "Kamu hanya perlu berpura-pura dihadapan ayahku terutama menjadi pria yang mencintaiku. You are one good looking man, you just need to stand there, and act like you choose me and we both like each other."

Gael berdeham, "Aku hanya penasaran, kalau aku menjadi pacar khayalanmu, hanya penasaran, bagaimana kamu akan mengakhiri hubungan ini? Apa kamu berharap aku dan kamu tidak akan pernah berpisah? Hubungan sandiwara ini yang kamu pikirkan akan berakhir pada suatu waktu bukan?"

Adinia mengangguk dengan serius. "Ya, tentu saja aku dan kamu—kalau kamu setuju dengan proposisiku, kita akan mengakhiri hubungan ini. That's why I chose you and contacted you. Pria sepertimu tidak akan berlama-lama dengan diriku."

Pria asing dihadapannya itu mengerutkan dahinya, "Pria sepertiku?"

"Look at you, you're handsome, sexy as hell, and hmmm, basically a sex god, you don't want a woman like me. Jadi pada akhirnya ketika kita berpisah orang-orang akan mengerti. Kamu memilihku dan mencintaiku adalah hal yang mustahil."

"So, rhetorically, people will assume I'm a jerk?"

"Aku tidak akan membiarkan orang-orang membicarakan dirimu dan diriku. Hanya ayahku yang perlu kuyakinkan. Aku sudah memikirkan ide ini dari lama. Aku tidak gegabah ketika menghubungimu. Ketika ayahku mengetahui hatiku hancur karena kamu tidak ingin hubungan ini. berlanjut, aku akan berkata kepadanya untuk memindahkanku ke negara lain.

"My goal is to move from this country and live my own life abroad."

Mata cokelat Gael menatap wanita itu dengan penasaran. Ia bertanya lagi, "Kemana kamu akan pergi?"

"Oh, somewhere where Puccini could be heard in the streets and love letters are sacred."

"Verona?" tebak Gael.

Wajah pucat itu terlihat tersipu dan Gael menyadarinya. "Tapi tentu saja tidak penting bagimu untuk tahu rencanaku sampai sebegitu jauh. Kamu hanya perlu membantuku mematahkan hatiku."

"Apa yang akan kamu lakukan di Verona?" tanya Gael. Entah kenapa ia menjadi sangat penasaran sekarang dengan wanita yang memintanya untuk menjadi pacar khayalannya.

"To read books, so many books. Ibuku memiliki penerbit buku dan aku selalu menyukai buku dari aku kecil. Harapku adalah untuk membaca banyak buku yang tidak diketahui orang banyak dan menerbitkannya kembali dalam bahasa Indonesia. Aku ingin lebih banyak orang membaca buku dan memberikan mereka akses kepada pintu kehidupan lain. I always thought that books are methods to taste life twice."

"That's noble of you."

"Terima kasih, jadi apa kamu akan memikirkannya?"

"Tidak," kata Gael. "Maafkan aku."

Adinia tersenyum tipis, "Aku mengerti. Baiklah terima kasih."

Ia berdiri dan berjalan kearah pria itu yang jauh lebih tinggi darinya. Sangat tinggi, Adinia berpikir ketika ia harus mendongak dan menatap pria itu. "Maafkan aku karena aku terkesan memaksamu. Aku mengerti kalau kamu pasti tidak ingin menjadi pacarku sama sekali walaupun itu hanya khayalan."

"What made you think that way?" tanya Gael.

Adinia mengedikkan bahunya, "Aku pasti menjijikkan di matamu. Aku kurus, pucat dan lemah. Aku akan memikirkan cara lain, tenang saja. Hanya satu yang tidak aku inginkan menikah dengan pria berengsek itu. Aku mungkin memiliki umur pendek tapi aku tidak akan menyia-nyiakannya dengan menikahi seseorang yang tidak aku sukai sama sekali. Aku lebih baik seperti ini saja—menjadi wanita yang tidak pernah dicium dan bercinta seumur hidupnya."

"You have never been kissed or make love?"

Pipi wanita itu sekali lagi tersipu. Kali ini Adinia membalas Gael dengan tergagap dan gugup, "Ti-tidak ada yang menginginkannya sebelumnya."

"I'm here, do you want to try? Aku sudah disini, kenapa tidak mempergunakanku?"

"Untuk berciuman?"

"And fuck, if you want. I'm clean—I'm tested every single month. I'm all yours for your pleasure."

Be Careful, It's My Heart | Red Series no. 2Where stories live. Discover now