◇ Bab 10: Pesta

18 12 26
                                    

‘to: Count Aretha.’ Tulis Asher memulai sebagai judul awal di kertas itu. Asher berencana untuk menuliskan surat undangan untuk Count Aretha dengan maksud Ivy dapat ikut hadir dalam perjamuan. Tidak ada salahnya, karena ini acara yang dibuat untuk Asher. Lagipula Asher juga sangat ingin bertemu dengan gadis itu kembali.

Asher tidak sabar menunggu hari debut miliknya datang. Dia rasa ini akan menyenangkan. Asher memilih untuk tidak mengatakan apapun bahwa dia adalah teman masa kecil Ivy di panti dahulu yang kini menjadi anak seorang Marquis.

Seperti bermain kejar-kejaran dulu, Asher pasti akan menemukan Ivy di pesta nanti.

***

Kejadian Asher mengunjungi panti telah berlalu. Kini perjamuan pewaris sekaligus debut Asher sebagai bangsawan yang ditunggu-tunggu telah tiba.

Kediaman Marquis dihias dengan mega. Dinding penuh dengan berbagai corak mewah keemasan. Lukisan indah nan menawan di setiap sudut ruang terpajang. Menangkap mata setiap orang yang lewat. Ruang pesta dipenuhi oleh para bangsawan, mengenakan pernak-pernik mewah dari atas kepala hingga ujung kaki. Lantunan musik mengiringi berjalannya acara juga semakin memeriahkan suasana.

Dari ruangan atas, suara nyaring terdengar memutus suasana acara yang ramai. Marquis dan Marchioness keluar dari ruangan dan menuruni tangga. Mereka mengenakan warna simbol keluarga mereka yaitu biru tua. Warna pakaian yang begitu mencolok memberikan ciri khas Marquess dan Marchioness sebagai tuan rumah.

Semua orang membungkukkan badan untuk menghargai sang tuan rumah.

Lanjut pembaca itu saat Asher tiba, “Sang Marquis muda, Asher Evrard Rognvaldr memasuki ruangan.”

Semua orang masih dengan posisi membungkuknya berusaha curi-curi pandang kepada Asher. Mereka ingin memuaskan rasa penasaran akan kebenaran gosip yang dibagikan antar mulut oleh para bangsawan. Namun, bentuk wajah dan rambut Asher ternyata sangat mirip dengan kedua orang tuanya. Siapa saja orang yang melihat pasti akan membantah rumor aneh tersebut.

Juga, Asher menjadi sasaran bagi para wanita bangsawan yang belum menikah. Tentu saja, Asher memiliki gelar Marquis yang merupakan status tertinggi setelah Duke. Wanita pun ingin berlomba-lomba mendapatkannya.
Asher maju ke depan Marquis dan Marchioness. Mereka saling bertukar pandang.

“Para tamu yang kuhormati. Terima kasih telah datang ke acara yang kami selenggarakan. Hari ini adalah debut pertama saya di dunia sosial bangsawan. Silakan nikmati acaranya,” sambut Asher.

Tidak lama, bunyi tepuk tangan memenuhi ruangan. Asher mundur dan menyamakan posisi berdiri sejajar dengan Marquis dan Marchioness. Suara dehaman Marquis mengheningkan suasana.

“Hadirin sekalian, Asher Evrard Rognvaldr adalah benar anak saya dan diakui secara resmi sebagai pewaris.”

Perkataan Marquis langsung pada intinya berhasil menepis rumor tentang Asher bukan anak aslinya. Tepuk tangan sekali lagi terdengar.

Sesudah kata sambutan dari Marquis dan Asher, acara pun di mulai. Bangsawan terutama wanita berbondong-bondong mendekati Asher. Banyak orang yang bertanya-tanya, serta ingin tahu lebih banyak tentang dirinya. Asher mendengar mereka satu-persatu. Walau di tengah ramainya kerubungan bangsawan, matanya aktif meneliti, mencari sosok perempuan yang membekas dalam ingatan itu.

Mata Asher tidak berhenti mencari Count Aretha. Pandangannya terhenti ketika melihat seorang gadis berambut cokelat hazenut berada di pojok ruangan, sibuk melihat-lihat hidangan. Asher tersenyum. Tampaknya Ivy sangat suka makan. Waktu dansa akan segera mulai. Asher menuju ke arah Ivy.

Sebuah bayangan menutupi makanan gadis itu membuatnya mendongak.

“Permisi, acara dansa akan segera dimulai. Maukah Lady menjadi pasangan dansa saya?” ajak Asher mengulurkan tangannya, menunggu si Lady untuk meraih genggamannya. Asher tersenyum.

