◇ Bab 26: Pembunuh Bayaran

6 5 5
                                    

Seorang orang pria duduk berhadapan dengan Count Bernard di ruang kerjanya. Penerangan ruangan itu remang-remang.

"Selanjutnya, apa yang harus kita lakukan? Rencana untuk membunuh gadis sialan itu gagal," umpat Count Bernard.

"Tenang saja, dari pelayan yang ditempatkan dalam kediaman Marquis, Asher pergi tanpa diketahui siapa pun pagi-pagi buta. Saya telah menyuruh orang saya untuk mengikuti mereka," balas pria di hadapannya.

"Apakah orang yang Anda kirim benar-benar terpercaya?"

"Saya melatih mereka semua keras. Kemampuan mereka terjamin. Apabila ada bahaya datang, mereka akan mengambil tindakan untuk memusnahkan ancaman." Orang itu terkekeh.

"Baiklah, saya percaya pada Anda. Tolong jangan sampai gagal."
"Anda juga harus berhati-hati dalam bertindak." Orang itu pergi meninggalkan Count Bernard termenung dalam ruangannya.

***

Kereta yang isinya keluarga dayang Lily sudah terlebih dahulu pergi menuju tempat yang aman dikawal oleh dua penjaga. Sedangkan Aily atau dayang Lily, harus mengikuti Asher pergi ke daerah Herefordshire, lokasi kediaman Marquis Rognvaldr.

Akan tetapi, Asher tidak akan langsung menempatkan Aily di kediaman. Siapa tahu sudah banyak mata-mata yang disebarkan dalam kediamannya.

Aily sudah siap dengan koper barangnya. Tidak ada pelayan. Hanya ada Asher, seorang kusir, dan dua penjaga yang tersisa.

"Kalau begitu, dayang bisa masuk masuk terlebih dahulu. Saya bersama penjaga lainnya akan menunggang kuda di luar mengawasi keamanan kereta ini," ucap Asher lengkap memakai tudung hitam juga membawa belati nya.

"Baik, Tuan Muda." Aily menaiki kereta tanpa banyak bicara lagi.
Mereka berangkat.

***

Keluar dari wilayah Taunton, mereka melewati hutan yang cukup sepi. Suasana itu cukup membuat perasaan Asher tidak enak.

Sunyinya bagai pertanda bahwa suatu hal akan terjadi.

Daun semak-semak bergoyang. Gemerisik suaranya masuk ke pendengaran Asher.

"Siapkan senjata kalian! Berhati-hatilah!" seru Asher kepada dua orang penjaga lain. Asher juga tangannya bersiap mengambil pedang dari balik tudung.

Sebuah panah melesat hampir mengenai kusir. Benda itu mencap di dinding luar kereta kuda. Disusul segerombolan orang, empat orang keluar dari semak-semak itu menghalangi jalan.

Kusir yang terkejut dari serangan panah memberhentikan kereta secara mendadak. 

"Sial. Kita kekurangan orang. Apakah informasi sudah sampai ke telinga orang itu?" batin Asher.
Tidak ada pilihan. Asher tentu harus maju sebagai garda terdepan.

"Aily! Jangan keluar dari kereta kuda bagaimana pun situasinya! Saya akan melindungi Anda." Asher turun dari kuda. Memposisikan posturnya tegap sambil memegang pedang. Ilmu ini didapatnya dari masa pelatihan sebagai pewaris Marquis.

Walau singkat, Asher adalah orang yang cepat mempelajari dan menerapkannya. Dia juga rutin sparring dengan penjaga lainnya. Asher tidak menyangka bahwa ilmu ini akan berguna seperti situasi sekarang.

"Khukhukhu …, kalian semua akan mati di sini!" seru seorang dari kelompok itu. Rupanya mereka adalah pembunuh bayaran.

Asher berpikir keras di tengah situasi genting ini. Rencana yang diperlu dilakukan olehnya adalah menjatuhkan pemanah yang bersembunyi. Itu akan merugikan para pembunuh bila penyerang jarak jauh mati.

Berdasarkan arah panah yang datang, pemanah harusnya berada di sekitar semak-semak pertama para orang kiriman keluar.

"Penjaga yang lain tetap mengawal kereta kuda!" perintah Asher sebelum maju. Dia menerjang para pembunuh itu.

Arah lari Asher yang tadi seakan-akan menyerang langsung kelompok itu, berbelok ke semak-semak.

Pemanah itu panik menembakkan anak panah untuk menjatuhkan Asher.

