3. Saya, Terima

533 20 3
                                    

بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ




Langsung baca aja ya><

Arana memegang jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arana memegang jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat. "Cogan mah bebas. Ngebaperin anak orang abis itu lepas tangan. Huh! Dasar dosen killer!"

Dengan mulut yang tidak berhenti komat-kamit, Arana terus berjalan menjauh dari taman belakang. "Ngeri gue di belakang sendirian malam-malam gini. Secara kan gue cantik badai, bisa gawat kalo Mas Poci (pocong) lewat terus naksirin gue. Hihhh... Amit-amit."

"Apanya yang amit-amit, Ra?" tanya Bunda Naya saat melihat Arana baru masuk dari pintu belakang yang terhubung langsung dengan dapur. Disana Bunda Naya dan Mbak Raya sedang mencuci gelas dan piring bekas makan malam tamu mereka.

"Hehe... Nggak ada, Bunda," cengir Arana sambil menggaruk tengkuknya.

"Kok udah pada beberes? Emang tamunya udah pulang?"

"Belum, itu masih di depan. Kamu samperin, gih. Bunda sama Mba Raya mau nyiapin makanan penutup dulu."

"Biar, Rara bantuin." Arana menggapai beberapa gelas yang hendak disusunnya di rak, namun segera direbut kembali oleh Mbak Raya.

"Gausah, Arana sayang. Sana ke depan aja," ujar Raya seraya menggerakkan tangannya seolah mengusir Arana ke ruang tamu.

"Ih, Mba, Rara malu kalo sendirian di depan."

"Malu kenapa sih, Ra... Itu juga calon keluarga kamu," sela Bunda Naya.

Arana beralih menatap Bunda Naya yang memunggunginya karena beliau menghadap ke wastafel, "canggung, Bunda."

Setelah mengelap tangannya Bunda Naya berbalik dan menghampiri kedua putrinya. Tangan yang mulai keriput itu bergerak menangkup pipi chubby Arana, sembari meninggalkan cubitan gemas di sana.

"Uhh... Anak Bunda yang satu ini. Denger ya, Ra, biasakan diri kamu. Masa nanti kalo udah nikah tingkah kamu masi begini."

"Bunda ngomong gitu emang Bunda yakin kalo Rara bakalan terima perjodohannya?" Arana menaik turunkan alisnya menggoda Bunda Naya.

Senja Yang AbadiWhere stories live. Discover now