◇ Bab 8: Hilangnya Gadis Itu

21 13 31
                                    

Seorang pria berambut cokelat pirang berada di ruang kerjanya sedang duduk menatap lembaran kertas yang penuh dengan coretan. Satu tangannya memangku dagu, yang lainnya sibuk mengetukkan pena bulu di atas kertas. 

Dari beberapa hari terakhir Asher memikirkan tentang pelaku yang mengirimkan pembunuh bayaran. Ini cukup tidak masuk akal. Berdasarkan perkiraan Asher, kejadian pembunuh bayaran muncul tidak lama setelah rumor Asher sebagai pewaris sah tersebar. 

Apakah hal tersebut menjadi suatu pemicu? 

Kedatangan Asher mengakibatkan posisi pewaris yang sebelumnya kosong menjadi terisi. Mungkin ada saja seseorang yang mengincar kejatuhan Marquis ataukah Count Lay masih mengejar Asher?

Pertanyaan demi pertanyaan berputar di kepala Asher. Mengingat Count Lay bisa menjadi salah satu kemungkinan orang yang mengganggu Asher karena sebelumnya ia melarikan diri dari Count. Terlebih lagi sepertinya Count Lay cukup lama berurusan dengan pekerjaan bawah tanah. Itu bisa saja memperkuat dugaan Asher. 

Akan tetapi, yang menjadi pertimbangan lain, pelakunya mengetahui seluk beluk kediaman Marquis. Count Lay jarang atau tidak pernah datang ke kediaman Marquis. Jadi seharusnya pengendali bukan dia. 

Bisa saja pelaku yang sebenarnya ada di kediaman dan menaruh mata-mata sebagai pelayan untuk memberi tahu segala gerak-gerik Asher kepada seseorang. Asher menemukan jalan buntu. Kekurangan petunjuk membuat Asher kesulitan mencari pelaku. 

Asher menghela napas panjang. Dia menatap langit-langit ruangan.

“Semua tekanan ini membuatku lelah. Aku … merindukan Ivy …,” gumam Asher.

Sambil mengingat momen favorit Asher bersama Ivy, suatu pertanyaan terbesit. Dulu, Asher sempat tinggal di panti asuhan. Kedua orang tua Asher sangat menyayanginya, terutama Marchioness. Beliau selalu memastikan bahwa Asher mendapat kebutuhan terbaik. Marquis, walaupun terlihat dingin dia orang yang peduli pada keluarga. 

Lalu, Suster yang dititipkan surat oleh seseorang bernama Lily. Berstatus sebagai dayang Marchioness. Asher yang ditinggalkan di panti. Bagaimana Asher berada di sana?

Semua runtutan kejadian itu terlihat seperti puzzle dan dihubungkan oleh benang merah tipis. 

Asher sempat ingin menanyakan perihal kelahiran dirinya kepada Marchioness, tetapi keadaan beliau tidak begitu baik. Sering kali beliau menangis diam-diam. Trauma pasti masih sangat kental. Tubuh ibunya lebih kurus dan pucat dari saat Asher melihat portrait beliau. Jelas sekali enam belas tahun terakhir beliau sangat menderita. Pasti menyalahkan dirinya sendiri atas hilangnya Asher. 

Asher akan menunggu waktu yang tepat untuk bertanya dengan Marchioness. Lebih baik dia mengumpulkan informasi mengenai kelahiran terlebih dahulu. Suster pasti tahu sesuatu. Asher berencana untuk mengunjungi Suster di panti. 

Pria itu mengambil sebuah gulungan kuning kecokelatan dari laci meja. Gulungan tersebut bergambarkan wilayah Inggris di atas meja. Asher sekarang sedang berada di Herefordshire. Asher ingat bahwa Suster pernah memberitahukannya bahwa mereka berada di daerah dekat Lacock. Berarti termasuk wilayah Wiltshire.

Memperkirakan jarak antara Herefordshire dengan Wiltshire cukup jauh. Menaiki kereta kuda mungkin saja akan memakan waktu sekitar dua sampai tiga hari. Asher bulat memutuskan. Ia akan pergi setelah meminta izin kepada Marquis untuk berlibur ke wilayah Wiltshire. 

***

Sebuah kereta kuda yang berhiaskan pernak-pernik mewah melewati jalur pedesaan. Asher berhasil meminta izin. Dia sendiri sudah meminta Marquis untuk memberikan kereta kuda sederhana tanpa adanya pernak-pernik, tapi Marquis bersikeras. Didukung juga oleh Marchioness.