Sebelum panah tepat mengenai dirinya, Asher dengan presisi memotong batang panah jadi dua. Untunglah, batangnya terbuat dari kayu.

Jarak yang dekat, sebelum pemanah itu bisa menembakkan anak panahnya. Asher menendang dada orang itu dan menancapkan ujung pedang yang tajam di tangannya.

Teriakan teman sekawannya membuat pembunuh lain bergidik ngeri. Tidak dengan orang yang tadi dengan sibuk pamer, terluka harga dirinya.

"Berani-beraninya kau!!" Dia menggertakkan gigi dan mengepal tangannya kuat-kuat.

Pemimpin pembunuh itu langsung menerjang Asher sambil memegang pedang juga. Asher menahan serangannya. Dari samping kawan pembunuh yang lain mengepung Asher.

Salah seorang penjaga yang ditugaskan berada di dekat Aily pun maju untuk membantu Asher.
Asher menghempaskan pedang milik pemimpin di hadapannya. Kaki kiri Asher menendang pembunuh berada di sisi sama dengan kakinya, sedangkan penjaga Asher memukul orang yang berada di sisi kanan dari belakang.

Kedua orang itu jatuh tersungkur. Si pemimpin semakin geram. Dia mengambil kembali pedangnya yang terhempas ke tanah.

"Hei, kau yang di sana. Bantu aku! Jangan melihat saja," suruh pemimpin pada satu orang tersisa di belakang melongo.

Orang itu menyerang tanpa rencana sama sekali. Asher sudah memperhatikan daritadi bahwa orang tersebut kehilangan semangat bertarungnya.

Serangan yang lemah itu tentu saja Asher kalahkan dengan mudah. Semua pembunuh kecuali si pemimpin jatuh tersungkur tidak sadarkan diri.

"K-Kau!!" Tangan pemimpin itu gemetar.

"Bagaimana bisa kemampuan Asher begitu hebat?" pikirnya.
Melihat sikap pemimpin yang sudah takut-takut untuk maju, Asher menengok ke arah penjaga yang menolongnya.

"Anda, karena kita tidak berada jauh dari Taunton. Sewa kereta kuda. Kita akan membawa orang-orang ini. Tidak lupa bawa tali untuk dan kain juga."

"Baik, Tuan." Penjaga itu membungkukkan badan dan segera pergi ke Taunton.

Kini hanya ada Asher dengan pemimpin itu. Asher maju menghunuskan pedang. Orang itu menangkis. Akan tetapi, Asher berhasil melepaskan pedang orang itu dari tangannya. Kini sang pemimpin kosong tangan, tidak memegang apapun.

Tetap saja Asher kembali menyerang. Belakang leher orang itu dipukul dengan gagang pedang. Dia kehilangan kesadaran setelahnya.

***

Asher merobek bagian badan jubah tudungnya dengan pedang dan menyumpalkan pada mulut orang yang masih sadar. Dia tidak ingin kejadian mereka bunuh diri massal terjadi lagi.

Penjaga suruhan Asher telah tiba. Kusir yang mengendarai kereta itu dijanjikan koin emas apabila menutup mulutnya.

Asher dan penjaga menyumpal mulut sisa pembunuh yang pingsan dengan kain. Juga mengikatkan kain pada pembunuh yang tangannya terluka. Mereka juga mengikat tangan serta kaki agar tidak bisa kabur.

Mereka semua diangkut ke atas kereta.

"Apakah semua baik-baik saja, Tuan Muda?" tanya Aily sesampainya Asher dekat kereta kuda tumpangannya.

"Mereka sudah saya bereskan. Kita lanjutkan perjalanan."
"Apakah informasi sudah bocor tentang saya?"

"Tidak. Sepertinya mereka hanya ingin membunuh saya karena gerak-gerik mencurigakan. Informasi tentang Anda masih belum diketahui."

Aily menghembuskan napas lega. Dirinya yang tadi ketakutan akan mati, sudah tenang karena para pembunuh sudah dibereskan.

"Baiklah, Tuan. Terima kasih banyak." Aily tersenyum kecil.
Asher menaiki kudanya. Rasanya Asher sedikit lelah dengan semua ini. Dia rindu dengan gadis berambut hazelnut, suara tegas periangnya dan tidak sabar mendengar kisah apa lagi yang akan diceritakan olehnya.

Asher ingin segera sampai ke kediaman.

The Lost Identity of AsherWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu