◇ Bab 20: Ada Apa dengannya?

12 7 13
                                    

Deru napas Asher tidak karuan. Dia berlari menuju ruang Ivy berada. Waktu yang berjalan terasa sangat lambat. Dia berharap agar segera sampai di sana.

Kakinya berhenti tepat di depan pintu. Asher menarik napas beberapa kali dan memejamkan mata. Asher sebisa mungkin ingin menunjukkan penampilannya yang tidak begitu berantakan.

Tangan Asher meraih gagang pintu, perlahan mendorongnya. Semua orang di ruangan menatap arah datang bunyi pintu yang terbuka. Tak terkecuali Ivy yang masih terbaring. Gadis itu hanya bisa melirik dari posisinya berbaring saat ini.

Bahu Asher bergetar. Lelaki itu mendekati Ivy perlahan. Countess Aretha yang sebelumnya bersujud memegangi tangan Ivy, dibantu oleh Count untuk berdiri.

“A-Asher …,” panggil Ivy lirih nyaris tidak terdengar. Tangannya yang lemas berusaha menggapai Asher.

“Iya, Ivy. Aku di sini.” Asher membiarkan Ivy mengelus pipinya. Tidak sadar bahwa bulir-bulir air diujung mata Asher mulai berjatuhan. Ivy mengusap air tersebut pelan. Asher tidak peduli dengan harga diri apapun itu karena dia menangis. Lagipula, ini tentang Ivy.

“Dasar. Apa yang akan aku lakukan bila kamu terus seperti ini?” batin gadis itu.

“Tidak … apa … apa …..” Dari balik bibir pucatnya, Ivy menerbitkan senyum.

Dokter yang berada di dalam ruangan sedari tadi berdeham.

“Untunglah, nyawa nona Ivy masih bisa diselamatkan. Keinginan nona Ivy untuk bertahan membawanya kembali bangun. Racun yang diberikan kepada nona Ivy adalah racun Arsenik. Untungnya dalam dosis yang tidak banyak. Kalau tidak bisa berakibat fatal. Setelah dari ini, nona Ivy harus terus makan makanan sehat yang kaya akan vitamin untuk membantu proses pemulihan,” jelas dokter.

Asher terkejut mendengar penjelasan dokter. Racun Arsenik adalah racun yang sangat mematikan dan terkenal digunakan orang-orang untuk membunuh. Sedikit korban yang selamat dari racun tersebut. Ivy sangatlah beruntung dapat kembali dan memulihkan diri sedikit demi sedikit.

Asher merasa sangat bodoh. Dia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Ivy dan malah menyeretnya masuk dalam masalah keluarga dia. Dia tidak berguna apapun.

Ivy melihat suasana disekitar Asher yang begitu suram. Akan tetapi, dia tidak bisa.

Tenggorokannya sangat berat, bibir miliknya membeku. Ivy tahu bahwa Asher menyalahkan diri sendiri atas apa yang menimpa dirinya. Itu bukanlah salah Asher. Seharusnya Ivy lebih berhati-hati dalam bertindak.

Baru saja Ivy ingin buka suara, seorang penjaga mengetuk pintu.

“Permisi, Tuan dan Nyonya, saya mohon maaf mengganggu waktunya sebentar. Tuan Muda Rognvaldr, paman anda mengunjungi saat ini berada di luar. Beliau ingin bertemu dengan Anda karena menerima kabar bahwa Anda ada berada di sini.”

Asher mengangguk. Dia beranjak dari tempatnya dan tersenyum kepada Ivy. Kemudian memberi salam kepada pasangan Aretha sebelum pergi meninggalkan gadis itu di dalam ruangan bersama kedua orang tuanya di sana.

***

“Paman. Maaf aku terlambat. Mengapa paman bisa sampai di sini?” ucap Asher saat melihat sosok pamannya di gerbang kediaman Baron Bartzen.

“Ah, tidak. Saya kebetulan ada bertugas tidak jauh dari kediaman Baron. Tadi tampaknya ramai-ramai orang membicarakan tentang pesta teh. Jadi, paman memutuskan untuk datang. Mereka mengatakan bahwa kamu juga ada di sini.”

Asher mengangguk. Paman Asher meneliti penampilan Asher yang begitu berantakan. Kantung mata Asher juga sedikit kemerahan.

“Bagaimana kalau kita sekarang kembali ke kediaman Rognvaldr? Tidak baik para bangsawan lain untuk melihat keadaanmu yang kacau.”

