XI. Memories In The Park

1K 138 42
                                    

I'M HOME

[ BoBoiBoy Taufan ]

11. Memories In The Park

Cheiro Estelle present.

BoBoiBoy © Animonsta Studio

Happy reading!
______________________________________

Dari semua tempat yang ada di kota ini, Thorn memilih taman kota sebagai tempat untuk berkencan—ekhm, maksudnya menghabiskan waktu bersama kakak keduanya.

Bukannya sembarang memilih, hanya tempat ini yang Thorn pikirkan, sekaligus sebagai tempat yang sering ia kunjungi ketika punya banyak waktu senggang, kadang sendirian kadang bersama salah satu saudaranya (paling sering sih, Solar). Alasan khususnya juga, ada kenangan yang ia ditimbun dengan sang kakak dahulu kala di salah satu sudut taman ini.

Kini, keduanya berjalan beriringan mengikuti jalan setapak di antara rerimbunan pohon akasia yang meneduhi keduanya dari sinar matahari. Angin sepoi-sepoi bertiup, menerbangkan surai Taufan yang tidak terlindungi oleh apapun, ia tidak sedang memakai topinya, dan kini rambutnya telah kembali pada gaya yang biasanya, berbentuk seperti mangkuk. Poninya kembali menutupi daerah dahi.

Taufan menghirup udara taman kota yang jauh terasa lebih segar dibandingkan di luar kawasan ini. “Wahh, sudah lama tidak kemari...” gumamnya senang. Netranya melirik ke sekitar, menelisik setiap sudut taman yang memiliki bayang-bayang kenangan lama dirinya bersama keenam saudaranya.

“Iyaa, terakhir kali sewaktu kakak baru masuk SMP gak sih?” tanya Thorn dengan senyuman manis yang terbit sempurna menghiasi wajah imut-tampan miliknya. Dia begitu riang. Keinginannya untuk membawa sang kakak kemari bisa tercapai, apalagi Taufan juga terlihat menyukainya. Terbukti dengan ekspresi wajahnya yang senang.

“Hu'um!” kepala Taufan mengangguk-angguk cepat. “Waktu itu kita piknik bersama Ibun dan Ayah juga. Selebrasi kecil-kecilan untuk aku, bang Alin dan Gempa yang lulus tes masuk dengan nilai bagus!”

“Hahaha, Thorn ingat, kita main jaga benteng di sini, dan bang Alin kalau lari cepat bangeet! Blaze aja sampai dibuat kewalahan. Beruntung waktu itu abang satu tim denganku, hehe!” kata Thorn, tertawa geli ketika kepalanya memutar ulang kenangan lama yang ia rindukan.

Masa kecil mereka yang bahagia dan penuh tawa.

“Thornie! Jaga bentengnya ya! Kalau Taufan dan Blaze mendekat, tangkap mereka!—eh, tapi jangan lupa jagain bentengnya juga. Nanti kita bisa kalah!”

“Aku mau duduk saja...”

“Sol, kamu rela membagi makan malammu dengan Blaze?”

“Gak maulah! Tapi... Aku capeeeekk Bang! Mau duduk! Mau makan es krim sama Bundaaa!”

“Tahan sebentar, Solar! Kalau bang Alin berhasil nyentuh bentengnya kak Fan sama bang Blaze, kita pasti bisa makan es krim sama-sama! Jadi, jaga benteng sama Thorn sebentar, ya?”

“Aish, iya deh. Abang yang cepat gesit larinya.”

“Aku pemenang lomba lari 100 meter, Sol. Rekorku 8,7 detik. Jangan khawatir.”

“Iya deh, si paling kilat.”

“Haha! Semangat bang Alin!”

Tawa Taufan menguar memenuhi pendengaran Thorn. “Aku ingat! Aku ingat!” serunya antusias. “Aku sama Blaze was-was banget sama bang Alin. Abang lincah dan gesit. Bukan lawan kami berdua, hahaha! Mana Ice cuman diam aja karena males gerak.”

I'm Home [Taufan B.]Where stories live. Discover now