1. Nasehat mbak Raya

719 29 2
                                    

بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ



Sampe sini gimana nih? Hihii jangan lupa vote ya><



"Assalamu'alaikum, Bunda! Rara pulangg!" pekik Arana sambil berlari kecil memasuki rumah.

Kebetulan Bunda Naya sedang duduk di sofa ruang tamu dengan sebuah kitab ditangannya, sontak perbuatan Arana sedikit mengusik Bunda Naya. "Astaghfirullah, Ra. Berapa kali Bunda bilang kalo masuk rumah biasa aja, tinggal masuk, gitu. Ngga perlu pake acara teriak-teriak. Kalem, Ra, kalem."

Wanita paruh baya itu menutup kitab nya dan ditaruh di atas meja, lalu menghampiri Arana yang kini sudah terkekeh lucu.

"Yaudah ulang deh, Bunda. Perhatiin nih, bun."

Arana kembali ke teras rumah, ia merapikan baju serta kerudungnya, setelah itu mulai berjalan dengan anggunly manjaliti. Tepat di depan pintu, gadis itu kembali mengucapkan salam, bedanya kali ini dengan intonasi rendah dan sangat lembut. "Assalamu'alaikum, Bunda, Rara pulang," Dilanjuti dengan mencium tangan Bunda nya, tidak lupa ia bolak balik.

Bunda Naya dibuat terkekeh dengan tingkah putri nya yang satu ini. Ada-ada saja kelakuan Arana yang mampu membuat Bunda Naya tertawa.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah, selamat datang anak Bunda yang cantik...." Sambil mengecup kedua pipi Arana.

"Tingkah kamu banyak banget ya, nak." Bunda Naya terkekeh.

Arana mengerutkan keningnya, perasaan baru saja ia mendapat pujian, kenapa sekarang seolah dirinya sedang kena hujatan?

"Bunda ngatain, Rara ya?" delik Arana tak terima, membuat Bunda Naya menyemburkan tawa nya, tawa yang pelan dan sangat anggun. Bunda Naya memang sangat pintar menjaga marwah nya sebagai seorang wanita.

"Mana mungkin Bunda ngatain penyemangat Bunda. Kan Bunda sayang." Arana tersenyum lalu memeluk Bunda Naya dengan sayang.

Kini wanita yang sudah tidak muda lagi itu menarik Arana untuk duduk di sofa. "Mbak Raya belum nyampe sini, Bun?" tanya Arana begitu mereka duduk.

"Udah, lagi di kamar sama Bang Aldi, sama Zeyan juga."

(Zeyan: anak pertama Raya dan Aldi)

Arana langsung menunduk dan memicingkan matanya, "busett, itu mbak Raya pasti lagi acara jenguk debay," gumam Arana.

"Ngomongnya yang bagus, Ra. Kosa kata yang pertama tadi memang nggak tergolong kasar-kasar banget. Tapi bisa aja yang awalnya coba-coba nanti malah selalu kebawa dan takutnya nanti makin parah," tegur Bunda.

"Ehee, iya, Bun, Rara minta maaf."

Bunda Naya tersenyum, lalu mendekatkan mulutnya dengan telinga Arana, "jangan suka ngatain orang, Ra. Bentar lagi kamu juga bakal gitu sama calon suami kamu," bisik Bunda Naya, setelahnya ia buru-buru pergi sebelum Arana memekik.

Senja Yang AbadiWhere stories live. Discover now