Gadis itu membulatkan mata. Dia menutup mulutnya kaget dengan telapak tangan. Ternyata anak Marquis adalah benar Asher teman masa kecilnya. Asher telah berubah banyak dari sejak terakhir dia di panti. Apa saja yang telah dilalui olehnya?

Perasaan campur aduk Ivy yang dia kira sudah lama hilang, muncul kembali. Ivy ingin sekali memukul lelaki di hadapannya ini karena dia telah menghilang secara tiba-tiba di panti dulu.
Ivy belum menjawab. Rasa usil yang ada dalam diri Asher muncul. Asher pikir menjahili Ivy akan menjadi ide yang sangat kreatif. 

“Bagaimana, Lady? Tampaknya hari ini aku akan patah hati. Lady ini tidak segera menerima ajakan dansa padahal ini debut pertamaku” Asher menunjukkan muka sedih.

Ivy melihat sekitar panik. Bangsawan sekitar menunjukkan berbagai macam ekspresi, tapi rasa iri terasa lebih kental daripada emosi lainnya karena mereka pasti ingin diajak dansa oleh Asher, anak Marquis. Ada juga yang turut hanyut dengan interaksi Asher dan Ivy.

Sebetulnya, Ivy tidak ingin mempermalukan Asher dalam debut sebagai pewaris Rognvaldr yang mengajak dirinya berdansa walau Ivy adalah anak Count Aretha. Pada akhirnya, mau tidak mau Ivy menerima ajakan dansa Asher. Asher mencium punggung tangan Ivy yang berada dalam genggamannya. Ivy terkejut, tapi berusaha menormalkan warna wajahnya yang sedikit memerah.

Rangkaian musik memainkan bagian mereka. Asher dan Ivy berdansa menjadikan mereka pusat perhatian. Mereka sangat serasi.

“Bagaimana malam ini? Apakah kamu menikmati acaranya, Ivy?” tanya Asher masih memimpin dansa.

“Ya …, tetapi berkat seseorang aku kehilangan makananku yang berharga.” Ivy menunjukkan wajah cemberut.

Asher tertawa kecil. Bisa-bisanya di dalam kepala gadis itu hanya ada makanan. “Kamu bisa mengambil itu sepuasnya setelah dansa denganku.”

“Oke! Ngomong-ngomong … bagaimana bisa kamu berakhir dengan keluarga Rognvaldr, Asher?” tanya Ivy. Matanya menatap lurus ke Asher.

Asher meneguk ludahnya. “Itu … akan menjadi kisah yang panjang.”

“Tidak apa-apa itu …, ah! Maafkan aku Asher!” bisik Ivy panik. Dia baru saja menginjak kaki Asher. Ivy sepertinya kesulitan menyamakan tempo dansa yang cepat dalam lagu ini.

Asher menarik Ivy lebih dekat, kepada dirinya. Tangan Asher memegang kokoh pinggang Ivy. “Sshh …, tidak apa-apa. Mau berapa banyak kamu menginjaknya, aku tidak masalah. Lagipula Ivy adalah pengecualian. Hanya kamu yang ku izinkan berdansa denganku.”

“Tetap saja …!!” Ivy merasa tidak enak hati. Baru Ivy ingin menyela perkataan Asher, lelaki itu mengangkat dia berputar. Jumbaian gaun berlapis-lapis penuh dengan pita panjang melambai milik Ivy mengikuti kemana poros Asher memutar.

Asher tertawa lebar, “Tidak perlu memikirkan apa pun! Cukup ikuti pimpinan ku saja.”

Marquis dan Marchioness tidak jauh dari sana terdiam saat melihat ekspresi wajah anaknya begitu cerah dengan seorang gadis yang tidak diketahui identitasnya. Itu pertama kali mereka melihat Asher tertawa begitu lebar. Mereka tidak menghentikan apa pun itu. Kebahagiaan Asher sendiri cukup untuk mereka.

Tidak terasa, musik dansa akan segera habis. Asher mendekatkan wajahnya ke telinga Ivy. “Ivy, mari bertemu lagi setelah pesta perayaan hari ini berakhir. Aku akan membuatkan permintaan berkunjung ke kediaman Maquis. Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu.”

Ivy menutup bagian telinga yang dibisiki Asher tadi malu, tetapi dia mengangguk. Asher berpikir akhirnya dia akan berbicara lebih banyak dengan Ivy lagi. Sudah lama sekali dia tidak senyaman ini.

Tidak sabar. Asher menunggu pertemuan mereka selanjutnya nanti.

The Lost Identity of AsherWhere stories live. Discover now