Asher tersenyum tipis. Walau Asher masih canggung, kedua orang tuanya pasti ingin melakukan yang terbaik untuk memenuhi semua keperluan dia. Mungkin semua itu sebagai penebusan mereka atas kekosongan peran orang tua pada saat Asher kecil. 

Pedesaan dilewati. Hamparan hijau yang luas, penuh dengan bunga-bunga menyambut. Sama persis dalam rangkaian kenangan Asher pada hari itu. Di mana Ivy berlarian bersama Kyne dan Evelyn. Kenangan berharga mereka. 

Kita akan segera bertemu, Ivy. Tunggu sedikit lagi batin Asher.

Asher memegang dadanya yang berdegup kencang tidak sabaran. Akan tetapi, semua itu pupus setelah Asher melihat pemandangan sebuah bangunan yang dulu disebut “panti”. 

“Hentikan keretanya! Aku akan turun di sini!! ” teriak Asher tidak peduli akan apapun lagi.

“Tuan Muda, tunggu!!” Teon berusaha menenangkan Asher, tapi gagal. Otak Asher tidak bisa memproses dengan baik. Dia melompat turun dari kereta tanpa mendengarkan apa yang dikatakan Teon. 

Nahas, bangunan kayu yang dulu terawat bagi tempat tinggal Asher yang penuh dengan gelak tawa dan kebahagiaan anak-anak kini hanya menyisakan abu-abu sisa dari barang-barang terbakar. Panti sudah rata dengan tanah. 

“I-Ivy …? Ivy!!! Dimana Ivy!?” kepala Asher menengok ke sana kemari sebelum akhirnya dia terduduk di tanah. Teon baru saja sampai harus melihat keadaan tuannya yang kalut. Pasti keadaan panti sungguh mengagetkan Asher. 

“T-Teon …,” panggil Asher. Suaranya bergetar. Tangannya berkeringat, tapi Asher tetap memegang pundak Teon. 

“Maaf. Maaf. Keadaan ku sangat tidak baik. Tolong. Bantu aku cari tahu warga di sekitar sini tentang kejadian apa yang menimpa panti.” 

Teon melaksanakan tugas dari tuannya dengan cepat untuk mencari informasi dari warga sekitar.

Asher berjalan menuju pohon besar yang berada di depan panti. Asher menyentuh kulit kasar pohon itu. Di sinilah dulu Ivy memanjat dan menjahili Asher dari atas. 

Rasanya baru saja kemarin Asher dan Ivy bersama. Waktu telah berlalu cepat. Tinggi badan Asher sekarang sudah bisa menangkap Ivy bila dia berada di atas ranting pohon. Namun, semua pertumbuhan Asher sia-sia apabila Ivy tidak berada di sini lagi. Asher duduk termenung di bawah pohon begitu lama menunggu informasi akan keberadaan Ivy dari Teon. 

“Tuan Muda!!” sambut Teon sambil berlari membawa seorang warga. 

Di umurnya lagi yang tidak lagi muda, Teon bernapas terengah-engah. Dia tidak bisa buang-buang waktu melihat keadaan tuannya yang sangat rapuh. Ini tidak sebanding akan tugasnya untuk melayani Asher. 

Tatapan mata Asher kosong, mengarah kepada si warga. “Katakan, apa yang kau tahu tentang kejadian panti ini.”

Warga itu mengangguk. “Hari itu, tepatnya 16 tahun lalu. Api berkobar ditengah gelapnya langit malam."

"16 tahun lalu …??" Asher mengernyitkan dahi. 

"Benar, Tuan. Seketika langit-langit yang tadinya hitam, berubah warna menjadi merah pekat. Beruntungnya, sebagian besar korban selamat. Hanya saja … Ada satu anak perempuan yang tinggal di panti belum ditemukan sampai sekarang. Kita sudah mencarinya, tapi tidak membuahkan hasil,” jelas warga.

Sebuah rasa gelisah mulai melonjak dari dalam dirinya. Asher tidak ingin menebak-nebak. Akan tetapi, perasaannya tidak enak saat ini. 

“S-Siapa nama anak itu …?” Asher akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

“Kalau tidak salah, I … I ….” Warga itu mengatakan sambil mengingat-ingat.

“Apakah Ivy!?” tanya Asher memotong pembicaraan. Dia langsung menangkap siapa orang yang dimaksud. 

“Benar! Bagaimana kamu bisa tahu? Kami dan Suster panti berusaha mencari Ivy. Namun, dia tidak ditemukan di mana pun ” Warga itu menggaruk kepalanya.

Asher tidak menjawab lagi. Seketika, sebagian dari diri Asher runtuh sekali lagi. Ivy, gadis kecil itu, tidak diketahui keberadaannya. 

The Lost Identity of AsherWhere stories live. Discover now