BAB 8

42 25 3
                                    

Happy reading!
Jangan lupa vote & comen ya!

*****


"Tidak ada salah nya untuk bermimpi.Orang-orang kecil juga dapat bermimpi besar,mengharapkan kehidupan yang lebih layak dan menjadi kan segala ketidak mungkinan itu menjadi nyata."

*****

Rafa sudah menduga jika keributan yang dia buat dengan Bara akan berdampak pada pekerjaan nya.

Dia di pecat.

Rafa meruntuki diri nya sendiri karena sudah lepas kendali.

Akibat kebodohan nya,sekarang dia tidak bisa lagi bekrja di cafe itu.

Sekarang Rafa sedang berada di markas.

Vian yang sedang sibuk mabar bersama Daniel menoleh saat mendengar suara pitu terbuka.

Dahi nya menyrengit.

Dia melihat jam yang tertempel di dinding.

Masih jam tiga sore,kenapa Rafa sudah pulang.

"Ko udah pulang?" Tanya Vian masih fokus dengan ponsel nya.

Rafa tidak menjawab.
Dia langsung merebahkan diri nya di sofa,dengan satu tangan yang menutupi wajah nya.

"Muka kamu luka." Kata Alvaro saat melihat sudut bibir Rafa robek.

Mendengar itu Vian langsung melemparkan ponsel nya dan menghampiri Rafa yang sedang memejamkan mata.

"Lo kenapa?"Ucap Vian,sambil memeriksa luka di wajah Rafa.

Rafa yang merasakan wajah nya di sentuh langsung membuka kedua bola mata nya.

Dilihat nya wajah Vian yang kentara sekali sedang mengkhawatirkan dirinya.

"Gue gapapa."Kata Rafa,agar sahabatnya itu tidak khawatir.

"Apa nya yang gapapa,muka bonyok gitu."Timpal Raksal.

"Fa.Lo kenapa?" Tanya Vian sekali lagi.

Rafa menghela nafas nya,dia tidak bisa menghindari pertanyaan Vian.

"Gue di pecat."

Mereka terkejut

Rafa itu orang nya telaten saat bekerja.
Kenapa bisa anak itu sampai di pecat.

"Ko bisa?"Kata Daniel.

Kemudian Rafa menjelaskan kejadian di cafe tadi yang membuat diri nya sampai di pecat.

Saat Rafa selesai menjelaskan,Vian langsung berdiri dari duduk nya.

Rafa yang melihat itu langsung mencegah dan memegang pergelangan tangan Vian.

ASTROPHILEWhere stories live. Discover now