18. Sedih atau bahagia?

378 14 0
                                    

بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ




Bruk!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bruk!

"Astaghfirullah, Arana!"

Pekikan umi Aisyah membuat semua orang tercengang melihat Arana pingsan. Pak Aldan pun ikut terkejut saat istrinya tersungkur di atas tanah.

Gerak-geriknya terlihat gelisah. "Mi, tolong pegangin Zeyan bentar." Pak Aldan menyerahkan si kecil Zeyan dari gendongannya.

Beralih mengangkat kepala Arana kepangkuan. "Ra..." panggilnya menepuk-nepuk pipi Arana.

"Mukanya pucat banget, Al," ujar Umi Aisyah terlihat khawatir.

Abi Amir ikut mendekat untuk melihat apa yang terjadi. "Bawa kerumah sakit aja, nak. Mungkin Arana kecapean, dari kemarin dia kurang istirahat."

"Pake mobil, Om aja, Al. Kebetulan tadi om parkirkan deket sini," tepat setelahnya paman Arana menyodorkan kunci mobilnya.

"Terimakasih, om."

"Iya."

"Zeyan mau ikut 'ammu?" tanya Pak Aldan, langsung diangguki penuh semangat oleh Zeyan tanpa pikir panjang. Dia masih belum mengerti dengan hal yang terjadi saat ini.

Perempuan itu ia angkat dalam gendongannya dan berjalan dengan cepat menuju mobil.

"Ayo Jiddah anterin." sedangkan Zeyan dan umi Aisyah mengekori di belakang.

Walaupun bukan cucu kandungnya, Umi Aisyah tetap terlihat begitu menyayangi Zeyan layaknya cucu sendiri.

Setelah memasukkan Zeyan ke dalam mobil dan memastikan dia aman, umi Aisyah berniat kembali lagi ke pemakaman, "Umi balik lagi kesana aja ya, Al. Kalo ada apa-apa kabarin umi, nanti umi nyusul." Lalu pintu mobil langsung ditutup setelah anaknya merespon tanpa menunggu lebih lama.

Begitupun Pak Aldan, ia tidak mau membuang waktu. Mobil berwarna hitam itu langsung melaju menjauh dari pemakaman umum ke rumah sakit.

•••

Dua orang laki-laki dengan pautan usia yang begitu jauh, kini duduk berpangkuan disamping brankar yang ditempati seorang perempuan muda.

Bisa Pak Aldan lihat dengan jelas bagian bawah kelopak mata istrinya yang menghitam. Istri cantiknya ini begitu kelelahan.

" 'Ammu," Panggil Zeyan mendongak.

"Hm?"

" 'Ammah kenapa syakit? 'Ammah ngga makan, ya? Kata mimi nya jeyan, kalo kita nda makan tuh gini, jadi syakit, telus disyuntik syama doktel. Cuuuut, gitu," celoteh nya panjang lebar. Sambil mempraktikkan jarinya seperti sedang memegang suntikan.

Senja Yang AbadiWhere stories live. Discover now