◇ Bab 27: Count Bernard

12 7 11
                                    

Asher sudah sampai di kediaman pagi hari. Aily dia biarkan menginap di tempat lain yang aman. Kejadian bertemu pembunuh bayaran sebelumnya sudah menandakan bahwa ada mata-mata di kediaman.

Akan menjadi masalah apabila mereka tahu bahwa Aily adalah dayang Lily. Bisa-bisa saksi mata atau orang yang dapat membenarkan tentang perbuatan pamannya.

Saat Asher tiba, seorang gadis yang sangat Asher kenal, mengenakan gaun berwarna hijau daun berada di depan gerbang telah menunggunya. Sepertinya gadis itu telah mendengar lebih dulu berita dia akan tiba. Asher turun dari kuda yang ditumpanginya.

Sambil memegangi tali kudanya, Asher mendekati Ivy.

Ujung bibir Ivy terangkat naik hingga giginya terlihat. Dia merentangkan tangan.

"Selamat datang kembali, Asher!" sambutnya dengan nada ceria.

Asher tersenyum kecil. "Aku mungkin sedikit berkeringat karena baru saja sampai," tolak Asher halus terhadap ajakan peluk Ivy.

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin memelukmu saat ini." Ivy bersikeras pada posisinya saat ini.

"Kalau begitu, sedikit saja …." Tangan Asher menyentuh pinggang Ivy, perlahan naik ke belakang punggung gadis itu dan memberikan pelukan erat.

"Aku kembali."

Ivy membalas pelukan Asher penuh perasaan gembira. Hatinya seperti akan lompat keluar. Momen itu mereka berdua nikmati selagi merasakan detak jantung satu sama lain berirama.

"Ah~ melihatmu seperti ini ingin membuatku menciummu," goda Ivy tertawa.

"T-Tidak. Kita belum tunangan." Asher memegang kedua bahu Ivy dan melepaskan pelukan mereka berdua.

Kemudian dia menutupi wajahnya yang pasti memerah. Dirinya juga bingung mengapa wajahnya sangat mudah berubah warna.

Sisi Asher yang seperti ini menurut Ivy sangatlah lucu. Tidak ada habisnya ide bermunculan tentang bagaimana cara menjahili Asher. Namun, cukup. Asher baru saja kembali.

Ivy akan membiarkannya untuk beristirahat setelah kembali terlebih dahulu.

"Asher, kamu baru saja kembali, mari kita beristirahat. Aku akan menemanimu sampai ke kamar."

Asher yang tadinya seperti anak anjing mengibaskan ekor senang, berharap tentang perkataan Ivy sebelumnya, berubah jadi murung. Ivy menahan rasa gemas dalam dirinya.

"Oke …," jawab Asher. Mereka berdua bercakap-cakap tentang perjalanan Asher sebelumnya dan meminta Ivy untuk bertemu dengannya di ruang kerja setelah dirinya mandi.

***

"Ivy, aku menemukan saksi mata dan juga korban dari paman. Dia akan bisa menjadi bukti yang kuat bahwa paman bersalah."

"Syukurlah kalau begitu."

"Kalau soal pembunuh bayaran, aku belum tahu siapa yang mengirimnya. Tentu saja pamanku adalah pelaku terbesarnya, tetapi aku sendiri merasa bahwa ada pihak lain yang terlibat."

"Apa yang akan kamu lakukan dengan mereka selanjutnya?"

"Aku akan menemui mereka, sejak tadi, kita sempat menyinggung tentang mereka yang diikat dan dibawa ke tempat lain. Akan Kigali semua informasi mereka."

"Hati-hati. Aku tidak ingin kamu terluka." Ivy menunjukkan ekspresi khawatirnya. Asher menggenggam tangan Ivy untuk menenangkan gadis itu.

"Aku akan kembali tanpa goresan sedikitpun."

***

Sekarang Asher berkunjung ke rumah tua yang digunakan untuk menempatkan pembunuh bayaran yang Asher bawa sebelumnya.
Pemimpin bayaran berada tempat yang berbeda. Pria itu dalam sebuah ruang. Dibiarkan duduk atas kursi dengan tangan yang diikat ke belakang, serta kakinya juga ke kaki kursi.

"Katakan, siapa yang mengirim Anda?" Saat ini hanya ada Asher berhadapan dengan pemimpin kelompok pembunuh bayaran kemarin.

