13. Diamond In the Dark

5K 548 94
                                    

WAJIB RAMEIN MINIMAL VOTE DAN KOMEN!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WAJIB RAMEIN MINIMAL VOTE DAN KOMEN!!!

🛠️•••🛠️

"Bu!!! Apa kau melihat sepatuku yang berwarna hitam?" Alvira berseru di tengah kesibukannya yang terus mondar-mandir tak karuan.

Kadang lupa, Alvira terus menunggu jawaban dari mulut ibunya—padahal Ibu Sera seorang tunarungu wicara. Gadis itu tersenyum pilu saat mengingat kenyataannya, ia mengetuk kepalanya sendiri lalu berjalan menuju kamar ibunya.

Tak ada hal lain yang sering di lakukan Ibu Sera selain beristirahat di ranjang maupun di kursi rodanya. Kehadiran Alvira membuat bibir wanita itu memahat senyuman indah, tubuhnya yang kurus memudahkan putrinya untuk membantu dirinya di saat menginginkan sesuatu—seperti pergi ke toilet.

"Ibu, apa kau melihat sepatuku yang berwarna hitam? Yang aku pakai kemarin? Aku menyimpannya di rak sepatu halaman belakang, tapi kenapa sekarang tidak ada?" Kedua tangan Alvira berisyarat dengan cepat, gadis itu seperti ingin marah.

"Mungkin ada yang mencurinya."

"Siapa yang mencuri sepatu jelek, Bu?"

"Bibi Yumi mencuci sepatumu. Anak perempuan jorok sekali."

Alvira tersenyum malu sebab merasa sedikit tak enak telah merepotkan Bibi Yumi, kendati dirinya tak meminta untuk mencuci sepatu ... tetapi tetaplah itu hal yang cukup memalukan. "Aku sengaja tak mencucinya, nanti di bengkel juga pasti banyak terkena kotoran oli, dan yang lain."

Mata Ibu Sera memicing. "Kau bekerja di bengkel?"

"Aku membantu Varlenzo, aku pernah membuat kesalahan dan aku ingin menebus kesalahanku dengan cara membantunya di bengkel."

"Dia tidak memberimu gaji?"

"Coba Ibu pikir, apa dia akan tega melihatku lelah bekerja dan dia tidak memberiku gaji? Varlenzo memang pria gila yang menyebalkan, Bu ... tapi aku yakin dia pria yang baik, yang bisa menghargai perempuan dengan caranya sendiri."

Ada sorot kebahagiaan yang terpancar di wajah teduh Ibu Sera, wanita itu mengusap kepala putrinya dengan sangat lembut. "Sudah lama sekali Ibu tak melihat dirimu semangat seperti ini, Ibu sangat senang...."

Alvira menunduk sekejap, lalu tersenyum menatap ibunya. "Aku akan sembuh, begitu pun dengan Ibu."

Sebelum pergi, Alvira meminta ibunya untuk membuatkan tiga porsi makan siang untuk ia bekal ke bengkel. Awalnya Alvira hanya meminta dua porsi, tetapi ia teringat juga Taro—pria berandal yang sama-sama menyebalkan seperti Varlenzo. Sebenarnya Alvira sendiri bisa membuatnya, namun entah kenapa jika tangan ibunya yang menyiapkan itu semua akan jauh lebih nikmat. Tangan seorang ibu memang Ajaib, Alvira mengakui hal itu.

VARLENZO: Wound Healer [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang