BAB DUA BELAS

2.4K 504 26
                                    

Adinia terbangun keesokan harinya dengan terkejut. Ada tiga hal yang ia sadari ketika ia membuka matanya—pertama, ia menyadari kalau dirinya berada di rumah sakit. Kamar rumah sakitnya terlihat begitu besar, putih, dan dingin. Tidak ada suara lain kecuali alat yang terpasang untuk memeriksa detak jantungnya yang terdengar. Kedua, mungkin seharusnya menjadi yang terpenting—adalah ia masih hidup. Tentu saja Adinia terkejut karena ia masih hidup hari ini. Setiap hari ia masih bernapas adalah keajaiban. Setiap hari jantungnya masih berdetak, ia bertanya-tanya apa yang kenapa ia masih di dunia ini. Kenapa dirinya dan bukan Asatya, kembarannya, yang pergi terlebih dahulu dari dunia ini?

Ia membenci jantungnya yang lemah. Tapi ia lebih membenci hidupnya. Kenapa aku masih hidup? Adalah pertanyaan terbesar di dalam hidupnya yang ia tidak mengerti.

Terakhir, ia sungguh terkejut ketika melihat Gael Zachariah masuk ke dalam kamarnya pagi itu masih mengenakan pakaiannya semalam—tuksedo hitam dan kemeja putih, tanpa dasi pita yang sudah ia lepaskan. Pria itu terlihat sangat lelah tapi matanya dengan serius menatapnya, "Oh, good, you're awake."

"Why are you still here?" tanya Adinia.

"Bukannya kita setuju untuk berpacaran kemarin malam?" balas Gael kepadanya. "Tentunya aku menginginkan bayaranku mulai dari kemarin malam dan hari ini aku harus mendapatkan bayaran penuh—tidak dipotong—karena aku tidur semalaman di sofa kecil di ruangan ini yang sama sekali tidak manusiawi untuk ditiduri. Why else would I be here but to honor our agreement, Adinia?"

"Oh," kata Adinia. Entah kenapa kata itu keluar dengan sedikit nada kecewa. Adinia, apa yang kamu harapkan? Pria itu tinggal karena ia khawatir denganmu? Ia adalah pria malam, ia hanya menginginkan uang!

"Aku sudah berbicara dengan doktermu," kata Gael kepada Adinia.

"Mereka mengizinkan kamu—bukan keluargaku—untuk berbicara mengenai keadaanku?" tanya Adinia dengan salah satu alis terangkat.

Gael mengangguk, "Ya, apparently, I am able to terrorized them. Aku mengatakan kepada mereka kalau aku benar-benar, sangat, amat, mencintaimu dan kalau mereka tidak memberitahuku bagaimana keadaanmu aku akan terus mengganggu. Beberapa dokter dan perawat datang tadi pagi untuk memeriksamu—kamu masih tertidur—dan mereka mengatakan kalau keadaanmu stabil. They want to keep you, for another day, dan aku setuju."

Adinia mengerutkan dahinya, "Aku sama sekali tidak setuju! Kenapa kamu mengambil keputusan tanpa memberitahuku terlebih dahulu?"

"Mmm, pertama kamu sakit dan kedua kamu masih tertidur. Menurutku keputusanku tidak salah," balas Gael.

Adinia berkata memberikan ultimatum kepada Gael, "Jangan pernah memutuskan apapun untuk diriku. You're not even my real boyfriend."

Gael tertegun mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari bibir Adinia, "Maafkan aku. Aku kira—"

"Jangan pernah mengira, ataupun menebak-nebak, kamu bukan siapa-siapaku. Kamu mengerti?" tanya Adinia.

"Ya, maafkan aku," ucap Gael sekali lagi.

"Aku harus keluar dari rumah sakit ini. Hari ini," kata Adinia dengan keras kepala. "Aku memiliki murid-murid yang menungguku."

"Apa?"

"Aku guru, aku harus mengajar, Gael. Ya, Tuhan, aku akan memanggil perawat sekarang. Aku harus keluar sekarang! Murid-muridku akan menungguku," kata Adinia yang panik memikirkan tiga puluh lima muridnya yang semua berumur delapan tahun menunggunya dan ia tidak akan ada untuk membuka ruang kelas bagi mereka.

"Adinia," Gael memanggil wanita itu dan mencoba untuk menenangkannya. "Adinia, kamu harus menenangkan dirimu sendiri. Dengarkan aku—aku tahu betapa pentingnya kamu untuk keluar dari rumah sakit pagi ini dan pergi mengajar. Tentu saja aku mengerti pasti murid-muridmu akan bertanya-tanya dimana dirimu kalau kamu tidak berada di sekolah untuk menyambut mereka. Tapi kamu harus—dan aku tegaskan—beristirahat. Untuk dirimu sendiri. Aku yakin pasti ada kolegamu yang bisa menggantikanmu hari ini? It's important to you to teach, but it's important for your body to rest. Kamu akan kehilangan lebih banyak hari kalau kamu tidak beristirahat hari ini. What is one day compared to more days chained to this bed?"

"Apa yang kamu tahu mengenai memiliki pekerjaan serius Gael?" tanya Adinia dengan kejam dan dingin kepada Gael. Ya, aku bersikap sangat kejam kepada pria ini. Ya, ia merendahkannya.

Gael menatap mata cokelat Adinia, dan walaupun ia tersinggung, ia menjawab wanita itu dengan fakta, "I have a full time job, Adinia. Just so you know."

"Fucking women?" tanya Adinia sekali lagi merendahkan.

"Well, pacarku, kalau kamu ingin tahu, dan sepertinya kamu harus tahu—aku adalah research assitant dan profesor pengganti dalam bidang mikrobiologi. Kamu bisa berhenti merendahkanku sekarang."

"So, why do you fuck those women and me?" tanya Adinia.

"Karena aku perlu uangnya," kata Gael kepada Adinia. Lalu pria itu membalas wanita itu dengan kata-kata yang sama kejamnya, "Tidak semua orang terlahir menjadi putri mahkota dari kerajaan terkaya di Asia Tenggara, Adinia. Tidak semua orang memikirkan masalah terbesarnya adalah menikah dengan orang yang tidak disukainya sehingga ia menyewa pria malam untuk bersandiwara karena ayahnya akan tetap memaksa. Sebagian banyak orang—termasuk aku dan keluargaku—tidak bisa hidup tanpa uang. Stop belittling me, Adinia. You came to me first, it speaks of you more than of me. I am fine without you. My question is—will you be fine without me?"

Be Careful, It's My Heart | Red Series no. 2حيث تعيش القصص. اكتشف الآن