◇ Bab 7: Tikus Pengganggu

25 11 30
                                    

Sudah satu setengah tahun Asher mengikuti pembelajaran yang telah dijadwalkan oleh Marquis. Senin kelas tata krama, Rabu kelas sejarah dan ekonomi, Jumat kelas berburu. Ada juga kelas dansa yang memang dijadwalkan berbeda dari kelas tata krama. Kelas dansa setiap Sabtu. 

Semua diperlukan sebagai bekal Asher dalam acara perjamuan sebagai pewaris sah Marquis yang akan diselenggarakan pada saat Asher mencapai umur tujuh belas tahun. Ini berarti bahwa Asher telah diakui menjadi bagian keluarga Rognvaldr secara resmi.

Marchioness sebagai istri Marquis yang mengatur keuangan dalam kediaman akan ikut turun tangan merencanakan segala keperluan dekorasi dan rangkaian acara untuk Asher. Asher masih punya waktu untuk mempersiapkan semua materi sebelum terjun ke dalam dunia pergaulan sosial.

Asher menghela napas panjang. Dia sedang sibuk di meja kerja. Tangan Asher telaten menggores huruf demi huruf dengan pena bulu di atas kertas. Di ujung sisi meja terdaftar urutan panjang tamu yang akan diundang. Setelah isi surat selesai ditulis, Asher memasukkannya ke dalam amplop dan memberikan stempel segel lilin lambang keluarga Rognvaldr.

Dia menyiapkan surat ini jauh-jauh hari agar dapat dikirimkan pada waktu yang telah ditentukan. Asher juga harus menulis surat satu persatu sebagai rasa hormat kepada mereka. Dia meregangkan tubuhnya yang kaku. Sudah cukup lama dia berada di ruangan ini. Ketika ingin melanjutkan tugas menulis, seseorang mengetuk pintu.

“Silakan masuk,” izin Asher kepada orang tersebut.
Paman Asher, Count Bernard muncul dari balik pintu. Sebuah buku tebal berada dalam pegangannya.

“Salam untuk pewaris sah Marquis Rognvaldr,” salam paman Asher. Walaupun berumur lebih tua dari Asher, beliau tetap harus memberi salam karena urutan gelar Count berada di bawah Marquis.

“Sudah satu setengah tahun kita saling kenal, Paman. Tidak perlu terlalu formal dengan saya,” balas Asher. Sebenarnya selama ini, paman Asher telah membantu banyak. Berkatnya, Asher bisa mengikuti semua pembelajaran dengan lancar.

“Saya membawa buku baru untuk Asher hari ini, berisi tentang pengetahuan politik kerajaan dan ekonomi.” Paman meletakkan buku tersebut di ruang kosong meja Asher. Bukunya cukup tebal, setinggi dua telapak tangan Asher apabila dijumlah.

“Baik, terima kasih banyak, Paman. Akan saya jaga baik-baik.” Asher tersenyum sambil mengusap buku yang baru saja diberikan.

“Kalau begitu, saya pamit terlebih dahulu. Ada hal mendesak yang harus saya selesaikan.” Paman Asher pergi terlebih dahulu.

Asher kembali menulis surat yang tadi tertunda. Asher melihat daftar tamu. Ini adalah surat terakhir. Akhirnya Asher bisa beristirahat. Asher merapikan semua surat dan menggabungkannya di satu tempat sebelum ia ke kamar.

***

Hari sudah sore menjelang malam. Asher berbaring di sofa panjang dekat rak buku miliknya. Bahkan tiduran di sofa tidak terasa keras dan kaku. Dia masih membiarkan balkon miliknya terbuka untuk menikmati angin sejuk.

Asher suka tempat ini terasa sangat tenang. Namun, baru saja dia melewati koridor. Suasana janggal. Penjagaan hari ini sangat longgar. Sepertinya akan ada 'pengunjung' datang, tapi dia tidak peduli. Dia hanya ingin melepas penat.

Baru saja dikatakan, gemerisik suara muncul di balkon. Asher yang memiliki pendengaran semakin sensitif setelah kejadian Count Lay berubah waswas. Segera, ia mendekati laci lemari kecil dan mengambil sebilah belati yang memang digunakan untuk situasi darurat. Asher sembunyikan dalam jas miliknya.

The Lost Identity of AsherHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin