16. Bunda....

363 16 0
                                    

بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ




"BREAKING NEWS

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"BREAKING NEWS. Sebuah pesawat yang megangkut jama'ah Umrah kembali ke Indonesia siang tadi dinyatakan hilang kendali dan terjun ke laut. Sebagian besar jasad jama'ah belum bisa ditemukan."

Deg!

Tubuh dua kakak beradik itu menegang setelah mendengar berita terkini yang ditayangkan di televisi.

"Ra...." Suara Raya terdengar bergetar.

Alis Arana menukik tajam, emosinya sedikit naik melihat tayangan tersebut, "mba nggak usah mikir yang bukan-bukan! Rara yakin nggak ada Bunda di pesawat itu." ujar Arana tegas.

Disisi lain, dari arah dapur Pak Aldan kembali dengan membawa secangkir teh hangat. Langkah laki-laki itu pun berhenti melihat tayangan televisi yang menampilkan wujud sebuah pesawat di laut bebas dengan beberapa badan pesawatnya yang berserakan menjadi potongan.

Buru-buru dia menghampiri istrinya yang sudah mengeluarkan berbagai perkataan dengan intonasi tinggi.

"Tapi setau mba, Bunda pulang naik pesawat itu."

"Nggak! Intinya Rara yakin Bunda pasti naik pesawat lain."

Melihat suaminya yang datang dengan gurat khawatir yang terpatri jelas di wajahnya, Arana langsung menghampiri, "mas liat beritanya,'kan?" Pak Aldan mengangguk sebagai respon. "Kamu mesti tenang," ujar Pak Aldan.

"Rana tenang kok, mas. Rana yakin kalo Bunda nggak ada disana."

Bohong. Bahkan terlihat jelas dari setiap gerak-gerik Arana memperlihatkan bahwa perempuan itu sedang gelisah. Hanya saja ia tutup-tutupi.

"Kalo kamu tenang, kamu nggak mungkin sampe bentak mba Raya kaya tadi. Walau gimanapun situasinya, tetaplah jadi wanita lembut, Ra." Arana membuang nafas berat. Benar, mungkin dirinya berlebihan. Dan benar juga adanya bahwa Arana sedang mencoba menutupi kegundahan yang terasa sesak di dada.

"Ra, sini dulu," panggil Raya memegang perutnya.

Arana langsung menghampiri kakaknya. "Kenapa, mba?"

Wanita hamil itu menyerahkan ponsel pada sang adik dengan tangan bergetar, "bisa tolong telfonin mas Aldi? Perut mba sakit banget." terlihat jelas dari raut wajahnya bahwa saat ini ia sedang menahan sakit. Bibirnya bahkan sesekali mendesis.

Senja Yang AbadiWhere stories live. Discover now