"Untuk apa kuberitahu? Tidak mendapat jaminan juga." Pemimpin itu meludah ke arah Asher. Dia menatapnya acuh.

"Tentu saja ada hadiahnya." Asher tersenyum sinis.

"Mau membuat perjanjian?" tawar Asher.

Pemimpin itu tidak menjawab Asher. "Akan aku berikan dua kali lipat dari orang yang menyewamu dengan beberapa persyaratan."

"Apa itu?" balasnya tampak antusias setelah mendengar ada hadiah yang akan diterima olehnya.

Asher tahu bahwa orang ini akan terpancing. "Beritahukan dalang yang menyewamu dan katakan pada publik bahwa orang itu bersalah di waktu yang tepat."
Dia berpikir sejenak. Tawaran itu begitu beresiko, tetapi dia tidak ingin melewatkan kesempatan ini apalagi bayarannya dinaikkan dua kali lipat dari semua.

"Apakah ada lagi syarat yang lain?"

"Tutup mulut tentang hal ini. Selama anda bersedia untuk menerima tawaran, anda dapat tinggal di sini sementara waktu."
"Baiklah. Kuambil tawaran itu," ucapnya sombong.

"Jadi, siapa yang telah memerintahkan Anda?" Asher menatap orang itu dingin.
"Count Lay."

Asher merinding saat mendengar nama orang itu kembali. Ternyata benar dugaan sebelumnya. Count Lay masih mengejarnya. Apakah Count Lay ada hubungan dengan saat peracunan Ivy juga?
"Apa motif Count Lay?"

"Kalau itu, saya tidak tahu. Saya hanya mendapat perintah dan menjalankannya."

Asher berpikir keras. "Bagaimana cara mengikutsertakan Count Lay agar nanti dia bisa ditangkap bersamaan dengan Count Bernard?" batinnya.

"Waktu itu saya tidak sengaja melihat sebuah dokumen transaksi di ruangan kantornya."

Sebuah ide terbesit di benak Asher.
"Kau orang yang hebat, bukan?" puji Asher memancing nya.

"Benar! Tidak akan ada orang yang tidak mengenalku," ujarnya membanggakan diri.

"Apakah anda yang hebat ini bisa menyelinap masuk ruangan Count?"

"Tentu sa- Tunggu. APA KAU GILA?" umpat nya.

Memang rencana Asher terlihat gila, tetapi inilah satu-satunya yang terpikirkan olehnya.

"Akan diberi bayaran lebih." Asher membuat tanda bulat di jarinya yang menandakan hadiah koin emas.

"Deal."

***

"Sial!" Count Bernard melepas vas bunga yang berada di mejanya ke arah Count Lay.

"Kata Anda, orang yang dikirim adalah orang-orang berpengalaman. Bagaimana bisa Asher kembali tanpa ada luka satu kalipun?"

"Itu …, saya yakin bahwa anak buah saya kuat. Namun, Asher diluar dugaan saya," balas Count Lay tidak mau kalah.

"Dasar bodoh! Sekarang lihat. Anak buah anda tidak kembali sama sekali. Mereka menghilang tanpa jejak!"

Mendengar perkataan itu, Count Lay tidak bisa mengelak. Anak buah yang dikirimnya hilang semua, tidak diketahui keberadaannya.

"Sudahlah! Saya telah habis kesabaran!! Akan saya hadapi langsung Asher itu!"

"Jangan bertindak gegabah. Sekali jalan salah akan langsung membuat kita tertangkap oleh pihak keamanan!" Count Lay tentu saja tidak mau tertangkap. Sudah banyak pencapaian yang dia capai walau lama menjadi buronan yang diincar para penjaga.

"Tenang saja, apa yang bisa diperbuat oleh sepupu ku yang manis." Count Bernard meremehkan kemampuan Asher.

"Hah. Anak buah yang terlatih saja tidak kembali, Anda ingin langsung menghadapinya?" sarkas Count Lay.

"Satu orang harus bertindak, daripada Anda yang hanya berada di belakang layar," ejek Count Bernard.

Sekarang hubungan mereka berdua sudah tidak sejalan. Sudah saatnya Count Lay untuk memutus hubungannya dengan Count Bernard.

"Terserah saja, saya tidak ikut campur lagi."

Count Lay meninggalkan ruangan. Dia sudah angkat tangan bekerja sama dengan Count Bernard.

Count Bernard yang berada di ruangan sendirian menggebrak meja marah.

"Asher ...!"

The Lost Identity of AsherWhere stories live. Discover now