Asher menyetujui saran dari pamannya. Asher kembali bersama si paman tanpa berkata apa pun lagi kepada Ivy. 

***

Semenjak hari itu, Ivy fokus pada pemulihan kesehatan. Awalnya badan Ivy terasa lemas hingga dia kesulitan untuk bangun dari tempat tidurnya. Namun, akhir-akhir ini sudah jauh membaik.

Saat Ivy pulih, Emer memberikan tumpukan surat yang datang dari berbagai bangsawan.
Undangan yang diberikan kepadanya sudah jauh meningkat dari sebelum kejadian peracunan. Ivy tidak tahu apa yang menjadi alasannya sekarang sering dikirimi undangan. Mungkin saja itu adalah rasa kasihan, atau bisa jadi rasa penasaran melihat keadaan Ivy setelah dia pulih.

Tentu saja Ivy tidak akan melewatkan kesempatan ini. Dia akan mencari seseorang yang dapat membantunya apabila kesulitan nanti. Jadi Ivy akan menerima beberapa undangan.

Lalu, sejauh ini Ivy tidak mendengar kabar apapun dari Asher lagi semenjak itu.
Ivy telah mengirim Asher beberapa surat dan bercerita tentang kondisinya. Namun, tidak ada balasan yang datang. Biasanya mereka juga akan bertemu di satu pesta, tapi Asher selalu sibuk bersama koleganya atau tidak datang.

Ivy berharap mereka bisa bertemu lagi segera dalam undangan pesta hari ini yang diterima olehnya. 
Saat ini, di tengah kerumunan bangsawan dalam aula pesta, terpantau seorang gadis berambut hazelnut berada di pojok ruangan hanya bisa memandangi punggung seorang lelaki dari jauh. Asher mengenakan kemeja putih, dilapisi rompi merah dan jas hitam.

"Hari ini dia tampan juga …," pikir Ivy.

Sayang, orang itu juga sibuk berbicara dengan kenalannya di pesta ini.

Ivy mencari cara untuk mendekati Asher, tetapi tidak ada kesempatan sama sekali. Baru saja seorang pergi, yang lain datang.

Ivy sendiri pun juga tidak bisa mendatanginya. Pasti akan dilabel sebagai pengganggu.

Ivy menghela napas. Dia menatap kue-kue kecil yang telah tersedia di atas meja tidak jauh dari tempatnya berada.

Daripada memikirkan hal yang rumit, Ivy lebih baik memperbaiki suasana hati. Gadis itu mengambil butir-butir kecil coklat lalu memakannya.

Seorang pria yang ternyata memandang Ivy sedari gadis itu makan, mengernyitkan alisnya. Mengapa gadis itu sudah berani makan lagi tanpa takut atau mengecek bahwa makanan itu aman?

"Ha …." Helaan napas panjang terdengar. Asher tidak bisa fokus kepada orang yang tepat di hadapannya berbicara.

Asher memberikan senyum formal. "Kita sudahi pembicaraan kita hari ini. Aku akan pergi ke suatu tempat dahulu," pamit Asher sambil membungkukkan badan.

"A-Ah, iya. Terima kasih hari ini. Silakan nikmati waktu Anda," balas orang itu canggung.

Ivy yang tadi sibuk mengunyah cokelat cepat menyadari bahwa Asher pergi sendirian.

"Memang hebat mata elangku ini," puji Ivy dalam hati.

Inilah waktu yang tepat. Buru-buru gadis itu mengambil beberapa cokelat lagi dan bergegas menyusul Asher.

Melewati lorong yang tadinya ramai perlahan sepi. Orang-orang sudah jarang terlihat karena mereka semua fokus berkumpul di aula tengah. Tidak terasa Ivy berada di dekat balkon.

"Kemana si bodoh itu pergi?" gumam Ivy tersengal-sengal. Pria itu tidak terlihat. Padahal dia tidak jauh tadi.

"Asher harus memendekkan saja kaki itu supaya aku bisa mengejar," gerutu Ivy.

"Hey, siapa yang kamu panggil bodoh?" jawab seseorang dari balik gorden luar jendela balkon. Pria itu sedang menyandarkan dirinya di tembok. Rambut pirang kecoklatannya tersapu angin malam menunjukkan mata warna biru kehijauan yang sedang menatap Ivy lekat-lekat.

"A-Asher!"

The Lost Identity of AsherWhere stories live. Discover now