04. Nightmare

6.2K 943 243
                                    

NASKAH YANG TERSEDIA DI WATTPAD MERUPAKAN NASKAH YANG BELUM PERNAH DI REVISI, MASIH TERDAPAT BANYAK KESALAHAN TERMASUK ADA BEBERAPA KATA ATAU NARASI YANG KURANG NYAMAN DI BACA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

NASKAH YANG TERSEDIA DI WATTPAD MERUPAKAN NASKAH YANG BELUM PERNAH DI REVISI, MASIH TERDAPAT BANYAK KESALAHAN TERMASUK ADA BEBERAPA KATA ATAU NARASI YANG KURANG NYAMAN DI BACA. VERSI BUKU NOVEL ADALAH VERSI TERBAIK DAN LENGKAP.

~~~

Halo, chapter ini berisi 3ribu kata, maka dari itu tolong vote sebelum membaca. Thank you~

•🛠️🛠️🛠️•

Suara dentingan gelas yang bersulang menjadi pengiring gesekan biola yang tercipta begitu mewah dan romantis. Ruangan bergaya klasik dipenuhi dengan orang-orang berparas rupawan dan berpangkat tinggi. Pria dan wanita berpasangan sambil menari-nari kecil mengikuti alunan musik, tak ada satu pun dari mereka yang tampak muram apalagi merasa tidak senang. Semua orang di sana tampak tersenyum dengan hangat.

Tetapi, saat tubuhku mulai bergerak menari, pun bibirku yang ikut tersenyum bahagia seperti mereka, entah kenapa tiba-tiba alunan musik yang indah itu terhenti, semua orang pun tentu berhenti menari.

Saat itu, aku merasa aneh pada diriku sendiri. Wajah mereka berubah drastis, menatapku dengan tajam tanpa berkedip, lalu lama kelamaan mereka berjalan pelan menghampiri tubuhku yang berbalut gaun hitam, juga sepatu hak tinggi yang berwarna senada.

Mereka sangat menyeramkan, terus menatapku penuh benci. Dadaku mulai terasa sesak, aku ketakutan seorang diri, semua orang di sana berjalan pelan seperti ingin membunuhku dengan tatapannya. Aku ingin berteriak "Jangan!" tetapi mulutku terasa sangat kelu.

Aku berjongkok, memeluk lututku sendiri yang sudah lemas lalu kuberanikan menatap sekeliling. Mereka berhenti berjalan untuk mendekati tubuhku. Tetapi... hal yang lebih buruk terjadi. Mereka berkata dengan suara menggema yang tenang juga lesu, seperti roh-roh jahat.

"Kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh, kau pembunuh...."

Itu yang mereka katakan. Aku menutup telingaku rapat-rapat, berharap mereka berhenti berkata seperti itu. Aku frustrasi, pikiranku kacau, perasaanku remuk, pun aku merasa tubuhku sudah tak bernyawa.

Aku menatap langit-langit ruangan, dan saat itu pula ketakutanku semakin menjadi-jadi. Kobaran api menyulut membakar seluruh barang mewah seisi aula pesta dansa besar ini,  Aku melihat sekeliling, semua orang tadi tiba-tiba menghilang dan hanya menyisakan diriku seorang. Aku seperti orang linglung, sungguh kebingungan.

Asap tebal mulai menghalangi penglihatan sebab semua barang yang ada di sana sudah terbakar habis, seperti gorden yang memiliki tinggi lebih dari dua puluh meter, hiasan dinding, patung-patung antik terbakar hangus, bahkan saat ini atap aula seperti akan roboh dan ingin menimpa tubuhku sendiri.

VARLENZO: Wound Healer [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now