VIII. Old Friends

1.1K 141 49
                                    

I'M HOME

[ BoBoiBoy Taufan ]

8. Old Friend

Ps. Mungkin nanti ada yang paham. Jadi, aku mohon koreksiannya kalau ada kesalahan-kalau gak keberatan juga, hehe.

Btw, di atas ngegambarin banget penampilan Taufan kali ini. :)

Cheiro Estelle present.

BoBoiBoy © Animonsta Studio

Happy reading!
______________________________________

Pagi ini, Taufan sudah rapi dalam balutan kemeja berlengan pendek berwarna biru pudar serta celana denim panjang yang dilipat sedikit sampai atas mata kakinya. Kakinya terbalut kaus kaki putih pendek dan sneakers putih hitam milik Gempa. Surai hitamnya sudah dipomade digayakan ke belakang, sengaja menampakkan dahi mulusnya yang lebar.

"Kayak bukan kak Fan," Blaze yang sedari tadi sibuk memperhatikan sang kakak berceletuk memberikan komentar. Taufan di hadapannya berdiri dengan pose keren sambil menyibukkan diri memakai jam tangan miliknya di pergelangan tangan kanan. "Ada waktu kakak bisa terlihat tampan, tapi kebanyakan imutnya."

Taufan terkekeh pelan mendengar ucapan jujur sang adik. "Aku selalu tampan, Blaze."

"Untuk sekarang, iya. Tapi, beberapa menit lalu tidak. "

"Jadi, aku jelek?"

"Kakak imut!"

"Tampan."

"Tidak, tidak... Imut jauh lebih cocok. Kakak tenggelam dalam piyama bang Alin, bagian mana tampannya?"

Taufan mencebikkan bibirnya sebal. Mengingat kembali perbedaan besar tubuhnya dengan saudara pertamanya itu benar-benar berhasil membuatnya tenggelam dalam piyama sang abang. Padahal kata Halilintar itu piyama yang mulai sempit di tubuhnya, tidak menyangka jika Taufan yang memakainya justru terasa amat longgar.

Mereka hanya berbeda beberapa menit ketika lahir, tapi kenapa Taufan memiliki tubuh yang lebih kecil dibandingkan Halilintar? Memikirkan perbedaan itu sebenarnya membuat Taufan kesal sendiri.

"Jangan diingatkan. Sepatu punya dia saja besar di kakiku." Taufan melirik ke bawah, sepasang kakinya yang sudah dilapisi dengan sneakers adik pertamanya. Ukurannya lumayan pas, setidaknya karena Taufan memakai kaus kaki. Lagi-lagi dia mengeluh, "Kenapa kalian besar-besar sekali, sih? Kenapa hanya aku yang kecil di sini?"

"Mungkin... Karena dua tahun jauh dari Bunda?" Solar tiba-tiba saja muncul dari belakang Blaze. Dia sudah lengkap dengan pakaian olahraganya, sepatu telah terpasang sempurna di kakinya, kacamatanya sudah di lap bersih hingga tak ada lagi debu yang menempel. "Gizi kakak jadi kurang mungkin."

"Eiy, aku telah memenuhinya. Setiap hari makananku empat sehat lima sempurna!" balas Taufan, menunjukkan angka empat dan lima dengan tangannya.

Solar mengedikkan bahunya. "Gen Bunda yang nurun ke kakak berarti, bukan?"

"Kenapa cuman aku?"

"Entahlah, jangan tanya takdir kakak ke aku. Aku bukan Tuhan."

"Ya Allah! Kenapa cuman aku yang kecil di antara saudara-saudaraku?"

I'm Home [Taufan B.]Where stories live. Discover now