BAB ENAM

2.9K 617 25
                                    

Agatha Brenda adalah janda berumur lima puluh enam tahun yang hanya ingin teman untuk mendengarkan keluh kesahnya dan khusus malam ini, teman untuk menemaninya membuang uang untuk acara penggalangan dana yang ia sangat yakin sebenarnya tidak akan menghasilkan apapun. Memberikan uang kepada konservasi satwa liar baginya adalah hal yang sangat bodoh kalau habitat para binatang tersebut terus dihancurkan untuk kepentingan bisnis orang kaya di dalam ruang dansa Maziyar Hotel malam ini.

"A bunch of idiots," kata Agatha kepada temannya malam ini. Ia lebih baik mengeluarkan uangnya untuk Gael Zachariah, pria yang sangat tampan dan juga muda yang setuju untuk menemaninya malam ini. "Gael, lihat ke arah sana, lihat para laki-laki muda itu, mereka seumur denganmu—kurang lebih sepertinya—tapi mereka terlihat seperti binatang liar yang tidak tahu arti kesopanan."

Gael selalu menyukai kata-kata yang keluar dari mulut Agatha Brenda, janda yang baru saja keluar dari masa berkabungnya setelah suaminya meninggal di Aspen. Kecelakaan ski yang menimpa Frederik Enrico, suaminya yang memiliki perusahaan batu bara membuat Agatha sedih dan mencari Gael sebagai gantinya. Pada mulanya Agatha hanya menginginkan seks dan memenuhi keinginan wanita itu tidak sulit. That's what Gael do best, fuck. Tapi Agatha menjadi teman berbicaranya dan perlahan mereka tidak pernah lagi melakukan hubungan intim. Mereka akan berbicara, makan malam dan seperti malam ini pergi ke acara penggalangan dana. Semua orang mengira Gael adalah anak Agatha, yang selalu membuat wanita itu tertawa. "Aku sangat menyukai orang bodoh-bodoh ini yang selalu mengira kamu adalah anakku. I don't have a son, idiots," kata Agatha suatu waktu.

Sekarang Gael mengarahkan pandangannya kepada bar yang tersedia di ruang dansa tersebut yang dipenuhi oleh sekelompok orang-orang yang sedang bercanda tawa. Tapi setelah Gael mencoba mendengarkan dengan baik kata-kata yang diucapkan mereka dengan terlalu keras, ia mengerutkan dahinya. "Ayo, Agatha, mereka setengah mabuk. Mungkin kamu ingin pulang dan meminum segelas brandy?"

Agatha memegang dadanya dan berkata, "Oh, brandy sounds nice, kita sebaiknya pulang."

Mereka berjalan maju ketika langkah mereka terhenti. Seorang wanita menabrak Agatha dan menumpahkan sedikit isi champagne-nya. "Oops, Miss, watch where you're going," kata Agatha yang sekarang sudah sibuk mencoba mencari saputangannya.

Gael memberikan saputangannya dengan spontan kepada Agatha, tapi pandangannya tidak bisa berhenti menatap wanita dihadapannya. Adinia. Wanita polos itu yang membuatnya lepas kendali.

Ketika wanita itu mendongak, ia memanggil namanya. Tapi Adinia kembali menunduk dan tidak menatapnya. Melihatnya malam ini dengan gaun sederhana berwarna kuning membuat darah Gael berdesir ke bagian tubuhnya yang tidak diinginkannya untuk mengeras. Ia masih mengingat malam itu—enam bulan yang lalu.

Gael berdeham dan mencoba untuk memosisikan dirinya sendiri sehingga bagian tubuhnya yang mengkhianatinya tidak terlihat, tapi sebelum ia dapat berbicara lagi, ia melihat lengan atas wanita itu ditarik oleh pria yang datang dari arah bar, setengah mabuk.

Ia mengerutkan dahinya dan menatap pembicaraan itu terjadi. Pria itu memanggil Adinia jelek. Hal itu membuatnya sangat marah. Entah kenapa, tapi Gael tidak suka. Satu-satunya hal yang ia ingin lakukan adalah menghajar pria yang menarik Adinia dan mengatakannya jelek. Tapi apa yang dilakukannya sekarang adalah mengatakan hal yang tidak pernah ia katakan kepada siapapun sebelumnya. "She's my girlfriend," jawabnya ketika pria itu bertanya siapa dirinya yang memerintah pria itu untuk menurunkan tangannya dari lengan atas Adinia.

Gael, you're in big trouble.

"Apa?" tanya pria bodoh itu.

"She's mine, now hands off," katanya memperjelas. Apa aku terdengar posesif? Ya, pikir Gael. Tapi ia tidak peduli sama sekali. Ia memegang pergelangan tangan Adinia dan ia melihat ke arah Agatha. Wanita itu mengangguk dan memberikannya tatapan hangat. Ia tahu kalau Agatha akan baik-baik saja sementara ia menarik Adinia menjauh dan keluar dari ruang dansa. Oh, apa yang kamu lakukan sekarang, Gael?

Gael membawa Adinia ke taman pelataran hotel yang tertata rapih dan satu-satunya suara datang dari air mancur yang berada di tengah taman tersebut. Mereka menghirup udara malam dan Gael membalikkan tubuhnya ke arah Adinia. "Hey, look at me," kata Gael kepada Adinia.

"Hey," kata Adinia. "Kamu tidak perlu melakukan itu."

"Melakukan apa?" tanya Gael kepada Adinia.

"Aku sudah terbiasa," jawab wanita itu yang membuat Gael semakin mengerutkan dahinya.

"Terbiasa apa? Diinjak-injak?"

Dibalik kacamata tebal yang Adinia gunakan, Gael dapat melihat kemarahan berapi-api keluar dari mata cokelat tersebut, "Apa masalahmu denganku? Kamu sendiri tidak ingin berurusan denganku."

"Who's that man, Adinia?" tanya Gael kepada Adinia.

"Kamu bukan siapa-siapaku. Kamu hanya pria yang memuaskan aku satu malam enam bulan yang lalu. Now let's part ways and never meet again like this."

Wanita itu baru saja akan melangkah pergi ketika Gael menahannya, ia kali ini dengan lebih tegas bertanya, "Siapa pria itu, Adinia?"

"He's going to be my husband."

"Kamu ingin pria seperti itu, pria yang memanggilmu jelek dan menarikmu dengan kasar menjadi suamimu?" tanya Gael. Apa pedulimu, Gael? Tanya dirinya. Tapi sekarang ia sendiri tidak tahu. Ia marah. Ia tidak menyukai kemungkinan wanita itu menjadi istri seorang pria kasar.

"I need you to be my boyfriend six months ago, kamu menolakku. Alasanku memintamu untuk menjadi pacarku adalah agar aku dapat menghindari kemungkinan aku menikah dengan pria bodoh yang tadi kamu lihat menyakitiku. Tapi aku tidak mempunyai pilihan lain sekarang. Aku akan tetap menikah dengannya."

"Aku baru saja mengatakan kalau kamu adalah pacarku. Aku bisa membantu."

"And why is that?" tanya Adinia yang sekarang membenarkan kacamatanya. "Why are you saying you're my boyfriend? Kamu mengasihaniku? Aku lebih baik membayarmu daripada melihatmu mengasihaniku. Aku akan pergi sekarang—"

Gael memotong kata-katanya dan bertanya, "Apa terlalu terlambat bagiku untuk menjadi pacarmu sekarang, Adinia? Karena aku mau menjadi pacar kamu."

Be Careful, It's My Heart | Red Series no. 2Where stories live. Discover now