IV. Lonely?

1.5K 168 84
                                    

I'M HOME

[ BoBoiBoy Taufan ]

4. Lonely?

Cheiro Estelle present.

BoBoiBoy © Animonsta Studio

Happy reading!
______________________________________

Blaze menjatuhkan kepalanya ke atas meja plastik milik kantin yang dipenuhi dengan buku, alat tulis dan juga makanan. Sebuah erangan disusul kemudian, mengundang perhatian dari kelima saudaranya yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Solar di sebelahnya tersenyum miring melihat sang kakak tampak lemas. “Capek Bang?” tanyanya mencibir. “Makanya kalau tugas tuh jangan ditumpuk di akhir. Sudah bagus aku selalu mengingatkan Abang untuk mengerjakan PR tiap malam, tapi Abang tidak mau.”

“Banyak omong kau. Diam saja sih! Lagian tugas yang kutumpuk gak banyak juga...” balas Blaze sebal. Solar mendengus kecil. Tidak banyak kata abangnya, tapi tangan kanan itu terlihat hampir patah karena terus-menerus dipakai untuk menulis selama kurang lebih tiga jam ini. Ia yakin tangan Blaze akan lemas seharian ini karena sudah dipakai bekerja keras.

“Satu LKS, mapel sejarah, satu soal jawabannya sampai tiga baris lebih. Mampus.” Ice terkejut mendapati tepukan ringan dibibirnya setelah mengatakan hal tersebut. Gempa pelakunya.

“Mulutnya.” peringat anak ketiga tersebut, memberikan tatapan tajamnya pada Ice. Yang dipelototi hanya memutar bola matanya malas.

“Aku 'kan mengatakan kenyataan.” gumamnya.

“Ice, aku tidak jadi mentraktirmu ril gud keju.” ancam Blaze, langsung mendapatkan tatapan garang dari Ice. Sedari tadi dia sudah ngidam minuman susu itu ketika Blaze berkata akan membelikannya sebanyak yang ia mau, tapi sebagai gantinya dia harus memberikan jawaban LKS mata pelajaran sejarahnya.

Kebetulan mereka satu kelas. Dan hari ini Ice malas mengeluarkan uang untuk jajan.

“Ku tarik bukuku jika kau tidak jadi.”

“Ish, habis mulutmu tajam sekali padaku. Waktu sama kak Fan manjanya minta ampun. Sekali-kali manja padaku kek!”

Ice mengernyitkan dahinya jijik. “Najis.”

“JAHAT BANGET SUMPAH!”

“Bang Blaze suaramu...” keluh Solar tidak nyaman. Blaze tidak menanggapi, masih sibuk menatapi adik kembarnya yang kini memalingkan wajahnya jutek. “Ice!—”

Gempa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kedua adiknya yang itu. Lalu ia lanjut mencatat sesuatu di buku tulisnya.

“Aku penasaran...” Thorn yang sibuk mengunyah sate usus ayam sambil menatap langit tiba-tiba berkata dengan nada menggantung.

Halilintar di sebelahnya melirik sekilas ke arah sang adik. “Apa?” sahutnya.

Thorn masih menatap langit. Dalam hatinya sibuk mengagumi warna biru yang ada di atas sana, sangat mirip dengan seseorang. “Kira-kira... Kak Fan sekarang sedang apa ya? Pasti kesepian di rumah di hari pertama liburannya 'kan?”

Rumus matematika yang ada di kepala Halilintar buyar seketika, tergantikan dengan wajah sang adik pertama yang—tidak—ia rindukan.

Mendadak ia juga kepikiran... Bahwa langit pagi ini sungguh indah.

I'm Home [Taufan B.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang