OPA dimakamkan pada sore itu.

Hawa masih belum bisa menerima bahwa saat ini dia telah kehilangan Opa. Opa yang telah memberi banyak pelajaran kepadanya. Ada begitu banyak peristiwa, ada begitu banyak kenangan. Dia ingat pada suatu hari di masa kecilnya, di musim hujan yang seperti terlihat sangat panjang di tahun 2010.

Hawa mengeluhkan hujan yang turun membuat liburannya ke Gorontalo tak seseru yang dibayangkannnya. Opa membujuknya duduk bersamanya di ruang tamu dan menonton televisi. Opa berdiri dan mengangkat Oma dari kursi roda dan mendudukannya bersama Hawa. Dia berjalan ke dapur dan menyuruh seorang pembantunya, membuat pisang goreng kipas, makanan kesukaannya bersama Hawa. Lalu mereka duduk di sofa itu, Opa, Oma dan Hawa. Menikmati pisang panas sementara di televisi seorang penyiar berita berbicara dengan distorsi dengungan televisi.. Setiap kali sebuah petir menyambar, penyiar berita yang tampak serius itu terdengar seperti bergumam dalam bahasa yang konyol dan cepat.

Mereka semua terbahak-bahak di atas sofa. Hawa memegangi perutnya memukul-mukul pinggiran sofa. Pada kenyataannya, ketika petir tak lagi menyambar dan hujan telah reda, Hawa kehilangan antusiasme keluar rumah, dia melanjutkan menonton televisi bersama Opa dan Oma, melihat apakah perutnya masih cukup kuat untuk tertawa.

Opa juga yang selalu membela Hawa dalam semua pilihan masa kecilnya. Yang memengaruhinya dalam-dalam. Saat dia telah tiada, semua kenangan menggenang di pikirannya seperti butiran-butiran biji kopi dalam cangkir Opa. Hawa bisa mengingat saat-saat pertamanya berkerudung. Mengingat alasan sebenarnya. Dia memiliki sebuah luka di sisi kiri kepalanya. Luka itu semakin membesar saat itu karena dia selalu menggaruknya dengan kuku-kukunya. Mom menyuruhnya memakai topi untuk sementara waktu. Tetapi teman-temannya yang usil sering menarik lepas topinya dan menjadikanknya olok-olok.

Saat liburan di rumah Opa, Oma memakaikan salah satu kerudungnya kepada Hawa. Itu adalah kerudung tua yang warnanya telah kusam. Oma telah memilikinya selama puluhan tahun. Pertama kali mematutkan diri di cermin, Hawa senang mengetahui wajahnya menjadi begitu berbeda. Begitu dewasa. Dia melihat Opa dan Oma melihatnya dari luar kamar dan berbisik-bisik sesuatu yang tidak bisa didengarnya. Kelak, ketika Oma telah tiada, Hawa menanyakan apa yang mereka bincangkan waktu itu. Opa kemudian mengatakan kerudung itu adalah kerudung yang dipakai Oma saat mereka pertama kali bertemu.

"Kau sangat mirip dengan Eyi," ucap Opa. Di Gorontalo, Eyi adalah panggilan kesayangan seorang kekasih kepada kekasihnya. Opa senantiasa memanggil Oma dengan panggilan itu dan dia tidak pernah mendengar Opa mengeluarkan kata-kata kasar kepada Oma. Tidak di saat pertama kali mereka bertemu, tidak di sepanjang empat puluh lima tahun kehidupan mereka yang diceritakan Pop.

Sekarang, orang-orang telah beranjak meninggalkan kuburan. Bunga terakhir telah ditaburkan. Tetapi Hawa merasakan, seperti selalu, yang dialaminya setiap kali liburan akan usai. Dia berdiri di sana, melambai-lambaikan tangan kepada Opa dan Oma yang harus membujuknya untuk masuk ke dalam mobil Pop. Merasakan matanya memberat dengan air mata. Dia menangis, berlutut, menyandarkan kepalanya ke nisan Opa yang telah lapuk. Opa mengatakan jika dia meninggal, dia minta dikuburkan dalam lubang yang sama dengan Eyi-nya. Sejak Oma meninggal, dia telah mengukirkan namanya sendiri di nisan itu. Mereka berbagi batu nisan dan Pop hanya menyuruh seseorang mengukir kalimat yang dulu dituliskan Opa dalam undangan pengantinannya bersama Oma.

Suri Hawa.

dan

Harisa Machmud

Di semua kehidupan, aku selalu ingin berbagi semuanya denganmu.

Mom menggamit pundak Hawa. Mengajaknya berdiri dan memeluknya. Saat matahari tenggelam di cakrawala, Hawa melakukan yang biasa dilakukannya saat akan meninggalkan Opa dan Oma, melambaikan tangan dan berjanji akan datang pada liburan berikutnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 17, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Menghitung Luka di LangitWhere stories live. Discover now