11. Apa, cinta?

611 22 5
                                    

بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ


•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Seorang gadis bergerak resah di atas ranjang, sedari tadi ia mencoba tidur namun rasa kantuk tak bisa mengalahkan kecamuk perasaan yang saat ini bersemayam dihatinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Seorang gadis bergerak resah di atas ranjang, sedari tadi ia mencoba tidur namun rasa kantuk tak bisa mengalahkan kecamuk perasaan yang saat ini bersemayam dihatinya.

"Kenapa? Nggak bisa tidur?"

Helaan nafas berat terdengar dari Arana. Ia tidur terlentang. Dari raut wajahnya terlihat saat ini Arana tengah menahan gelisah.

"Kepikiran, Bunda."

Menaruh handphone nya di atas nakas, Pak Aldan berbalik menghadap ke arah Arana, tangannya bergerak mengelus rambut panjang istrinya yang di gerai.

"Bunda, kan mau ibadah. Kamu mesti tenang," nasehat Pak Aldan terus mengusap kepala gadis itu.

Ia pun ikut tidur menghadap Pak Aldan. "Kok perasaan saya ngga enak ya, Pak?"

"In syaa Allah semua bakal baik-baik aja. Serahin semua sama Allah, kamu nggak perlu gelisah gitu."

"Iya. Saya cuma kepikiran sama kata-kata Bunda tadi. Rasanya kaya terngiang-ngiang di kepala." Matanya menatap dengan sayu.

"Emang Bunda ngomong apa?"

"Katanya, 'kalo nanti Bunda pulang dalam bentuk yang beda, berarti emang udah kehendak Allah'. Gara-gara Bunda ngomong gitu saya jadi berprasangka buruk."

"Shutt... Yakin kalo semua bakal baik-baik aja. Jangan terlalu dibawa pikiran, nanti kamu juga yang sakit."

"Iya, Pak."

Setelah itu tidak lagi ada kelanjutan, keduanya larut dalam pikiran masing-masing, dengan tangan Pak Aldan masih setia bertengger di kepala Arana.

Malam ini keduanya sudah pindah ke rumah mereka sendiri. Pulang tadi mereka langsung membereskan barang-barang dan berangkat kemari.

Senja Yang AbadiWhere stories live. Discover now